Erstwhile - Hujan

By yyoonina

52.9K 5.6K 587

Jungkook mengerti dunianya bukan sembarang kendali. Genggaman memorinya yang terus menyayat hati lepas dan lu... More

P r o l o g
Chapter 01 - Rain
Chapter 03 - Rain
Chapter 04 - Rain
Chapter 05 - Rain
Chapter 06 - Rain
Chapter 07 - Rain
Chapter 08 - Rain
Chapter 09 - Rain
Chapter 10 - Rain
Chapter 11 - Rain
Chapter 12 - Rain
Chapter 13 - Rain
Chapter 14 - Rain
Chapter 15 - Rain
Chapter 16 - Rain
Chapter 17 - Rain
Chapter 18 - Rain
Chapter 19 - Rain
Chapter 20 - Rain
Hidden Story
E p i l o g
...
... (2)
Trailer
Notsourgentbut- better read first

Chapter 02 - Rain

3.6K 426 72
By yyoonina

Kilat itu cepat. Tak terduga hingga tanpa sadar kau sudah terjebak.

-Jungkook-

***

"Lain kali biar aku yang membeli bahan makan malam." pesan Yoongi seraya menata bahan-bahan yang di beli Yoonji pada meja dapur.

Kekhawatirannya sungguh diluar dugaan ketika ia lupa tidak memasukan hujan dalam kemungkinan terburuknya. Ia hanya berpikir, jika ia tidak menyusul gadis itu, mungkin ia akan kedinginan di luar sana.

Sebenarnya berbelanja sebelum memasak bukanlah suatu kebiasaan. Hanya saja pria itu lupa bahwa kulkasnya sudah kosong sehingga ia hanya menemukan voice note yang memberitahu bahwa Yoonji keluar untuk membeli bahan makanan.

Gadis itu tidak mengindahkan pesan kakaknya dengan menggeleng, "Aku penat, sementara kau terus bergelut dengan lagu. Berjalan-jalan setidaknya memberi udara segar."

Yoongi menunduk.

Baiklah, ia merasa menjadi kakak yang buruk sekarang. Detik berikutnya mendadak Yoongi mengevaluasi diri.

Memang tak ada deritan yang terdengar pada pintunya sejak siang tadi. Jelas sekali Yoongi tak berniat untuk menilik keluar kamar. Sudah sangat jelas bahwa ia hanya terfokus pada pekerjaannya.

Ia hanya akan keluar dari ruangannya setelah dirasa itu adalah jam untuk makan Selebihnya? Kembali bekerja.

Yoongi meringis mengetahui kenyataan miris tersebut.

"Maafkan aku." suara itu melirih sekalipun tak menghilangkan nada kewibawaan seorang kakak laki-laki.

"Tidak! Tidak!" suara Yoonji bergetar samar.

Dalam kegelapan yang menyelimuti penglihatannya, Yoonji telah belajar bagaimana membaca perasaan yang terlontar lewat nada.

Dan ia mengetahui dengan sangat jelas bahwa kakaknya tengah menunduk dalam saat ini.

"Bukan maksudku seperti itu. Hanya- aku juga ingin memiliki kesibukan. Itu saja." Yoonji melemahkan nadanya.

Tidak, ia telah membuat kesalahan. Pernyataan tidak sengaja yang bisa membuat Yoongi melempar nada seperti itu adalah kesalahannya. Yoonji merutuk dalam hati.

Yoongi menyadari akan perubahan ekspresi yang ditampilkan oleh adiknya itu. Sebuah kebiasaan ketika keduanya hanya terus merasa bersalah satu sama lain dalam keadaan seperti ini.

Pernah suatu hari mereka tidak berbicara satu sama lain hanya karena saling merasa bersalah. Yoonji yang merasa bersalah karena mencoret buku Yoongi, dan Yoongi yang merasa bersalah karena menaruhnya di sembarang tempat.

Hm, tentu saja.

Kebutaan Yoonji bukanlah cacat dari lahir.

Yoongi menggeleng meraih kesadarannya sendiri. Terlalu terlarut dalam diam hanya akan membuat pikirannya makin menghilang.

Setelah mengambil sebuah pisau dan bersiap untuk memasak, Yoongi melirik sekilas bayangan wajah Yoonji dari ujung matanya.

"Mandilah air hangat dan ganti bajumu. Aku akan memanggil jika makanan sudah siap."

Yoongi dapat melihat paksaan senyum dari bibir tipis yang terlihat persis seperti miliknya itu. Gadis itu mengangguk pelan.

"Hm..."

Rumah yang hanya memiliki satu lantai itu berhasil memudahkan Yoonji untuk menemukan kamarnya. Setidaknya Yoonji bukanlah gadis yang bertele-tele dan sangat mudah beradaptasi akan hal apapun.

Yoonji hapal betul di mana ia perlu menaruh kaus kakinya dan di mana letak ranjang sehingga ia bisa mendudukan diri di sana sejenak.

Matanya mengkatup. Sekalipun sama gelapnya, Yoonji bisa merasakan kedamaian begitu menghela panjang. Eksistensi kenyamanan yang dibuat kasur ketika menyentuh punggungnya sungguh tidak terelakan.

Dalam keheningan itu ia dapat merasakan bagaimana gemerutuk air mengetuk jendela, sebuah musik alam yang indah menurutnya.

Sebelum tubuh ramping itu kembali menegak karena teringat sesuatu. Pandangannya lebih kosong dari sebelumnya.

Pikirannya menerawang.

"Bukannya-" Yoonji menjeda kalimatnya, "-aku harus mandi."

"Aku bisa tertidur jika seperti ini..." rutuknya pelan lalu bangkit.

Well, walaupun selama ia mencicipi masakan kakaknya tak ada yang sempurna, tapi bukan sikap yang baik bagi Yoonji untuk membiarkan kakak es batunya itu makan sendirian.

Mereka yang tinggal berdua telah menghargai apa itu kebersamaan di atas meja makan- satu-satunya momentum hangat bersama keluarga.

***

Bagaimanapun orang berpendapat akan indahnya hujan, opini itu hanya akan dilempar mentah-mentah oleh pria bermarga Jeon tersebut.

Rintikan ringan pembawa riang hanyalah kata pengantar dari kesialan yang akan menimpa kemudian.

Percayalah, Jungkook merasakannya.

Dan akibat itu, berpeluh-peluh Jungkook berusaha menahan telinganya yang memanas akibat gerombolan kalimat yang dilempar dengan oktaf tinggi dari Jin-hyung kesayangannya.

Jungkook menatapnya takut dan berakhir dengan mengalihkan pandangan, ia yakin lima detik ia bertahan menatap Jin-hyung matanya akan ikut terbakar.

Konyol.

"Aku menyuruhmu untuk berjalan-jalan. Bukan berhujan-hujanan. Kau bisa saja berteduh lalu menunggunya hingga reda, tetapi-"

"Jin hyung. Aku bukan lagi anak kecil."

"Kau masih anak kecil untukku." nadanya tak mau kalah. Wajahnya terlihat khawatir sekalipun itu hanya akan mengundang tawa Jungkook.

Pria dihadapannya hanya memasang wajah datar ketika tahu ditertawakan.

"Ahaha, oke Jin hyung. Maafkan aku."

"Kau tahu hujan bisa membuatmu demam." gumam Jin pelan.

Jungkook mengangkat kepalanya. Ia tahu ini yang akan terjadi ketika Jin hyung melibatnya terkena hujan dan inilah topik utama kesialan bagi Jungkook.

Selain rasa sayang yang membuatnya nyaman atas pria di hadapannya, kekhawatiran berlebihnya itu membuat Jungkook sedikit merasa dikekang.

Tidak, bukan maksudnya ia membenci ketika Jin beriskap seperti ini. Akan tetapi tetap saja, pria yang seharusnya dewasa sepertinya mendadak menjadi seperti bocah ketika terdapat Jin hyung di sana.

Ia tahu, mungkin Jin hyung juga memperhitungkan aksi begadangnya selama tiga hari, jadi mungkin saja ia bisa terkena demam hebat setelah sadar bahkan air hujannya merembes hingga menyentuh kulitnya. Padahal Jungkook menggunakan baju dan jaket yang tebal.

"Aku pikir kau selalu membawa uang di sakumu. Tidak terpikirkan untuk membeli payung?" Jin membantu Jungkook untuk melucuti pakaian luarnya.

Pandangan Jin bahkan berubah jengah atas benda yang telah berpindah di genggamannya, berpikir mungkin Jungkook telah seberat seratus kilo dengan tampungan air di jaket tebalnya.

"Aku membawanya." Jungkook menyahut santai.

"Lalu mengapa tak kau belikan payung?" Jin kembali meninggikan nadanya.

Jungkook sempat meringis saat Jin hyung terlihat ingin mengayukan tangan besarnya.

"A-aku memberinya untuk seseorang."

"Hm?"

"Aku memberikan payungku untuk seorang gadis."

Jin yang kala itu tengah membantu untuk mengeringkan rambut Jungkook spontan berhenti.

Jungkook menyadari itu dan membiarkan hyungnya terdiam menatap maniknya. Hanya sebentar, hingga ekspresinya yang mendadak berubah menjadi aneh.

"Woaah! Jeon Jungkook."

Di balik pakaian yang hanya tertinggal kaus itu, Jungkook dapat merasakan pukulan-pukulan cepat yang di lempar hyungnya kala itu juga. Tidak sakit, sungguh. Namun perihnya sanggup membuat Jungkook memekik seketika.

Oh tidak.

"Ah! Hyung! Hentikan!"

"Jungkook sudah dewasa!"

"Ah! Iya! Hentikan, hyung. Sakit!"

Jin tertawa lebar tanpa ada hal yang lucu menurut Jungkook. Tangannya pun sudah diungsikan dari tindakan kekerasan barusan. "Aku berhenti. Ugh, memukulmu justru membuat tanganku perih."

Pria itu meniup telapak tangannya tanpa ekspresi berdosa. Oh, mungkin Jungkook dengan ekspresi kesakitannya itu kurang mengambil perhatian.

Tapi apa pedulinya. Jungkook hanya akan mengelus bekas pukulan di lengannya dengan satu tangan.

Apa-apaan.

"Siapa dia?"

"Apanya?"

"Gadis itu..."

Jungkook hampir mual karena melihat hyungnya memainkan alis secara dibuat-buat. Kadang pria itu bisa terlihat berwibawa, kadang tak kalah kekanak-kanakannya.

Jelas ia tahu ia sedang digoda.

"Ah, berhenti bertanya." ujar Jungkook dengan nada tak suka. Hal itu membuat Jin memasang ekspresi lebih aneh lagi.

"Kenapa?"

"Hentikan." Jungkook memutuskan untuk berjalan meninggalkan tempat sekaligus meninggalkam hyung yang tengah tertawa di belakangnya.

Sebenarnya hanya mulut Jungkook yang mengatakan itu. Dalam hatinya, ia turut mengulang kembali pertemuannya dengan gadis itu.

Bagaimana awalnya, bagaimana itu terjadi, dan jangan lupakan tentang senyuman gadis itu. Tangan Jungkook bahkan telah bertaut ikut merasakan sentuhannya tadi.

Jungkook tak sadar akan senyumnya yang mengembang sekarang.

Ia hanya merasa lucu tatkala kejadian singkat itu seolah merubah presepsinya.

Hujan yang menyebalkan ternyata bisa mendadak indah akibat senyumannya. Ini adalah opini Jungkook yang sama dengan Jungkook yang mengeluh sesaat memasuki rumah akibat hujan.

Oh tidak, Jungkook merasa hampir gila karena tersenyum sendirian.

Hingga tangannya terangkat menuju keningnya.

Bukan hal yang diduga, Jungkook tiba-tiba merasa nyeri pada kepalanya. Pening itu menyambar seolah petiran terjadi di kepalanya.

Jungkook mendesis akibat nyeri itu. Pandangannya mendadak buram dan membuatnya melangkah dengan goyah.

Jin yang melihat tubuh Jungkook hampir limbung langsung berlari mendekat dengan terburu-buru.

"Jungkook!"

Ia dapat merasakan dunianya berputar dengan kepalanya yang makin memberat. Bahkan garis wajahnya nampak menegang dengan kilatan samar dalam kepalanya.

Jungkook menggeleng. Matanya mengerjap.

Jungkook masih sadar dengan napas terengah yang mulai tenang.

Dan tangan hangat Jin hyung membuatnya merasa lebih baik.

"Kau tak apa?"

Jungkook sempat menatap kosong ke sembarang arah sebelum akhirnya memilih untuk menggeleng sekali lagi.

"Ugh, kau benar, hyung. Aku demam."

***





Membosankan nggak sih? Hm... Mungkin. Gak tau deh hehe :3

Konfliknya berjalan pelan, tapi mungkin langsung membludak pada satu chapter. Banyak kerahasiaan, tapi entahlah. Bisa saja feeling umum itu bener.

Aku gak pande menyembunyikan sesuatu dalam alur cerita :'v

Sudahlah.

Kimgysm_

Continue Reading

You'll Also Like

119K 9.6K 36
Kisah seorang gadis cantik yang hidup penuh kasih sayang dari kedua orang tua nya dan kakak laki-laki nya,berumur 20 th pecinta Cogan harus bertransm...
49.8K 310 5
oneshoot 🔞🔞 lanjutan Polos polos binal yang dihapus sama akun nya juga di hapus Karina X All Warning!!! 🌚🥵 penuh dengan uh ah
203K 428 5
132K 12K 50
No Deskripsi. Langsung baca aja Taekook Vkook Bxb 🔞🔞 *** Start : 15 Januari 2024 End : -