43

4.7K 304 7
                                    

"Bila suatu saat kau harus pergi...

jangan paksa aku tuh cari yang lebih baik...
karna senyummu menyadarknku...
kaulah cinta pertama dan terakhirku..."
-cinta pertama dan terakhir-


***

"Kanker yang ada di otak ibu Nk, tak kunjung memberi respon slama terapi ini." Terang dokter Bimo, salah satu dokter yang menangani penyakit kanker otak. "Ada baiknya, pak Iqbaale meminta rujukan dari rumah sakit lain, di negara lain jika perlu"

"Memang, ada apa jika istri saya tetap terapi disini?" Tanya Iqbaale penasaran.

"Saya tidak bisa menjamin kankernya akan mereda." Jawab dokter Bimo dengan muka menyesalnya.

Iqbaale diam terpaku mendengarnya. Lalu permisi untuk keluar, menemui keluarganya untuk merundingkan permasalah tadi. Namun saat dirinya jalan menuju kamar Nk, dia memegang tembok rumah sakit untuk menahan beban tubuhnya, ditambah beban hidupnya yang sepertinya bertubi-tubi menimpa keluarga mereka.

'Ma,maafin aku, host... u, udah sembunyiin i, ini...'

Gema suara Nk tadi pagi, membuat Iqbaale tak mengerti dengan maksudnya, dengan ucapan Nk yang kian membuatnya bingung dengan teka-teki yang nampaknya sudah Nk duga sebelumnya. Tapi, apa?

"Apa slama ini, dia sembunyiin penyakitnya sendiri?" Gumam Iqbaale, menebak-nebak.

Berusaha menepis pikiran negatif, Iqbaale pun kembali berusaha bangkit dan berjalan kembali.

***

"Gue tau loe sembunyiin semuanya slama ini, iya kan?"

Nk menghembuskan nafasnya dengan berat sembari memalingkan wajah kesembarang arah. Baru saja bangun dari pingsannya, ia sudah diomeli abis-abisan oleh Tia. Keterlaluan memang cewek ini.

"Nk, please, jangan bohong!" Tegas Tia yang membuat Nk cukup jengkel mendengarnya.

"Gue ga tau harus ngomong apa, Ti. Intinya..." Belum sempat Nk menjelaskannya, Tia kembali berucap, lebih tepatnya menuduh.

"Loe ngebohongin suami loe, orangtua angkat loe, dan gue slama ini, gitu kan?!"

"Tia, dengerin gua dulu. Ini bukan masalah gue nyembunyiin atau enggak! Suer." Nk mengelak dengan cepat.

"Terus apa?"

"Masalah kanker yang ternyata udah ada diotak gue slama 10 tahun lebih ini, dan gue pun baru tau setelah scan itu keluar," Jelas Nk pelan, namun, Tia yang berdiri diujung tempat tidur yang Nk tempati, masih dapat mendengarnya.

"Terus? Slama ini loe bertahan dengan apa? Loe bisa bertahan slama ini karna apa, heum?" Tanya Tia dengan emosinya yang masih ada.

"Slama ini, emang gue sering dikasih vitamin gitu sama nyokap loe, dan gua ga tau isinya apa, nyokap loe juga ga jelasin, jadi gue cuma bisa minum tanpa banyak nanya." Jawab Nk dengan cukup jelas.

Cerita sedikit, Tia adalah anak temannya orangtua Nk. Kebetulan, seluruh keluarga Tia adalah dokter, termasuk kedua orangtua Tia, dan tentunya Tia sendiri, tapi tidak dengan kakak perempuannya, Tita, yang malah menjadi seorang pengacara. Orangtua Tia dan orangtua Nk dekat karna Ayah Nk yang sering bulak-balik kerumah sakit untuk kontrol penyakitnya dengan Papa nya Tia, dan sampai sekarang, anak-anak mereka pun cukup dekat.

"Mama gue kasih vitamin? Vitamin apa?" Tanya Tia tak percaya.

Nk berdecak kecil sebelum menjawab pertanyaan tak berguna yang temannya lontarkan. "Udah gua bilang, nyokap loe ga ngejelasin, dan lagi gua ga banyak nanya, dan milih percaya aja buat disuruh minum."

Love Me Harder (end)Where stories live. Discover now