part 26 (b)

8.7K 421 7
                                    

Setelah 14 jam berada di pesawat, akhirnya mereka pun sampai ketempat tujuan. Dan tanpa tanggung-tanggung, karna tak ingin Diyanti bertemu dengan Nk, Iqbaale pun langsung membawa Diyanti dan Diara menuju Hotel setelah mengambil koper dibagasi pesawat. Untungnya, Nk sangat jauh diujung sana, jadi kemungkinan mereka bertamu, sangat lah sempit.

"Ga bisa yah kita makan dulu? Makanan dipesawat kurang sip, Baale." Namun itulah respon Diyanti yang merengek ingin makan malam lagi.

"udah malem, Diy. Ara aja udah tidur gini." ujar Iqbaale sembari menunjukkan Diara yang sudah terlelap pulas dipangkuan Iqbaale. "lagian, pasti di Indo udah jam 5 pagi kan? Kamu ga capek memangnya?" Iqbaale tak henti hentinya membujuk Diyanti.

Diyanti terlihat memikir. Lalu mengangguk. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat di hotel.

•••

Sebelum menuju hotel, Nk memastikan dahulu  Iqbaale dan keluarganya sudah sampai di kamar mereka. Dirinya ingin menghindari Diyanti sebelum fashion weeknya dimulai, jika ia bertemu wanita itu sebelum hari H, mungkin saja ia sudah terbaring dirumah sakit sebelum esok hari.

"nda.." Nk menunduk untuk menatap muka bantal Diana. Sejak dipesawat Diana terlelap dipangkuan Nk, sampai saat ini mereka di suatu cafe, Diana baru terbangun.

"ada apa sayang?"

"yayah mana?" Tanya Diana sembari mengucek matanya.

Nk tersenyum sembari merapihkan rambut perinya dan mengikatnya dengan karet yang slalu ada dipergelangan tangannya. "lusa yah kita ketemu ayahnya." ujarnya sambil mengingat rambut Diana.

"aaah, maunya sekarang, nda. Ana mau tidul sama yayah."rengen Diana.

Nk sering sekali mendapat respon seperti ini dari Diana, kadang kalo dia sedang lelah, dia akan membentaknya, namun jika ia tidak lelah atau kesal, dia akan melakukan hal yang serupa seperti saat ini; memeluknya erat dan mengusap bahu mungil Diana dengan lembut, lalu sesekali mengecup ubun ubunnya, dan berkata "nanti yah kalo ada waktunya."

"kapan?" seperti biasa, Diana akan bertanya seperti ini.

"Ana harus sabar, oke?" dengan kalimat itu, Diana bisa mengangguk kecil lalu terlelap, atau balas memeluk Nk.

Nk tau dia berusaha untuk setegar mungkin, tapi dilubuk hatinya yang paling dalam, dia amat rapuh, apa lagi saat tau penyakit berbahaya yang melekat di tubuh Diana, rasanya Nk ingin runtuh sebagai seorang ibu.

Kemarin, sebelum berangkat, Nk dan Diana menyempatkan diri untuk mengecek kondisi keduanya, dokter memberi kabar buruk kepada Nk, STB Diana rapuh, dan secepatnya harus dioprasi. Sungguh terkejutnya Nk, bagaimana bisa perinya yang awalnya baik-baik saja mendapat serangan itu? Lebih baik Nk lah yang mendapat penyakit itu, jangan Diana.

*STB = Sumsum Tulang Belakang

"Baale, aku harap kamu disini." Gumam Nk amat pelan. Tangannya masih memeluk dan mengusap bahu Diana, dan buliran air bening itu kembali mengalir. Sudah cukup ia dibebani kehamilannya dulu seorang diri, jangan sekarang! Nk sendiri sulit berdiri saat ia mengetahui semuanya, apa lagi menghadapinya.

'kring...' dering ponselnya yang sudah diganti kartunya menjadi International akhirnya berdering untuk pertama kalinya. Dengan hati hati Nk bangkit dari senderannya untuk mengambil ponsel di atas meja. Menggeser layar ponsel lalu kembali bersandar sembari menempelkan ponsel ditelinganya.

Love Me Harder (end)Where stories live. Discover now