True Angel ✔️

By scarlettkid

151K 20K 3.6K

[ COMPLETED ] Min Yoongi jatuh cinta pada pandangan pertama dengan anak dari kelas sebelah, Son Seungwan. Sej... More

01 - Pindah Kelas
02 - Bioskop
03 - Keputusan
04 - Dua Pihak
05 - Hari Libur
06 - Valentine
07 - Ulang Tahun
08 - Hilang
09 - Bandara
10 - Kembali
11 - Sakit
12 - Cemburu
13 - Turnamen
14 - Ketahuan
15 - Emosi
16 - Say Yes
17 - Perubahan
18 - Bersama
20 - Daegu
21 - Mark
22 - Semester Baru
23 - Perjuangan
24 - Adrenalin
25 - Dukungan
26 - Pilihan
27 - Toronto
28 - Kerja Keras
29 - Argumen
30 - Selesai
31 - Bagian yang Hilang
32 - Reuni
33 - Deklarasi
34 - Terakhir
35 - From Scarlettkid

19 - Hukuman

3.9K 514 97
By scarlettkid

Son Seungwan mengamati dirinya sendiri di cermin. Dengan pakaian tidur lengkap yang dikenakannya, gadis yang biasa dipanggil Wendy itu terdiam saat melihat wajahnya yang sudah tidak bisa dibilang muda. Orang tua Seungwan selalu bertanya kapan ia akan menikah dengan kekasihnya yang sekarang. Dan Seungwan selalu menjawab bahwa ia belum siap. Entah sampai kapan ia akan keras kepala dan tetap kukuh akan pemikirannya.

Bel apartemennya berbunyi, membuat Seungwan yang hendak beranjak ke kasur terdiam. Matanya melihat ke jam dinding di kamarnya. Pukul satu dini hari. Orang gila seperti apa yang mengunjungi Seungwan di waktu seperti sekarang? Pertanyaannya tidak akan terjawab jika Seungwan hanya diam. Akhirnya gadis itu berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Suga—"

"Malam, Wendy," suara berat Min Yoongi tertangkap oleh telinga Seungwan. "Hari ini aku nginap di sini lagi, ya?"

Seungwan hanya berdiri kaku saat laki-laki itu melepas sepatunya dan dengan cepat masuk ke kamar tidurnya. Ini bukan pertama kalinya Min Yoongi datang ke apartemennya hanya untuk menumpang tidur. Pertama kali saat Yoongi datang untuk menginap, Seungwan menolaknya dengan tegas. Tapi tatapan Yoongi selalu membuat Seungwan luluh. Yoongi terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga ia harus pulang larut seperti sekarang.

Yoongi melempar dasinya sembarangan ke lantai kamar tidur Seungwan. Tangannya bergerak ke bawah lehernya, kemudian melepas dua di antara tujuh kancing yang menghiasi kemejanya. Tanpa menunggu Seungwan, laki-laki itu langsung berbaring di ranjang Seungwan. Mau tidak mau Seungwan merelakan setengah dari ranjangnya dikuasai Yoongi. Perlahan, Seungwan berbaring di sebelah Yoongi.

"Tadi operasinya lancar," gumam Yoongi dengan mata terpejam. "Makanya aku langsung ke sini buat tidur sama kamu."

"Apa hubungannya? Kan kamu bisa pulang ke rumahmu sendiri?" tanya Seungwan. Tiba-tiba tangan Yoongi meraih dagunya dan dengan cepat menariknya hingga bibir mereka bersentuhan.

Ada apa dengan Min Yoongi? Laki-laki itu tadi datang ke apartemennya dengan wajah kelelahan tapi sekarang Seungwan menjadi objek santapannya. Yoongi mulai melumat bibir Seungwan, seakan ia sudah menunggu bertahun-tahun untuk melakukannya. Ralat, Yoongi memang sudah menunggu selama sepuluh tahun untuk mencium Seungwan lagi.

"Wen," bisik Yoongi saat ciuman panas mereka berakhir. Tapi tatapan Yoongi seakan memberitahu Seungwan bahwa ciuman tadi hanyalah sebuah pembukaan. "Malam ini biarin aku bikin kamu teriakin namaku."

Tepat saat Seungwan hendak berteriak keras untuk membuat Yoongi berhenti, ia terbangun. Ya, terbangun dari mimpinya. Napas Seungwan tidak teratur, keringat membasahi pelipisnya. Padahal ruangan yang sekarang menjadi kamar tidurnya sudah bersuhu rendah. Seungwan menoleh ke samping, mendapati Seulgi yang tertidur pulas.

Seungwan berusaha mengatur napasnya. Sudah berapa lama ia tidak bermimpi? Seungwan selalu saja bermimpi aneh jika ia tidur di ranjang yang bukan ranjang kasurnya. Ya, saat ini Seungwan dan teman-temannya tengah bermalam di salah satu hotel yang terletak di Busan. Seungwan dan teman-temannya menikmati liburan semester.

Seungwan meraih ponsel di meja sebelah ranjangnya kemudian menghubungi satu nama. Hanya orang itu yang ada di pikirannya sekarang. Ya, siapa lagi jika bukan Min Yoongi.

"Sayang?" terdengar suara Yoongi dari seberang telepon. Yoongi juga ikut ke Busan bersama Seungwan dan laki-laki itu ada di kamar sebelah kamar Seungwan. "Kok belom tidur?"

"Aku mimpi aneh, Ga. Aku ngga bisa tidur lagi," jawab Seungwan dengan suara pelan agar Seulgi tidak terjaga. "Aku udah bangunin kamu, ya?"

"Hah? Nggak, tadi aku masih ngobrol sama Mino," sahut Yoongi yang memang berada di kamar yang sama dengan Mino dan Kai. "Kamu mau keluar?"

"Mau, tapi ke mana?" gumam Seungwan sambil melihat waktu yang terpampang di ponselnya. "Ini sudah jam sebelas malam."

"Ke kolam renang, yuk? Aku tunggu di sana," sahut Yoongi cepat.

"Hah? Halo? Ga?" Seungwan mengangkat alisnya. Min Yoongi sudah memutus panggilan telepon mereka. Tanpa pilihan lain, Seungwan buru-buru mengganti pakaiannya dengan baju renang yang ia beli bersama Seulgi. Seungwan juga mengambil handuk putih dari kamar mandi. Tidak lupa ia memakai jersey basket milik Yoongi yang ia terima tadi pagi saat mereka ke Busan.

Setelah memastikan dirinya siap, Seungwan diam-diam keluar dari kamarnya dan pergi menuju kolam renang hotel. Sebagian dari hotel ini masih hidup, Seungwan dapat mendengar suara musik yang menyala di salah satu kamar ataupun tangisan bayi dari kamar lainnya. Dan justru sebaliknya, kolam renang hotel sangat sepi. Hanya ada sosok Yoongi yang berdiri menunggunya.

"Kamu mimpi apa?" tanya Yoongi begitu Seungwan sudah berdiri di depannya. "Mimpi buruk, ya?"

Seungwan menggeleng. "Daripada mimpi buruk, lebih tepatnya mimpi aneh, Ga. Aku ngga biasa tidur di tempat lain selain rumahku sendiri."

"Oh, gitu. Renang, yuk? Kamu dah pake baju renang?" tanya Yoongi lagi kemudian Seungwan mengangguk. "Agak dingin, sih. Tahan, kan?"

Seungwan mengangguk kemudian melepas jersey basket Yoongi yang ia pakai. Seungwan merasa bersalah karena sudah mendahului teman-temannya yang lain untuk berenang. Padahal ia sudah memutuskan akan berenang bersama Seulgi, Krystal, Mijoo, dan Hyeri besok.

Yoongi yang sudah memakai celana renang cukup melepas kaosnya dan membiarkan dada bidangnya terekspos. Ini bukan pertama kalinya Yoongi membuka baju di depan Seungwan jadi gadis itu tidak memberi tanggapan apapun kali ini.

Yang pertama masuk ke dalam adalah Yoongi. Yoongi tertawa kecil dan menggigil kedinginan saat tubuhnya masuk ke dalam air. Sedangkan Seungwan hanya duduk di pinggir kolam, hanya kakinya yang bermain air.

"Mimpi kamu kayak apa, sih?" tanya Yoongi, matanya menatap Seungwan.

"Pokoknya aneh, Ga. Aku sendirian di kamarku terus bel apartemenku bunyi. Dan kamu datang—"

"Apartemen?" tanya Yoongi lagi kemudian Seungwan mengangguk. "Kok bukan rumah kamu?"

"Aku juga ngga tau, Ga," sambung Seungwan. "Kamu datang, muka kamu capek banget. Terus kamu tidur di kasurku."

Yoongi mengernyit. "Masa ketemu kamu aku langsung capek?"

Seungwan tertawa kecil. "Mana aku tau! Namanya juga mimpi aneh."

Yoongi yang tidak tahu harus bagaimana membalas perkataan Seungwan akhirnya menarik kaki Seungwan, membuat gadis dengan baju renang warna biru tua itu tertarik masuk ke dalam kolam. Yoongi tertawa saat wajah Seungwan muncul dari dalam air, gadis itu sangat kesal.

"Ga! Ngga lucu!" seru Seungwan sambil memukul dada Yoongi yang nyatanya hanya dorongan air tidak kasat mata. "Nyebelin banget! Aku belom ambil napas kamu udah main tenggelam!"

"Bawel," tangan Yoongi bergerak memeluk pinggang Seungwan. "Siap terima hukuman?"

Seungwan mendengus kesal. "Masih ingat aja ya kamu. Iya deh iya, hukuman dari kamu apaan? Jangan lupa aku juga bakal kasi kamu hukuman."

"Hukuman buat kamu itu," Yoongi memeluk pinggang Seungwan makin erat. Sedangkan gadis itu fokus menatap kedua mata Yoongi. "Kamu harus jadi manja di depan aku. Selama seminggu penuh selama kita di Busan."

"Hah?" Seungwan bingung. "Emangnya aku ngga manja ya sama kamu?"

Yoongi menggeleng. "Coba kamu inget-inget. Kapan kamu manggil aku pake 'sayang'? Ngga pernah, kan? Bukan cuma itu. Kamu ngga pernah biarin aku jadi laki-laki."

"Apaan sih," Seungwan mengerucutkan bibirnya. "Aku ngga bisa, Ga. Aku tuh emang begini orangnya. Masa kamu suruh aku balik bertingkah kayak anak kecil? Lagian kamu kan pacarku, bukan papa aku."

"Bawel, pokoknya manja depan aku. Ini hukuman kamu," kata Yoongi tegas. Ia tidak menerima alasan apapun yang dilontarkan Seungwan. "Terus hukuman dari kamu apa?"

Seungwan mengalihkan tatapannya dari mata Yoongi. Gadis itu terlihat ragu untuk mengatakan hukuman yang sudah ia siapkan untuk Yoongi. Sedangkan Yoongi sangat sudah tidak sabar mendengar hukuman yang akan diberikan Seungwan.

"Aku mau kamu nyanyi buat aku," ungkap Seungwan dengan suara pelan.

Anjir.

Apa yang ditakutkan Min Yoongi akhirnya terjadi. Seungwan meminta Yoongi menyanyi untuknya! Satu-satunya hal di dunia ini yang ia benci untuk lakukan. Yoongi sudah curiga Seungwan akan memberi hukuman itu karena saat Seungwan berkunjung ke rumahnya, ibu Yoongi memberitahu Seungwan beberapa rahasia Yoongi. Salah satunya adalah bahwa Yoongi sama sekali tidak suka disuruh menyanyi. Sama sekali.

"Nyanyi lagu anak-anak?" tanya Yoongi berusaha sabar.

"Nyanyi lagu romantis," kata Seungwan membuat Yoongi makin terkejut. "Terserah kamu nyanyinya kapan. Nanti aku tentuin lagunya. Dan itu lagu favorit aku."

Yoongi melepas tangannya dari pinggang Seungwan. Pikiran Yoongi penuh dengan usaha untuk kabur dari hukuman Seungwan. Ia tidak suka menyanyi, apa lagi lagu romantis. Tetapi di sisi lain ia tidak ingin Seungwan merasa sedih karena hukumannya ditolak. Yoongi berusaha menahan emosinya. Jika Seungwan saja mau bertingkah manja padahal gadis itu tidak bisa, seharusnya Yoongi juga sanggup memenuhi permintaan pacarnya itu.

"Oke, nanti aja kasitau lagunya apaan. Kita renang dulu," ujar Yoongi diikuti anggukan Seungwan.

Dan malam itu, mereka menghabiskan waktu bermain air, berdua saja. Yoongi berkali-kali berusaha menenggelamkan Seungwan sedangkan Seungwan hanya bisa pasrah dan mengambil napas setiap saat. Tidak ada banyak percakapan di antara mereka. Hanya ada tatapan yang siapa pun akan tahu bahwa mereka sedang dimabuk cinta.

Keesokan harinya, Seungwan dan teman-temannya memutuskan untuk mengunjungi Haedong Yonggungsa, sebuah kuil tua yang terletak di Busan. Jarak kuil tersebut cukup dekat dari hotel tempat mereka menginap. Kuil tua untuk memuja Budha ini terkenal sebagai tempat untuk mengubah nasib. Sangat cocok untuk Seungwan dan teman-temannya yang akan naik ke kelas tiga dan belajar keras untuk ujian masuk perguruan tinggi.

Saat mereka kelas tiga nanti, masing-masing dari mereka harus mulai mandiri dan mulai mengurangi kesenangan. Mereka harus belajar keras untuk menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Tidak terkecuali untuk yang mendaftar lewat jalur rekomendasi sekolah. Mereka yang mendaftar lewat jalur tersebut memang cukup mengajukan nilai, tapi hasil yang tidak pasti membuat mereka harus belajar keras juga untuk ujian.

Hal pertama yang dilakukan Seungwan dan teman-temannya adalah berdoa. Seungwan sendiri masih bimbang apakah ia akan melanjutkan sekolah di Korea atau kembali ke Kanada untuk belajar di sana. Bahkan Seungwan sendiri belum tahu jurusan apa yang akan ia ambil untuk kuliah nanti.

Setelah berdoa, Seungwan dan teman-temannya mulai berfoto ria di area kuil. Haedong Yonggungsa terletak di atas tebing yang berada di tepi laut. Hawanya sangat sejuk dan pemandangannya sangat indah. Tidak sedikit wisatawan luar negri yang Seungwan dan teman-temannya temui.

Puas mengunjungi kuil, Seungwan dan teman-temannya memutuskan untuk pergi agak jauh yaitu Gukje Market, pasar tradisional terbesar di Busan. Ada berbagai macam komoditas yang diperjualbelikan seperti pakaian, makanan, dan perabotan rumah tangga. Kebetulan Seungwan dan teman-temannya tiba saat jam makan siang, karena itu mereka memutuskan untuk segera makan begitu menginjakkan kaki di Gukje Market.

Seungwan dan teman-temannya berhasil mendapat tempat untuk makan. Teman-temannya menyuruh Seungwan dan Yoongi untuk memesan makanan. Setelah menghapalkan jenis makanan yang diminati teman-temannya, Seungwan dan Yoongi berkeliling di Gukje Market.

"Wen," kata Yoongi tiba-tiba. "Hari ini kamu belom manja-manja sama aku."

Seungwan tersentak. Perkataan Yoongi memang benar. Sejak pagi tadi ia bangun, belum sekali pun ia menghabiskan waktu berdua saja dengan Yoongi. Seungwan terlalu asyik bersenang-senang bersama teman-temannya. Lupakan soal bersenang-senang, bahkan saat ini Seungwan menenteng tasnya sendiri.

"Kalau begitu, Ga, bawain tasku dong," ujar Seungwan kemudian menyerahkan tasnya pada Yoongi. "Makasih, ya."

Yoongi tersenyum. "Kaku amat, sih. Iya, sama-sama. Udah jadi tugas aku."

Selanjutnya, Seungwan terdiam saat Yoongi mengulurkan tangannya. Butuh waktu lama sampai Seungwan mengerti bahwa Yoongi menawari Seungwan untuk berpegangan tangan. Seungwan tidak percaya bahwa ia bisa selemah ini di depan Yoongi. Bersikap manja bukan keahlian Seungwan. Akhirnya Seungwan mendaratkan tangannya pada tangan Yoongi yang besar dan hangat.

Seungwan dan Yoongi mampir dari satu kios ke kios lain, hanya untuk memenuhi permintaan teman-teman mereka yang sudah kelaparan. Hampir semua belanjaan mereka dibawa oleh Yoongi, membuat Seungwan merasa bersalah. Tetapi Yoongi terlihat senang. Ia tidak terlihat kesal atau marah sama sekali.

Saat hendak kembali ke tempat teman-temannya, mata Seungwan menangkap satu kios unik yang berhias gorden berwarna ungu. Tempat itu menamai dirinya sebagai 'Ramalan Masa Depan'. Terlihat aneh, tapi Seungwan merasa tertarik untuk masuk dan mencoba. Tapi ia tidak siap jika Yoongi menertawakannya. Hari seperti ini dan Seungwan masih percaya pada ramalan.

"Wen, kenapa?" tanya Yoongi membuyarkan lamunan Seungwan. Mata Yoongi menangkap kios yang diamati Seungwan sedariadi. "Kamu mau ke sana?"

Seungwan menggeleng cepat. "Ngga, kok. Aku cuma baca tulisan di luarnya bentar."

Yoongi tertawa kecil. "Sayang, jangan bohong. Kamu mau coba masuk, kan?"

Seungwan terperanjat. Ia tidak menyangka Yoongi bisa membaca pikirannya. Apa ini rasanya jika memiliki seorang pacar? Seungwan tidak ingat bagaimana rasanya pacaran. Terakhir kali ia memiliki pacar adalah saat ia masih tinggal di Kanada. Dan itu kira-kira 2 tahun yang lalu.

"Tapi teman-teman kan udah kelaparan nungguin kita, Ga," ujar Seungwans sambil tersenyum.

"Ngga usah pura-pura. Kalau mau masuk, ya masuk," tangan Yoongi memutar tubuh Seungwan kemudian mendorong gadis itu menuju kios ramalan. "Susah banget sih jadi manja."

Kedua pasang kaki itu akhirnya mengunjungi kios ramalan yang sedang sepi pengunjung. Mereka datang tepat saat seorang ibu separuh baya selesai diramal. Jujur, Seungwan merasa malu. Rasanya tidak pantas mengunjungi kios ramalan. Tapi Yoongi sangat tidak peduli. Ia merasa ia telah menjalankan tugasnya sebagai pacar.

"Selamat datang," kata sang nujum sambil tersenyum. "Siapa yang mau diramal?"

"Pacar saya mau diramal," sahut Yoongi kemudian mendorong sedikit tubuh Seungwan.

Seungwan membungkukkan badannya. "Saya Wendy. Saya mau coba diramal."

Sang nujum dengan rambut cokelat sebahu itu tersenyum. Tangannya kemudian menarik tangan Seungwan dan mengamati telapak tangan mungil gadis itu. Seungwan sangat gugup tetapi ia penasaran dengan hasil ramalan yang akan didapatnya.

"Wendy, karir kamu nanti sangat cemerlang, kau akan melakukan hal yang kamu suka untuk menghidupi diri. Ini sangat bagus," kata sang nujum membuat Seungwan tersenyum senang. "Keberuntunganmu lumayan, tapi kau sering tidak menyadarinya karena kau selalu berusaha keras dalam sesuatu."

Seungwan mengangguk paham.

"Tidak ada masalah kesehatan yang serius, tapi ada baiknya kalau kau tidak memikirkan suatu hal secara serius. Kau sering stress, ya? Dan kau juga sangat malas berolah raga." tanya sang nujum kemudian Seungwan mengangguk lagi. "Lalu untuk cinta, kau akan selalu dikelilingi orang-orang yang menyayangimu."

Seungwan merasa puas dengan hasil yang ia dapat. Ia berkali-kali mengucapkan terima kasih. Tingkah Seungwan ini membuat Yoongi terseyum.

"Pacarnya mau diramal juga?" tanya sang nujam sambil menatap Yoongi.

"Ngga, dia cuma nemenin saya," sahut Seungwan diikuti anggukan Yoongi.

"Kalau begitu pacarnya pergi sebentar, ya. Ada satu hal yang ingin saya kasitau ke Wendy. Hanya sebentar," ujar sang nujam.

Yoongi mengangguk paham dan pergi meninggalkan Seungwan beberapa langkah dari kios. Ia sama sekali tidak tertarik dengan ramalan, ia juga tidak pernah percaya pada ramalan. Hidupnya cenderung datar dan mengikuti arus yang ada. Ia akan berusaha untuk selalu berada di tengah-tengah. Tidak menonjol dan tidak terkucilkan.

"Wendy," kata sang nujam dengan lembut. "Semalam kau bermimpi?"

Seungwan menggigit bibirnya, bingung. Bagaimana bisa sang nujam tahu bahwa semalam ia bermimpi? Apa hal itu tertulis jelas di kedua telapak tangannya? Atau sang nujam memang memiliki kemampuan di luar membaca telapak tangan?

"Saya cuma mau bilang, kalau mimpimu akan menjadi kenyataan," lanjut sang nujam membuat Seungwan terkejut.

Dengan hati-hati Seungwan bertanya, "Apa semua mimpi saya selama ini akan jadi kenyataan?"

Sang nujam menggeleng ringan. "Hanya yang semalam, Wendy."

Seungwan menelan ludahnya. Ia sedikit lupa tentang mimpinya semalam tapi yang jelas, perasaannya selama berada di mimpi itu adalah hampa. Kejutan hanya datang saat Yoongi menampakkan diri dan tidur di ranjangnya. Apa Seungwan terlalu cemas?

"Uhm... Terima kasih," hanya itu yang terucap dari bibir Seungwan. Gadis itu kemudian membayar jasa sang nujam dan pergi menghampiri Yoongi yang sudah menunggunya.

Seungwan tidak tahu apa mimpinya semalam bisa dikategorikan sebagai mimpi indah atau mimpi buruk. Dan Seungwan yakin mimpi itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini. Dirinya di dalam mimpi terlihat berbeda. Lebih dewasa, lebih tegar, lebih mandiri. Seungwan juga yakin beberapa hari lagi juga ia akan melupakan isi mimpi itu.

Seungwan dan Yoongi segera kembali ke tempat teman-teman mereka menunggu. Seperti biasa, Mijoo sedikit mengeluh karena kedatangan mereka yang memakan waktu lama. Kai dan Krystal mesra seperti biasanya. Hyeri juga seperti biasa melontarkan berbagai lelucon yang membuat mereka tertawa.

Setelah puas berkeliling dan berbelanja di Gukje Market, Seungwan dan teman-temannya kembali ke hotel. Seulgi, Krystal, Mijoo, dan Hyeri memutuskan untuk berenang di kolam renang hotel. Kai dan Mino memutuskan untuk bermain tenis meja. Sedangkan Seungwan dan Yoongi memutuskan untuk menghabiskan waktu berdua di kamar Yoongi.

"Habis dari Busan, kamu langsung berangkat ke Daegu?" tanya Seungwan kemudian Yoongi mengangguk. "Aku mau ikut..."

Yoongi mengusap rambut Seungwan. "Masuk ke dalam tasku, gih."

"Maunya masuk ke dalam hatimu hehehe," kata Seungwan sambil tersenyum. "Gimana? Aku sudah cukup manja, kan, sama kamu?"

Yoongi terkekeh. "Manja darimana? Ngga manja sama sekali."

Seungwan melempar bantal dan mendaratkannya tepat di wajah Yoongi. "Ih, usahaku ngga dihargai. Masa aku ngga manja sama sekali?"

Yoongi mengangguk. "Sama sekali ngga manja. Malah kamu lebih manja sama peramal tadi daripada sama aku."

Seungwan sangat kesal, Yoongi selalu saja memiliki cara untuk membuat Seungwan emosi. Tapi daridulu, mereka memang selalu seperti ini. Mengobrol ringan dan membicarakan sesuatu yang tidak begitu penting. Yang terpenting bagi mereka adalah kebersamaan yang mereka jalani.

"Kalau kamu ke Daegu, boneka Kumamonnya titipin di rumahku, ya?" tanya Seungwan dengan nada manja. "Ayolah, sayang. Aku bakal kangen kamu dan aku ngga mau kangenin Kumamon juga."

Yoongi tertawa. "Nah, gitu dong. Iya, ntar kamu ambil aja boneka Kumamon dari mobilku."

"Yeeeee!!" Seungwan berseru kegirangan.

"Sekalinya manggil aku 'sayang' cuma demi dapet Kumamon," gumam Yoongi tapi yang ia dapat adalah tamparan bantal dari Seungwan.

"Biarin! Salah sendiri ninggalin aku ke Daegu!" seru Seungwan masih sambil menampar wajah Yoongi dengan bantal empuk.

Setelah serangan bantal dari Seungwan berakhir, Yoongi mengeluarkan ponselnya kemudian bertanya, "Aku mau nyanyi sekarang buat kamu. Mau aku nyanyiin lagu apa?"

Seungwan tersenyum, tangannya terangkat di udara, bertepuk tangan. Bantal yang sedaritadi di genggamnya sudah terletak begitu saja di lantai. "Beneran? Tapi kan kamu ngga bawa gitar atau apa."

"Gampang, tinggal cari instrumennya di youtube," sahut Yoongi. "Cepetan bilang, mau lagu apa?"

Detik itu juga Seungwan yakin bahwa Yoongi sangat mencintainya. Seungwan terharu karena Yoongi rela melakukan hal yang ia benci hanya untuk menyenangkan hati Seungwan. "One Last Time, lagunya Ariana Grande. Tau, kan?"

Yoongi mengangguk. "Tau. Bentar, aku cari di youtube. Tapi itu kan lagu dari cewek buat cowoknya?"

"Iya, kamu ganti aja liriknya dikit," sahut Seungwan sambil tersenyum.

One Last Time adalah lagu yang sering Seungwan dengarkan akhir-akhir ini. Seungwan langsung menyukai lagu itu saat pertama kali mendengarnya. Alasan utama Seungwan menyukai lagu itu adalah karena liriknya yang sangat menyentuh. Padahal tidak ada kiasan atau majas dalam lirik lagu itu. One Last Time murni berisi perasaan seorang perempuan. Tentang seorang perempuan yang menginginkan kesempatan terakhir untuk ada di sisi laki-laki yang dicintainya.

Akhirnya, Yoongi berhasil menemukan minus one dari lagu One Last Time. Yoongi mulai memutarnya dan dengan gugup mulai bernyanyi untuk Seungwan. Yoongi bernyanyi seakan-akan ini adalah kali terakhir ia akan menyanyi di depan orang lain. Sungguh, Yoongi merasa malu.

Suara Yoongi yang berat akhirnya sampai di bagian terfavorit Seungwan di lagu, "And I know, and I know, and I know he gives you everything but girl I couldn't give it to you. And I know, and I know, and I know that you got everything but I got nothing here without you."

Seungwan tertawa kecil, meski suara Yoongi biasa saja, Seungwan menikmatinya. Seungwan membayangkan Yoongi yang berjuang mati-matian dan memohon padanya agar bisa menemani Seungwan untuk terakhir kalinya. Sesuai lirik dari lagu tersebut.

"Baby, I don't care if you got him in your heart. All I really care is you wake up in my arms. So one last time, I need to be the one who takes you home," begitulah Yoongi menyelesaikan bait terakhir lagu.

Tanpa Seungwan sadari, air mata sudah membasahi pipinya. Menetes turun perlahan-lahan hingga membuat Yoongi terkejut. Segera, Seungwan merasakan jari-jari Yoongi yang menyentuh pipinya, mengusap dengan lembut. Tapi Seungwan tersenyum, agar Yoongi tidak khawatir.

"Makasih ya, Ga," ujar Seungwan pelan, nyaris seperti bisikan.

Yoongi tidak yakin, apa yang membuat Seungwan menangis. Apa karena suara Yoongi yang begitu jelek? Atau karena lagu yang ia nyanyikan mungkin memiliki tempat sendiri di hati Seungwan? Yoongi benci melihat air mata tumpah di pipi Seungwan.

"Ga, pelan-pelan dong usapnya," ujar Seungwan dengan nada manja, bagaikan musik di telinga Yoongi.

"Aku cuma ngga mau nanti semua salah paham," sahut Yoongi. "Nanti aku dikira berbuat jahat sama kamu."

"Ngga lah," balas Seungwan. Tangan Seungwan mendorong tangan Yoongi dari pipinya, kemudian menggenggamnya erat. "Mau kuberitau sesuatu?"

Yoongi mengangguk. Ia mempererat genggaman tangannya. Yoongi merasa apapun yang akan keluar dari bibir Seungwan adalah hal yang tidak ia boleh lupakan seumur hidup.

"Aku hanya punya dua alasan untuk putusin kamu. Yang pertama, kalau kamu selingkuh. Yang kedua, kalau kamu kasar sama aku," jelas Seungwan. "Suga, aku percaya kamu ngga akan melakukan satu pun dari yang aku sebut barusan. Dan air mata ini, adalah tanda cintaku sama kamu."

Yoongi terperangah. "Jadi?"

"Jadi... Kalau kamu bikin aku nangis seperti sekarang, atau bikin aku kesal karena kamu ejek terus tiap hari, kamu ngga perlu takut. Aku ngga bakal mutusin kamu. Selama kamu ngga selingkuh atau ngga kasar sama aku, hubungan kita tidak akan pernah berakhir," Seungwan mencium pipi Yoongi. "Aku sayang kamu, Ga. Jangan selingkuh. Jangan kasar sama aku."

Yoongi menarik Seungwan dan memeluknya erat. "Kalau begitu aku juga. Aku ngga akan putusin kamu kalau bukan karena dua alasan itu."

Mungkin saat ini mereka bisa percaya bahwa jika mereka berteguh pada dua alasan itu, tidak ada hal lain yang bisa memisahkan mereka. Mulai hari ini juga, mereka menjadikan dua hal itu sebagai prinsip hubungan mereka. Tapi yang mereka tidak tahu adalah di masa depan nanti, masing-masing dari mereka akan melanggar prinsip itu. Yang satu berbuah kesialan, yang satu berbuah manis.

Dan satu hal lagi yang mereka tidak tahu adalah bahwa ini bukan terakhir kalinya Yoongi akan bernyanyi untuk Seungwan, dengan lagu yang sama.

.

.

.

Terima kasih sudah membaca part 19!

Aku meninggalkan petunjuk besar soal ending cerita tapi sisanya bisa kalian ketahui nanti. Please just enjoy the story.

One more time, I promise after that I'll let you go.

Sampai jumpa di Part 20

Continue Reading

You'll Also Like

157K 15.5K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1M 86.7K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
506K 37.6K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
29.8K 2.5K 7
Ada tujuh neraka yang berkobar. Ada jiwa yang harus diadili. Ada dosa yang harus dipertanggung-jawabkan. Kira-kira, neraka manakah yang akan membawam...