True Angel ✔️

By scarlettkid

151K 20K 3.6K

[ COMPLETED ] Min Yoongi jatuh cinta pada pandangan pertama dengan anak dari kelas sebelah, Son Seungwan. Sej... More

01 - Pindah Kelas
02 - Bioskop
03 - Keputusan
04 - Dua Pihak
05 - Hari Libur
06 - Valentine
07 - Ulang Tahun
08 - Hilang
09 - Bandara
10 - Kembali
11 - Sakit
12 - Cemburu
13 - Turnamen
14 - Ketahuan
15 - Emosi
16 - Say Yes
17 - Perubahan
18 - Bersama
19 - Hukuman
21 - Mark
22 - Semester Baru
23 - Perjuangan
24 - Adrenalin
25 - Dukungan
26 - Pilihan
27 - Toronto
28 - Kerja Keras
29 - Argumen
30 - Selesai
31 - Bagian yang Hilang
32 - Reuni
33 - Deklarasi
34 - Terakhir
35 - From Scarlettkid

20 - Daegu

3.3K 464 42
By scarlettkid

Jika Min Yoongi bisa menyebutkan salah satu sifat menyebalkan yang ada pada dirinya, ia pasti akan menjawab posesif. Laki-laki berusia delapan belas tahun itu sadar akan sifat posesif yang dimilikinya sejak berpacaran dengan Son Seungwan. Bagaikan bom waktu, posesif itu adalah kecemburuan, keinginan untuk mengatur, menguasai, dan ketidakpercayaan.

Sudah hampir dua minggu Yoongi dan keluarganya berlibur di Daegu dan Min Yoongi sudah rindu setengah mati pada Son Seungwan. Bagi Yoongi, komunikasi adalah hal yang penting dalam sebuah hubungan. Karena itu setiap hari, mulai dari Yoongi membuka mata hingga menutup matanya kembali pada malam hari, ia akan menghubungi Seungwan.

Yoongi sangat khawatir dengan keadaan Seungwan. Pasalnya, Seungwan tinggal sendirian di Seoul. Keluarganya menetap di Kanada. Hal itu membuat Seungwan menjadi pribadi yang sangat mandiri. Tapi itu bukan alasan untuk tidak mencemaskan Seungwan. Yoongi sudah meminta bantuan Jackson, teman sekelasnya yang juga menetap di Seoul selama liburan, untuk membantu Seungwan. Dan Yoongi mengancam Jackson bahwa ia harus memberi laporan minimal sepuluh kali dalam sehari tentang keadaan Seungwan.

"Liatin apaan sih, hyung?"

Sebuah suara berhasil mengalihkan pandangan Yoongi dari ponsel. Pemilik suara itu adalah adik sepupu Yoongi yang usianya sepuluh tahun lebih muda dari Yoongi. Hanya di saat liburan seperti inilah Yoongi bisa berkumpul bersama keluarga besarnya di Daegu.

"Liatin hape aja," jawab Yoongi singkat.

"Yoongi hyung udah punya pacar, ya?" tanya adik sepupunya lagi.

Yoongi mengernyit. Saat Yoongi berusia delapan tahun, ia sama sekali tidak mengenal kata pacaran. Tapi sekarang adik sepupunya itu terang-terangan bertanya tentang pacar Yoongi. Tidak bisa disangkal lagi bahwa media seperti televisi sudah cukup banyak membantu anak-anak memiliki pikiran yang jauh lebih dewasa dari usianya.

"Iya, punya," jawab Yoongi lagi.

"Ada fotonya, hyung?" kali ini adik sepupunya berbicara dengan nada sedikit memaksa. Yoongi memutar bola matanya. Apa tidak ada perempuan cantik di Daegu sampai-sampai adik sepupunya itu penasaran dengan wajah Son Seungwan?

"Ada, bentar," dengan malas Yoongi membuka galeri di ponselnya kemudian mencari foto Seungwan. Akhirnya Yoongi menunjukkan foto Seungwan yang ia ambil diam-diam saat menemani gadis itu belanja cangkir dan piring baru untuk di rumahnya.

Adik sepupu Yoongi mendekat dan menatap layar ponsel Yoongi cukup lama. Meski sedikit kesal, Yoongi sebenarnya penasaran dengan apa pendapat orang-orang sekitarnya terhadap Seungwan. Dan bodohnya Min Yoongi yang sudah mengharapkan jawaban dari anak laki-laki berusia delapan tahun.

"Cantik, hyung. Namanya siapa?" adik sepupu Yoongi terlihat kagum.

"Namanya Wendy—"

"Kapan diajak ke Daegu?" jelas sekali adik sepupu Yoongi sangat menyukai Seungwan. Yoongi merasa semakin kesal. Padahal tidak mungkin adik sepupunya itu merebut Seungwan darinya.

"Nanti kalo dah kaga sibuk," jawab Yoongi asal. Kemudian adik sepupu Yoongi pergi dan meninggalkan Yoongi kembali sendirian, bersama ponselnya.

Sebenarnya sedaritadi, Yoongi menunggu pesan dari Seungwan. Dua puluh menit lalu gadis itu berkata bahwa ia akan mandi dan tidak akan membalas pesan dari Yoongi sampai kegiatannya itu berakhir. Tentu saja yang membuat Seungwan melaporkan keadaannya adalah Min Yoongi.

Yoongi tahu betul kegiatan Seungwan di Seoul selama ia sendiri berlibur di Daegu. Sehari setelah kepergian Yoongi ke Daegu, Seungwan berkata bahwa ia mengunjungi Mijoo di tempat kerja sambilannya, diantar oleh Jackson. Seminggu kemudian, Seungwan berkata bahwa vacuum cleaner di rumahnya rusak dan ia diantar oleh Jackson untuk membeli yang baru. Dan masih banyak lagi kegiatan lainnya yang dilaporkan Seungwan pada Yoongi.

Menurut Yoongi, Seungwan adalah gadis yang mudah beradaptasi. Memang pada hari-hari awal Yoongi pergi ke Daegu, Seungwan rajin berkata bahwa ia sangat merindukan Yoongi. Tapi setelah berhari-hari berlalu, nampaknya gadis itu sudah terbiasa dengan ketidakhadiran Yoongi. Beberapa hari belakangan saja Seungwan tidak akan melaporkan keadaannya jika tidak ditanya oleh Yoongi.

Yoongi tersentak saat sebuah pesan masuk ke aplikasi LINE di ponselnya. Ada jawaban dari Seungwan. Jika Yoongi menghitung, gadis itu membutuhkan dua puluh lima menit untuk mandi.

[ Chatroom with Wendy ]

Wendy: Sudah selesai mandi hehehe

Suga: Oke, bagus

Suga: Habis ini mau makan?

Wendy: Iyaaa aku mau delivery aja sih

Wendy: Bahan makanan di rumah udah habis

Suga: Besok kamu pergi belanja aja sama Jackson

Wendy: Iyaa rencanaku sih begitu

Suga: Ya udah aku kasitau Jackson ya, sayang

Wendy: Hah? Ngapain? Ngga usaaaah

Wendy: Aku aja yang kasitau Jackson

Suga: Ngga boleh, aku yang kasitau Jackson

Suga: Kamu cepetan delivery

Suga: Kalau udah selesai makan, bilang

Wendy: Iya iyaaa, kamu mau telepon aku, kan?

Wendy: Udah hapal banget, tau ngga?

Suga: Bagus

Setelah pesannya dibaca oleh Seungwan, Yoongi segera beralih pada kontak Jackson. Ini bukan pertama kalinya Yoongi melarang Seungwan menghubungi Jackson. Entah mengapa Yoongi lebih suka jika ia yang berbicara atas nama Seungwan pada orang lain.

[ Chatroom with Jackson ]

Suga: Besok jemput Wendy

Suga: Pake mobil

Suga: Jam 8

Suga: Ajak ke supermarket

Suga: Bahan makanan di rumahnya habis

Jackson: Siap, bos geng!

Suga: Jagain cewek gua

Suga: Lecet dikit aja lu mampus

Jackson: Siaaaap

Suga: Thanks

Yoongi sangat berterima kasih pada Jackson. Laki-laki yang merupakan anak direktur sekolah itu sangat senang membantu orang. Jackson langsung setuju saat Yoongi memintanya menjaga Seungwan selama Yoongi berlibur ke Daegu. Padahal Jackson baru saja pulang dari latihan basket di Pulau Jeju saat Yoongi meminta bantuannya.

"Yoongi," suara lembut terdengar tidak jauh dari tempat Yoongi berada. Kali ini suara yang memanggil Yoongi adalah ibunya. "Makan malam dulu, yuk?"

Yoongi mengangguk. Ia segera menyimpan ponsel di sakunya. Meski sudah memiliki Seungwan, Yoongi tidak akan pernah lupa bahwa keluarga harus selalu diutamakan. Yoongi tidak akan menghubungi Seungwan jika ia sedang berkumpul bersama keluarga besarnya.

Yoongi berjalan menuju ruang makan di mana keluarga besarnya sudah duduk rapi dan bersiap-siap menikmati hidangan makan malam. Hanya di tempat inilah Min Yoongi akan kembali menjadi Yoongi, bukan Suga. Nama Suga hanya singkatan dari kata shooting guard, posisinya saat bermain di tim basket.

Dalam suatu keluarga besar, terdapat berbagai macam karakter. Meski rata-rata keluarga Min sangat pendiam, kakak Yoongi bukanlah orang seperti itu. Kakak Yoongi adalah orang yang paling bawel di antara semua yang sedang menikmati makan malam. Dan sebagai adiknya, Yoongi tidak mungkin terhindar dari bahasan yang menyangkut dirinya.

"Kuliah makin sibuk, ada aja tugas dari dosen," curhat kakak Yoongi. "Emang sih orang bilang kuliah itu kaga bisa santai, apalagi kuliah di teknik."

Ya, kakak Yoongi saat ini sedang menempuh pendidikan di KAIST, universitas terbaik dalam bidang teknologi dan penelitian di Korea Selatan. Kakak Yoongi mengambil jurusan Teknik Informatika. Tidak mengherankan karena sejak dulu kakak Yoongi sama sekali tidak bisa lepas dari teknologi, terutama komputer dan laptop.

"Kalau Yoongi, sudah ada rencana mau kuliah di mana?" tanya bibi Yoongi yang duduk di hadapan Yoongi. "Sebentar lagi Yoongi kuliah, kan?"

Yoongi hanya bisa tersenyum tipis sedangkan kakaknya membalas, "Yoongi masih sibuk pacaran, belom mikirin kuliah."

Langsung saja suara tawa terdengar di ruang makan. Yoongi sudah terbiasa karena selama di Daegu, kakaknya tidak pernah berhenti membahas Seungwan. Mungkin sebagai bentuk balas dendam karena sebelum-sebelumnya saat mereka berkunjung ke Daegu, kakak Yoongi selalu membicarakan pacarnya sendiri.

"Kalau pacar Yoongi... Siapa namanya? Wendy, ya? Nah, Wendy mau kuliah di mana?" tanya bibi Yoongi lagi.

Yoongi kali ini hanya bisa menggeleng. "Belom bahas kuliah sama Wendy."

Yoongi sering diceritakan oleh kakaknya bahwa kakaknya itu sempat galau memilih apakah ia akan kuliah di Hanyang University seperti pacarnya atau mengambil kuliah teknik di KAIST yang sangat bergengsi. Kira-kira itu terjadi dua tahun yang lalu. Kakak Yoongi selalu mengingatkan bahwa pilihan yang salah bisa menghancurkan suatu hubungan.

"Biasanya sih kalau soal kuliah, sang ayah punya permintaan sendiri," lanjut bibi Yoongi kali ini sambil menatap ayah Yoongi. "Iya, kan?"

Ayah Yoongi menatap Yoongi sekilas sebelum menelan makanan di mulutnya. "Ayah pengin kamu ambil jurusan yang ada hubungannya sama kesehatan. Tapi kalau ngga mau, ngga apa."

Yoongi terkejut, ini pertama kalinya ia mendengar ucapan seperti itu dari bibir ayahnya. Saat kakak Yoongi hendak kuliah, sang ayah tidak memberi komentar apapun. Sedangkan Yoongi, sang ayah dengan jelas mengatakan suatu keinginan agar Yoongi kabulkan.

"Ibu juga mau Yoongi nanti bekerja di bidang kesehatan," tambah ibu Yoongi sambil tersenyum.

Yoongi mulai berpikir. Jurusan yang ada di bidang kesehatan yang pertama kali terlintas di benaknya adalah kedokteran. Kemudian farmasi, kesehatan masyarakat, ilmu gizi, dan biomedik. Jujur saja Yoongi tidak pernah melirik sedikitpun pada jurusan-jurusan yang baru saja dipikirkannya. Bagaimana tidak, dipikirannya hanya ada dua hal. Son Seungwan dan basket.

Selain dua hal itu, Yoongi juga menyukai musik. Kalau saja ia punya lebih banyak waktu, ia akan memilih untuk mengurung diri di dalam studio musik pribadi miliknya dan mulai mengerjakan lagu. Ya, membuat lagu adalah salah satu keahlian Yoongi. Tapi seorang Min Yoongi sendiri tidak yakin apakah ia sangup hidup hanya dengan membuat lagu.

"Saran gua, dek, lu bahas baik-baik sama Wendy soal kuliah gini. Gua sama ayah dan ibu udah kasi saran sebanyak mungkin," ujar kakak Yoongi dengan nada meyakinkan.

Beberapa hari lagi liburan sekolah akan berakhir dan secara resmi Yoongi akan memulai pendidikannya di bangku kelas tiga. Bangku senior di mana ia tidak bisa bersantai sedikitpun jika ia ingin masuk perguruan tinggi dengan jalur rekomendasi sekolah maupun jalur tes tulis. Persaingan antar teman sekelasnya akan mulai terlihat. Bagaikan seleksi alam, yang kurang rajin akan tersingkirkan. Yang rajin dan yang beruntunglah yang akan berhasil.

Setelah makan malam selesai, Yoongi tidak bisa segera menghubungi Seungwan. Ia menemani adik sepupunya bermain lego. Biasanya untuk masalah bermain lego, kakak Yoongi adalah jagonya. Tapi kakak Yoongi sedang sibuk mengerjakan tugas kuliah yang ia bawa hingga ke Daegu.

Setahu Yoongi, pacar kakaknya menempuh pendidikan di Hanyang University, jurusan Farmasi. Mungkin Yoongi bisa bertanya lebih jauh pada pacar kakaknya, termasuk hal seperti bagaimana rasanya jika menjalani hubungan beda kampus dengan pacar sendiri.

Satu jam berlalu, akhirnya Yoongi bisa menjauhkan diri dari adik sepupu dan lego. Yoongi segera masuk ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya. Ia sangat ingin mendengar suara Seungwan. Tangan Yoongi bergerak meraih ponsel di sakunya. Tidak ada pesan masuk dari Seungwan. Hal yang ditakutkan Yoongi akhirnya terjadi. Seungwan makin jarang memberinya laporan.

Tanpa pikir panjang, Yoongi memutuskan untuk free call Seungwan saat itu juga. Ia menghindari video call karena tidak ingin gadis itu melihat wajah Yoongi yang kesal. Sekalipun alasan Yoongi kesal adalah karena Seungwan sendiri.

"Malaaaam," suara Seungwan terdengar ceria.

"Lagi apa, sayang?"

"Barusan selesai cuci piring, sekarang aku mau bikin daftar belanjaan buat besok, kalau kamu?"

"Barusan selesai makan malam, sayang,"

"Wah, asyik dong. Tebak tadi aku makan apa hehehe,"

"Hmm... Ngga tau,"

"Ditebak dong! Masa main ngga tau,"

"Lagi malas, sayang,"

"Yaudah boneka Kumamonnya aku suruh tidur di luar,"

"Eh, jangan. Gila ya kamu, sayang. Iya, aku tebak. Pizza?"

"Loooooh kok tau sih!? Curaaaaaang, pasti tau dari Jackson,"

"Ngga, sayang. Aku kan emang sakti,"

"Ngeri ah, sakti gitu. Udah bilang sama Jackson kalau besok aku mau pergi belanja?"

"Sudah, sayang. Besok jam 8 pagi dia jemput kamu,"

"Yeaaaay, makasih Suga hehehe,"

"Oh, 'Suga' doang?"

"Makasih Suga sayang, hehehe,"

"Bukan gitu. Panggil aku Yoongi. Di Daegu aku dipanggil Yoongi terus—"

"Yoongi sayang,"

"......................."

"Loh, Yoongi? Kok diem, sih?"

"......................."

"Yoongi? Kamu—"

"Wen, tau ngga? Aku rela ngapain aja asal kamu manggil aku kayak gitu tiap hari,"

"Hehehe, bisa aja. Yoongi sayang, apa kabar?"

"Kabar? Aku kangen kamu,"

"Tapi aku ngga kangen kamu, gimana dong? Aku udah puas tiap hari ditemenin Kumamon,"

"Dasar. Kumamon muka bego gitu,"

"Yoongi, aku bakar loh boneka Kumamon kamu,"

"Jangan, sayang. Kalo kamu bakar, aku bakal suruh Jackson ngga jemput kamu besok,"

"Ih, ngga mau. Yoongi gitu ya, sekarang mainannya Jackson,"

"Kamu juga sekarang mainannya Kumamon. Kapan kamu mainin aku?"

"Sayang, kamu masih sehat, kan?"

"Ngga. Dibilangin aku kangen kamu,"

"Ahahahaha,"

Yoongi tidak tahu apakah hanya ia dan Seungwan yang berbicara seperti ini meski status mereka adalah sepasang kekasih. Setiap kali Yoongi berbicara dengan Seungwan, ia merasa menjadi dirinya sendiri. Seungwan bukan tipe perempuan yang memaksa Yoongi untuk menjadi laki-laki ideal. Yoongi tahu karena Yoongi bisa mendengar suara tawa Seungwan setiap kali mereka berbicara lewat telepon.

"Besok habis belanja, langsung balik rumah. Habis itu kabarin aku,"

"Iya, Yoongi. Besok acara kamu apa?"

"Tergantung adik sepupuku mau diajak ke mana, Wen,"

"Hahaha, okee. Aku mau tidur. Boleh kan?"

"Boleh, sayangnya Yoongi,"

"Ih, apaan sih. Oke, aku tidur dulu. Kamu juga jangan lupa tidur. Pakai selimut biar ngga kedinginan. Jauhin hape dari tempat kamu tidur, bisa-bisa kamu begadang,"

"Iya, bawel. Dah,"

"Dadah, Yoongi,"

Berkat percakapan telepon dengan Seungwan dan sedikit voice service dari kekasihnya itu, Yoongi berhasil tidur dengan nyenyak. Membayangkan Seungwan akan memanggilnya dengan sebutan 'Yoongi' setiap hari saja bisa membuat laki-laki itu tersenyum sepanjang hari.

Keesokan harinya, adik sepupu Yoongi meminta Yoongi untuk menemaninya memetik stroberi di kebun yang agak jauh dari rumah mereka. Yoongi bangun pagi-pagi sekali, menikmati sarapan, menghubungi Seungwan dengan pesan LINE kemudian bersiap-siap sebelum menancap gas mobil menuju kebun stroberi.

Yoongi baru menemukan keganjalan pada tingkah Seungwan saat baru saja tiba di kebun stroberi. Seungwan hanya membaca pesan LINE darinya. Tidak ada balasan yang diberikan gadis itu. Pikiran Yoongi kacau, ia tidak bisa berpikir positif. Tapi ia juga berusaha menahan diri agar tidak bersikap posesif. Mungkin saja baterai ponsel Seungwan habis.

Hingga siang hari tiba, tidak ada balasan pesan LINE dari Seungwan. Yoongi makin panik. Masalahnya, ia sedang berada di Daegu sedangkan Seungwan berada di Seoul. Jarak mereka terlalu jauh. Setelah diam di kamarnya selama beberapa saat, Yoongi memutuskan untuk menghubungi Jackson. Sialnya, Jackson tidak mengangkat telepon dari Yoongi. Akhirnya Yoongi hanya bisa mengirim Jackson beberapa pesan LINE.

Sore tiba, kabar dari Seungwan belum ada. Yoongi yang tidak sabaran akhirnya menelepon ponsel Seungwan. Dan syukurlah, panggilannya diterima oleh Seungwan.

"Halo?" Seungwan terdengar kesal.

"Wen, ini kamu, kan? Kok baru angkat telepon aku sekarang?"

"Menurut kamu?"

Min Yoongi berkata kasar dalam hati. Apa lagi yang salah dari tindakannya? Padahal sehari sebelumnya, Seungwan terdengar baik-baik saja.

"Aku ngga ngerti kalo kamu ngga cerita, sayang,"

"Pikirin aja sendiri,"

"Sayang, cepet cerita. Salahku apa?"

"Ngga salah, sih. Tapi aku kesel banget sama kamu,"

"Lah? Kenapa?"

"Dasar ngga peka. Min Yoongi ngga peka,"

Yoongi semakin bingung. Ia berusaha memikirkan kembali apa saja yang sudah ia lakukan selama seharian ini. Kemudian ia juga mencoba memikirkan kembali apa yang ia perbuat sehari sebelumnya. Yoongi mengernyit. Apa jangan-jangan Seungwan tahu bahwa ayah Yoongi meminta Yoongi untuk kuliah di jurusan dengan bidang kesehatan? Tapi bagaimana mungkin? Kalau bisa Yoongi ingin ke tempat Seungwan sekarang juga agar bisa membaca raut wajah gadis itu.

"Sayang, aku minta maaf,"

"Kamu minta maaf buat apa, sih? Emangnya kamu tau salah kamu apa?"

"Tenang dulu dong! Ini kenapa kamu bentak aku?"

"Siapa yang bentak kamu, Yoongi?"

"Kamu barusan manggil aku 'Yoongi' kan?"

"Iya, lalu kenapa? Jangan coba-coba ngubah topik deh,"

"Aduh sayang kamu galak banget,"

"Yoongi! Aku tutup nih teleponnya!"

"Eh, jangan. Oke, aku ngga ngerti salahku apa," Yoongi menghela napas, ia menyerah. Dalam situasi seperti ini, ia harus mengalah jika Seungwan tidak mengalah. "Kamu tau salahku apa?"

Tidak ada jawaban yang terdengar setelah beberapa menit berlalu. Yoongi menempelkan ponsel di telinganya, berusaha mencari sedikit saja suara yang terdengar. Tapi yang bisa Yoongi dengar hanyalah deru nafas Seungwan.

"Hari ini sebulanan kita jadian, Yoongi. Kamu lupa?"

"Hah?"

Yoongi heran. Bagaimana bisa Seungwan marah padanya hanya karena hal sepele seperti itu? Apa semua perempuan seperti itu? Setahu Yoongi, kedua orang tuanya tidak pernah merayakan tanggal jadian mereka setiap bulan. Lalu siapa yang salah? Apakah Yoongi? Atau Seungwan?

"Aku udah nunggu kamu ucapin dari tadi pagi,"

"Maaf. Bagiku hal seperti itu kurang penting, Wen,"

"Terus yang penting buat kamu tuh apa?"

"Yang penting aku dan kamu selalu bersama, Wendy. Kayak sekarang, kita teleponan,"

"Apaan sih, Yoongi. Jackson aja inget kalau hari ini sebulanan kita. Masa ngga? Ngga usah pakai alasan kurang penting atau apa. Bilang aja kamu lupa,"

Skakmat. Perkataan Seungwan benar-benar tepat sasaran. Selain bagi Yoongi peringatan seperti itu tidak penting, Yoongi sendiri lupa bahwa ia sudah menjadi pacar Seungwan selama satu bulan. Seharusnya Yoongi tahu bahwa Seungwan hanya menginginkan sebuah ucapan, tidak lebih.

"Maaf, ya. Sepulang dari Daegu aku bakal peluk kamu seharian,"

"Nggak bisa, Yoongi. Aku... Ada urusan,"

Yoongi tersentak. "Urusan apa? Kok kamu ngga cerita?"

Jujur saja sejak hubungan mereka diresmikan, Yoongi dan Seungwan belum membicarakan lebih jauh tentang komitmen. Bahwa sebagai sepasang kekasih mereka harus saling percaya, saling menghargai, saling membahagiakan, dan banyak hal lain yang dilakukan bersama. Yoongi baru sadar bahwa dibandingkan dengan bersikap posesif, seharusnya ia cukup meminta Seungwan untuk lebih terbuka padanya.

"Tadi aku ditawari Jackson. Sebentar lagi ada acara UN Habitat yang diselenggarakan di Seoul, itu acaranya PBB. Karena Bahasa Inggrisku bagus, Jackson memintaku untuk jadi panitia. Aku harus rapat beberapa kali dulu sebelum hari-H," cerita Seungwan panjang lebar.

"Kamu sendirian yang jadi panitia?"

"Ngga. Jackson juga. Kamu ngga usah khawatir,"

"Khawatir?"

"Iya, Yoongi. Aku sadar kok kalau kamu posesif. Aku agak risih, sih. Tapi aku tau kalo kamu posesif karena kamu sayang aku,"

"Yaudah deh, maaf ya sayang. Aku sayang kamu,"

"Aku sayang kamu juga,"

Yoongi kehabisan kata-kata. Ia merasa benar-benar bersalah. Seungwan sudah pasti merasa kecewa dengannya. Seharusnya berita tadi menjadi berita yang menggembirakan. Sayangnya karena Yoongi menghancurkan suasana... Lupakan. Jangan dibahas lagi.

"Ga, kalau udah pulang dari Daegu, aku mau ngomong penting sama kamu,"

"Ngomong aja sekarang, sayang,"

"Ngga mau ah, males. Suga ngga peka. Aku cerita juga kamu bakal anggap itu kurang penting,"

"Kok balik manggil 'Suga' sih? Lagian cerita dulu dong,"

"Iya, Yoongi. Ini soal masa depan kita,"

Yoongi tertegun. "Masa depan kita?"

Yoongi sangat penasaran dengan apa yang dimaksud Seungwan. Masa depan apa yang begitu penting bagi Seungwan? Apa tentang kelanjutan pendidikan Seungwan? Apa gadis itu akan kuliah di Kanada? Atau justru tentang hubungan mereka? Apa Seungwan meminta putus? Tapi Yoongi tidak selingkuh atau berlaku kasar pada Seungwan.

"Iya. Yoongi, kamu mau ngga ke Kanada bareng aku? Kita ketemu orang tuaku,"

Yoongi terkesiap. "Kapan?"

"Masih lama, sih. Tapi kita rencanain dulu. Mau, kan?"

Yoongi mengangguk, ia lupa bahwa kini ia berbicara dengan Seungwan lewat telepon. Setelah sadar Yoongi menjawab dengan sangat yakin, "Mau."

Dan Yoongi tidak sadar ini hanya hal pertama yang ia korbankan untuk Seungwan.

.

.

.

Terima kasih sudah membaca Part 20

Continue Reading

You'll Also Like

27.3K 2.1K 9
[COMPLETED] [Min Yoongi version 2] "Ini untuk sahabatku- Min Yoongi." ©Nandd_ , 2019.
1.6K 182 12
Punya pacar terlalu baik tuh nggak enak. -Chaewon [completed]
410 94 11
Cerita Satyatama dan Tania yang mengenal dan selalu jatuh cinta di tiap negara yang mereka kunjungi. "Let me bring my heart, to travel yours" - S "Co...
211K 22.8K 43
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...