41

2.5K 283 17
                                    

Sebelum mulai...

Aku mau minta maaf krn minggu kemarin ga sempet next LMH ini...
Maaf banget....

Alesannya?
Aku udah mulai sibuk sama tugas, ada acara ini itu, ga ada ide, plus lagi kemarin-kemarin emang lagi galau. Hehehe...

Jadi, untuk permintaan maaf lainnya.
Part ini aku bikin sampe 3000+.
Moga kalian ttp happy yah^^

Ok deh, dari pada kalian makin lumutan,

Enjoy the story...

***

"Kita harus sehat, biar bisa bahagia lagi, kayak dulu..."

***

Nk sedang diperiksa dengan teliti oleh dokter yang baru beberapa menit lalu datang ke rumah. Iqbaale yang kini duduk disofa dekat jendela, menatap dengan khawatir istrinya, tentunya sambil menunggu hasil pemeriksaan.

"Bagaimana?" Bisik Nk pada dokter bernama Tia itu, dengan rasa takut yang masih menyelimuti hatinya.

Nk tak yakin dengan pandangannya, namun dirinya rasa, Tia memasang wajah berpikirnya. "Aku ga yakin dengan penyakit yang kamu alami, (nam...). Ini harus di scan, maaf." Tutur Tia dengan nada rasa bersalahnya.

Senyumannya ia kembangkan sedikit. "Gapapa, biar nanti Iqbaale yang anterin aku ke leb." sahut Nk terlihat tenang, walau kenyataannya tidak.

Tia mengangkat kepalanya untuk menatap Iqbaale sekaligus memanggilnya.

"Sakit apa?" Tanya Iqbaale langsung pada intinya.

"Nk harus scan seluruh tubuhnya, aku ga bisa ambil kesimpulan kalo pemeriksaannya sesimple ini, harus dengan ditail." Ujar Tia, masih dengan nada bersalahnya.

"Maaf, tapi kayak Nk memang punya penyakit keturunan yang cukup parah. Cuma itu yang bisa aku simpulkan." Tia bersuara kembali saat melihat muka tanpa tujuan hidup Iqbaale.

"Makasih," Gumam Iqbaale pelan, lalu langsung melangkah kesamping Nk, dan duduk dipinggir tempat tidur. Disamping wanitanya. "Masih pusing?" Tanyanya lembut.

Nk mengangguk pelan, sangat oelan dan samar, bahkan Iqbaale tak yakin itu adalah sebuah anggukan untuk pertanyaannya. "Tapi suara kamu jadi jelas, sekarang." Ujar Nk meyakinkan Iqbaale bahwa dirinya lebih baik.

"Syukur lah kalo emang udah lebih baik." Iqbaale tersenyum tipis. Lalu mendaratkan kecupan menguatkan kepelipis Nk. "Jangan sakit yah, aku butuh kamu..." Bisiknya pelan, dan itu membuat Nk tersenyum kecil.

"I need you more..." Nk balik berbisik lirih.

Melihat dirinya sudah tidak dibutuhkan, Tia pun keluar dari kamar dan menghampiri Rike yang baru saja membersihkan pecahan piring akibat Nk yang ambruk.

"Tante, Tia permisi pergi kerja dulu yah." Pamit Tia dengan sopan.

"Eh, gimana keadaan Nk? Sakit apa dia?" Tanya Rike pada intinya.

Sebelum menjawab, Tia menggigit pipi bagian dalamnya dengan rasa bersalah. "Belum keliatan jelas Nk punya penyakit apa, Tan. Tapi kalo Tia perkirakan, memang ada masalah serius dengan panca indranya." Terang Tia sedikit gugup, tapi seberusaha mungkin ia menutupi kegugupannya.

Rike menghembuskan nafasnya dengan berat. Lalu berterimakasih, dan mengantar anak temannya kedepan pintu.

***

Love Me Harder (end)Where stories live. Discover now