35

5.9K 343 16
                                    

Part ini aku bikin banyak banget konfliknya, entah lah, serasa butuh aja konflik yang menuruku banyak kek begini.

Ya udah deh, karna masih banyak yang harus kalian baca....

Enjoy the story...

***

"Kira-kira anak kita ini laki-laki atau perempuan lagi yah?" Tanya Iqbaale sembari berbaring dengan telinga menempel pada perut Nk dan mengelusnya lembut.

"Entahlah, asal dia selamat dan sehat, itu udah cukup bagi aku." Senyum Nk sembari mengelus rambut acak Iqbaale.

Pagi ini, setelah sholat subuh di masjid dekat rumah, Iqbaale langsung berbaring seperti saat ini, membisikkan kata-kata rindu pada Nk dan si jabang bayi karna tak bisa tidur bersama. Walau pun satu rumah, tapi mereka sepakat untuk tidak sekamar sebelum mereka menikah, dan itu tandanya, Iqbaale harus menunggu 5 sampai 6 bulan lagi sampai mengucao ijab kabul, karna Nk harus melahirkan terlebih dahulu.

"Eh, hari ini jadikan persiapan pesta ulang tahun Ana?" Tanya Nk memastikan.

"Jadi lah, kalo enggak calon kakak itu bakal ngambek, say." Sahut Iqbaale yang masih fokus pada perut Nk. "(nam...), kok dia belum nendang-nendang yah? Bukannya udah 4 bulan?" Heran Iqbaale saat menyadari kandungan Nk yang menurutnya tak biasa.

"Dia nyaman kali sama Ayahnya, sampai males gerak kayak kamu." Ujar Nk sambil mencubit hidung Iqbaale.

"Ih, nanti makin mancung, kamunya iri lho." manyun Iqbaale sembari mengelus hidungnya.

Nk hanya terkekeh kecil dengan kepala digeleng pelan.

"Sekalian beli baju dia gimana?" usul Iqbaale masih mengelus perut Nk.

"Ga kecepetan apa? 2 Bulan lagi aja, Baale." Nk menolak.

"Yaudah, sebulan lagi aja. Ok?" Nk mengangguk pelan, menyetujui usulan Iqbaale.

Nk menegakkan tubuhnya yang sejak tadi bersandar pada kepala tempat tidur, Iqbaale pun ikut bangun, dan keduanya berjalan beriringan menuju dapur dan seperti biasa, mereka memasak sarapan bersama, kadang Diana pun ikut nimbrung, tapi karna peri kecil itu nampaknya masih terlelap, jadilah hanya Nk dan Iqbaale yang memasak.

"Mau pedes ga nasi gorengnya?" Tanha Iqbaale pada Nk saat sedang memotong bahan-bahan.

Nk menggeleng sembari tersenyum kecil.

"Ok."

Nk sedang menyiapkan minum untuk dirinya, Iqbaale dan Diana, dan juga memotong buah apel kali ini. Namun mendadak terhenti saat melihat dari jendela yang ada dihadapannya, wanita yang tak asing sedang berjalan menuju pintu depan. Tanpa berpikir panjang, Nk meninggalkan tugasnya dan berjalan tergesa-gesa menuju pintu utama.

"Hey! Hati-hati Nk!" Teriak Iqbaale saat melihat jalan Nk yang nampaknya akan membahayakannya.

'tingtong....'

Tepat saat bell berbunyi, Nk membuka kan pintu dengan nafas yang tak beraturan.

Senyum hangat itu hadir, membuat Nk yang sejak tadi menatap khawatir wanita itu menjadi cukup terkejut.

"Nk! Denger aku ga sih?" Teriak Iqbaale menghampiri Nk dan memeluk pinggang Nk dari belakang, lalu matanya ikut kearah tatapan Nk yang sejak tadi tak bergeming.

"Hay, baale." Sapanya sehangat senyumannya itu.

Dengan amarah yang meluap, Iqbaale menutup pintu dengan kasar, sehingga menimbulkan suara yang cukup keras.

Love Me Harder (end)Where stories live. Discover now