[ChanBaek] Half Beat

By bbbaekhyunie

391K 45.2K 12.4K

Chanyeol adalah seorang pangeran. Dengan keinginan sederhana, bisa melampaui dinding istana dan hidup diteman... More

Prolog
1. Neglected Prince
2. Two Kings
3. The Sun's Half
4. One Step Closer
5. Him Instead Me
6. Declared Cold War
7. Princess?
8. Lean On
9. I'm Not The One You Love Anymore
11. I Went Crazy For You
12. I Wish You're Happy
13. Reverse
14. Power
15. Sorry For Being A Liar
16. Chaos Between Us
17. We All Breaking Down
18. Separated and Connected
19. Brand New People
20. Sad Love Story
21. Backfire
22. Tangled
23. The Truth Revealed
Explaination Chapter
24. Break Free
25. Secrets
26. Downhill

10. I Let You Go, Be Happy

12.5K 1.6K 361
By bbbaekhyunie

AUTHOR POV

“Selamat malam, Pangeran.”

“Ada yang bisa saya bantu, Pangeran?”

“Yang mulia, apakah kau butuh makanan ringan malam?”

“Haruskah saya menyiapkan bath tub, Yang Mulia?”

Baekhyun menghela nafas dengan agak berat, namun menggeleng sesopan mungkin. Ia bahkan belum terbiasa dengan panggilan ‘Yang Mulia Pangeran’, tapi semua orang datang padanya dan menanyainya, padahal ia hanya melangkah 10 kali dari kamar sementaranya. Ia menuruni tangga dan terkesiap ketika lantai dasar istana sudah terhias sedemikian rupa sesuai dengan tema pernikahan. Tepat di depan pintu, ia melihat foto pre wedding yang amat besar dan megah. Disana ia melihat Pangeran Mahkota duduk dan Putri Seohyun memegang punggungnya dengan anggun. Hanya mereka berdua. Baekhyun tersenyum tipis, tentu saja ia tidak akan ada disana. Apa kata orang-orang jika calon raja mereka menikahi laki-laki?

Ia berjalan dan terus berjalan meski ia tidak tahu kemana ia mengarah. Toh jikalau ia hilang, seseorang akan menemukannya. Pagi tadi, ia diberitahu Kris mengenai acara besok. Rencananya, pernikahan yang dirayakan secara besar hanya pernikahan Putra Mahkota dan Putri Seohyun, sedangkan ia akan dinikahkan dengan mempelainya jauh nanti setelah fajar, ketika semua tamu sudah meninggalkan aula acara. Pernikahannya dan Pangeran Mahkota akan dilakukan secara diam-diam, tersembunyi, dan singkat.

Baekhyun tiba-tiba teringat sosok ayahnya. Mungkin sekarang para perawat itu akan merawat ayahnya dengan sangat baik, tidak seperti dulu yang selalu pelit karena dirinya belum membayar tagihan. Ia senang bisa melakukan ini untuk ayahnya, terlebih lagi berada disamping Pangeran.

BRAK!

“Auch!” Baekhyun memegangi dahinya yang tiba-tiba terasa sakit. Setelah meringis, ia menyadari kalau dirinya ternyata menabrak pintu. Barangkali ia sudah terlalu lama melamun sampai-sampai ia tidak melihat kemana ia berjalan. Baekhyun hendak berbalik ketika ia melihat ke arah halaman beberapa meter didepannya, menyipitkan matanya dan bersembunyi dibalik pintu.

Butuh lima detik untuknya menyadari bahwa ada dua orang yang sedang... bertindihan. Perempuan yang berada diatas adalah Seohyun, entah mengapa Baekhyun tercengang karena melihat Pangeran Chanyeol yang tertidur dibawahnya. Baekhyun terdiam cukup lama disitu, menatapi mereka berdua dalam kesunyian. Lengan Chanyeol merambat ke punggung Seohyun, dan Baekhyun merasakan jantungnya berdegup begitu kencang dan seperti terhempas perasaan tidak mengenakkan. Pada awalnya ia berfikir kalau ia tidak suka Seohyun mencium pria lain selain Pangeran Mahkota, tapi pupilnya terus terfokus kepada Chanyeol.

Ia tidak tahu mengapa ia merasa marah.

Chanyeol adalah saudara kembar calon suaminya.

Baekhyun buru-buru berbalik sebelum ia melihat lebih banyak. Sempat tersesat saat mencari kamarnya namun ia mengikuti insting dan akhirnya menemukannya. Orang terakhir yang ingin dilihatnya adalah Pangeran Mahkota.

.

Hari pernikahan akhirnya tiba. Bendera kerajaan melambai-lambai sepanjang jalan, para reporter dan pembawa berita melaporkan hal yang hampir sama. Semua orang membawa bunga kemanapun mereka pergi dan meninggalkannya di pagar istana—tradisi sejak dulu. Seohyun menatap dirinya yang semakin dipercantik dengan gaun dan aksesoris dari berlian. Sorak sorai orang-orang bisa terdengar oleh telinganya bahkan dari kamar hiasnya. Setelah ia melangkah di altar, orang-orang akan menunduk padanya sebesar 90 derajat. Ia akan menjadi wanita nomor dua di negeri ini setelah Yang Mulia Ratu.

Tapi ia tidak bisa memiliki Chanyeol.

Seohyun menggigit bibir bawahnya agar tidak bergetar. Sebuah ketukan dari luar menandakan bahwa sudah waktunya untuk dia dan Chanho untuk berjalan dan memberi sambutan pada orang-orang dari balkoni kerajaan. Ia bangkit dengan pelan, mengangkat gaunnya dan berjalan keluar kamar. Ketika ia melihat Chanho berdiri di ujung koridor menunggunya dengan wajah yang menenangkan, Seohyun melepas semua pertahanannya dan membiarkan wajah terhiasnya dijatuhi setetes air mata.

Ia berjalan cepat dan berhambur memeluk Chanho dengan erat, mengelus punggung pria itu. Mereka berdua sama-sama mempunyai hal yang ingin dikatakan, tapi orang-orang menunggu. Jadi Chanho menekuk sikunya dan membiarkan lengan Seohyun terhubung dengan lengannya, sebelum keduanya melangkah bersama-sama dan berubah menjadi Putra dan Putri Mahkota.

.

Apabila Baekhyun diizinkan mengitari istana dan berpura-pura menjadi tamu sepanjang acara, tidak dengan Chanyeol. Hari itu seharusnya menjadi hari dimana Chanyeol terbekap di kamarnya dan bertingkah seolah tidak pernah ada. Sang Raja secara khusus memilih dua orang penjaga untuk menjaga Chanyeol dari berbagai sudut kamarnya agar ia tidak berulah.

Sebenarnya, Chanyeol bisa diam dan melakukan hal-hal mengasyikkan di kamarnya. Ia juga bisa meminta makanan apapun agar dibawakan ke kamarnya. Jika ia mau, ia bisa membuat penjaga itu pergi dan membuat boneka dari salju untuknya meskipun saat ini adalah musim panas. Tapi itu semua mengharuskannya memakai kuasanya sebagai Pangeran, dan ia tidak suka itu. Jadi tanpa memikirkan resiko dengan matang, Chanyeol mengganti pakaiannya dengan pakaian penjaga. Dengan sentuhan topi hitam dan masker, ia mengecek penampilannya di cermin.

Tidak terlalu buruk. Ia tersenyum percaya diri. Lalu ia membuka lemarinya dan menggeser semua baju yang tergantung disana. Disisi belakang lemari, terdpaat papan kayu yang tidak menyatu dengan kayu lemari itu sendiri, ia tersenyum jahil dan menggeser kayu tersebut.

Tadah. Jalan pintas rahasia Park Chanyeol.

Ia memasukkan dirinya ke dalam lubang segi empat yang cukup untuk membuatnya terluncur ke arah tepi danau di belakang istana. Setelah beberapa detik, pantatnya terjatuh begitu keras di rumput dan ia meringis, mengingatkan dirinya sendiri untuk memperbaiki sistem mendaratnya nanti. Ia bangkit dari rumput dan menepuk nepuk celananya yang kotor.

“P-Pangeran Chanyeol?”

Chanyeol terkesiap dengan sangat keras sampai ia tersentak selangkah ke belakang. Ia terbelalak ketika melihat Baekhyun berdiri di depannya dengan tak kalah kaget, memegang beberapa batang bunga dan berpakaian layaknya bangsawan. Chanyeol menelan ludahnya, mengalihkan pandangannya kemanapun selain bertemu dengan mata Baekhyun.

“Apa yang kau lakukan disini? Bukankah...”

“Aku tidak boleh keluar?” sambung Chanyeol, Baekhyun terdiam.

“Memang, tapi bukan aku tidak mau keluar.”

Baekhyun mengangguk-angguk tidak berani melawan, keduanya terdiam dalam posisi itu selama beberapa detik.

“Bukankah ini hari pernikahanmu?” Chanyeol memulai percakapan dengan nada yang sedikit pahit, memberanikan diri untuk menengok ke arah Baekhyun dan ternyata namja kecil itu menatapnya dalam diam, cukup lama. “Mengapa kau menatapiku seperti itu?”

Baekhyun tidak menjawab, tapi bunga-bunga di tangannya jatuh ke rumput. Namja kecil itu mendekat ke arah Chanyeol, tangannya tiba-tiba terulur dan menyentuh pipi kanan Chanyeol. Tatapan Baekhyun amat penuh arti, jadi Chanyeol membiarkan posisi itu untuk waktu yang lama. Yang jelas, Baekhyun tidak membiarkan matanya lepas dari iris cokelat Chanyeol.

Laki-laki itu baru tersadar ketika Chanyeol menyentuh tangannya. Ia terlihat kaget sendiri lalu menarik tangannya dengan sangat cepat sampai Chanyeol hampir protes karena kehangatan yang hilang tiba-tiba. Mulutnya terbuka dan tertutup seperti ingin mengatakan sesuatu namun tak satu katapun terucap dari bibir tipisnya. Ia memundurkan langkahnya satu langkah, dan membungkuk dalam ke arah Chanyeol.

“M-Maaf, Yang Mulia.”

“Tak apa.” Chanyeol tersenyum tipis. “Tapi boleh aku tahu alasannya?”

“H-Huh?”

“Kau tidak mungkin menyentuhku seperti itu tanpa alasan.”

Sejujurnya, Baekhyun juga tidak tahu mengapa. Bisa terhitung jari kesempatan dimana ia berbicara dengan Chanyeol, tapi ia merasa begitu dekat dengannya, saat ia menatap matanya, Baekhyun merasa seperti mengucapkan selamat tinggal kepada sesuatu yang berharga. Tangannya terulur dan menyentuh Chanyeol karena entah mengapa, dibalik mata cokelat dan rambut hitam pekatnya, sesuatu dalam diri Chanyeol seakan memanggil.

Perasaan yang tidak masuk akal sama sekali.

“Aku tidak tahu, Yang Mulia.” Baekhyun menjawab jujur. “Kurasa aku hanya menyukai mata cokelatmu.”

Chanyeol mengangkat satu alisnya. “Kau menyentuh tubuh anggota kerajaan hanya karena warna matanya?”

Bahu Baekhyun menegang. “B-Bukan begitu!”

Baekhyun menunduk dalam, dan itu membuat Chanyeol mendadak merasa bersalah. Jadi ia tersenyum tipis dan menepuk bahu Baekhyun dan berkata tidak apa-apa. Topik demi topik mereka selancari, dan kaki mereka tidak berhenti melangkah mengitari tepi danau yang luas. Chanyeol bisa melihat wajah Baekhyun yang bersinar diterpa sinar matahari, dan keduanya memutuskan untuk duduk diatas rumput setelah merasa pegal.

“Jadi, kau tidak bisa bertemu kakakku sebelum nanti malam?”

Baekhyun mendesah pasrah, “Begitulah.”

“Apa kau... benar-benar menyukainya?” tanya Chanyeol pelan. Ia menoleh dan termenung memandangi wajah Baekhyun yang tertimpa sinar matahari sore, bibirnya mengulas senyum tipis dan matanya menerawang jauh ke danau.

“Hm. Sejak pertama kali aku melihatnya.” Jawab Baekhyun tulus, menghempaskan segelintir rasa bersalah ke dada Chanyeol. “Ia mengajakku menikah dengan mengimingi aku tentang kesembuhan ayahku dan tinggal di istana. Yang ia perlu tahu adalah meskipun ia bukan seorang pangeran dan tidak menanggung biaya rumah sakit ayahku, aku akan tetap menerima ajakannya.”

Chanyeol terlalu menghayati kata-kata Baekhyun, ia terus menatap rumput yang hijau. Baekhyun akhirnya melirik pria disampingnya, dan tanpa sadar memiringkan wajahnya. Chanyeol tidak terdengar begitu asing, Baekhyun merasa seperti ia telah mengenal Chanyeol dalam waktu yang lebih lama. Pada saat ia menyentuh pipi Chanyeol, itu memberi efek tertentu pada degup jantungnya. Ia tidak tahu apa ia seharusnya merasakan hal ini pada saudara kembar calon suaminya, tapi ia tidak bisa mengontrol semua perasaan aneh itu.

Setelah bunyi terompet dalam istana berbunyi, Baekhyun dan Chanyeol tahu kalau Chanyeol sudah seharusnya kembali ke kamar dan Baekhyun harus kembali ke ruang ganti untuk memakai tuksedonya. Pesta pernikahan sudah hampir usai, dimana itu tandanya pernikahannya akan segera dimulai.

Chanyeol hendak kembali memanjat lewat jalan pintas menuju lemarinya, namun sebelum itu ia berhenti dan berbalik menatapi punggung Baekhyun yang semakin menjauh. Sempat terbesit di otaknya untuk menahan lengan laki-laki itu dan mengatakan semuanya. Bahwa yang akan ia nikahi bukan orang yang ia sukai, bahwa ialah yang pertama kali bertemu dengannya di toko buku kecil itu. Ialah yang mencium Baekhyun di tepi sungai, ialah... Chanyeol.

Namun ia tahu, ia tidak bisa.

.

Malam itu, segala tatanan di aula pernikahan sudah berubah. Kursi-kursi masih tetap kosong, namun pendeta tetap ada. Chanyeol menduduki kursi paling depan, dengan tuksedo sederhana yang tidak terlalu mencekik tubuhnya. Di deretan kursi seberangnya, ada Seohyun yang terlihat lelah namun berusaha duduk tegap. Dan di depan tangga altar, terdapat Chanho yang berdiri dengan sigap dengan jas penikahan yang Chanyeol duga berwarna senada dengan Baekhyun.

Chanyeol tidak ingin melihatnya, Chanyeol ingin melangkahkan kaki beratnya keluar dari aula itu. Ia tidak bisa melihat seseorang yang merengkuh hatinya mengucapkan janji suci dengan pria lain, terlebih lagi dengan kakaknya sendiri. Chanyeol yakin ia merasa begitu stabil beberapa jam yang lalu, tapi sekarang ia merasa air matanya seperti bisa jatuh kapan saja.

Ketika Chanyeol berusaha mengontrol emosi wajahnya, tiba-tiba ayahnya datang dengan langkah pelan dan duduk di sampingnya. Tidak berkata apa-apa selama beberapa saat, dan tangannya mendarat halus di paha Chanyeol. Raja mendesah suram, tidak berani menatap anak keduanya.

“Ayah tidak tahu harus berkata apa selain... maaf.” Raja menyadari perubahan raut wajah putranya yang semakin pahit. “Maaf ayah melakukan ini padamu, tapi ayah tidak punya pilihan lain.”

“Cobalah mengerti, Nak.” Ucap ibunya yang entah kapan menduduki kursi disamping Chanyeol, membuat Chanyeol terapit diantara kedua orang tuanya. Ia merasakan kehangatan yang sudah lama ia tidak rasakan, namun kali ini ia ingin lepas dari semua kehangatan itu.

“Kalian merasa bersalah padaku, tapi kalian masih membuatku duduk dan menyaksikan semua ini?” lirih Chanyeol.

Orang tuanya terdiam.

“Byun Baekhyun mencintaiku,” Chanyeol menekankan setiap suku katanya. Ia tidak sadar kalau kini tatapan Chanho, Seohyun, Sehun, Kai, Luhan, dan Kyungsoo tertuju padanya dengan sedikit rasa takut. “Dan itu adalah satu-satunya hal yang aku miliki namun tidak Hyung miliki.”

Dengan itu ia bangkit, nyaris membuat kursi yang ia duduki terjungkal ke belakang. Ia memberikan tatapan pedas pada kakaknya sebelum berjalan di tengah altar, anehnya tidak ada yang mencoba menghentikannya. Ia membuka pintu keluar menuju aula, seketika terhenti karena seseorang menhadang jalannya.

Sang mempelai, Byun Baekhyun.

Anak laki-laki itu tersenyum ke arahnya. “Pangeran Chanyeol.”

Tangan Chanyeol tidak melepaskan pintu, dan menatap Baekhyun dengan nafas yang keras. “Kau terlalu naif.”

Ia menabrak bahu Baekhyun dengan agak keras dan berjalan keluar aula. Tepat setelahnya sang Ratu terisak pelan. Baekhyun terdiam di posisinya saat ia tertabrak oleh Chanyeol, seharusnya ia tidak merasakan sakit di dadanya tapi...

“Baekhyun, sayang,” Ratu berdiri dan merentangkan tangannya. “Ayo, kau harus menikah.”

.

Chanyeol meninju dua orang pegawai yang menjaga pintu kamarnya dengan amat sangat keras hingga mereka tersungkur ke lantai. Setelahnya ia menyambar kenop pintu dan masuk ke kamarnya, diakhiri dengan bantingan pintu yang mengerikan. Tidak sampai disitu, ia menendang objek apapun yang dilihatnya di kamar. Kursi, meja, vas, lampu tidur, dan selimut, menggemakan bunyi-bunyi tidak mengenakkan. Chanyeol baru berhenti ketika tangannya menampar gelas kaca dan menggores kulitnya panjang, meneteskan beberapa darah. Bersamaan dengan itu, matanya menurunkan cairan yang pasti.

Ia tidak perduli jika pantatnya bisa luka karena tertusuk berbagai macam pecahan kaca. Ia menduduki lantai disamping kasurnya dan meremas rambutnya. Kakinya tertekuk dan sikunya bertumpu pada lututnya.

Hari ini, Chanho mengambil dua orang miliknya. Satu orang yang seharusnya menjadi miliknya, dan satu orang yang Chanyeol butuhkan untuk menjaga dirinya tetap waras. Konyolnya, ia tidak semarah ini ketika Seohyun menyandang status sebagai istri kakaknya. Tapi Baekhyun...

Anak itu...

Chanyeol menggeram marah, rambutnya terhias darah yang mengalir dari sela-sela jarinya. Ia tidak bisa berhenti membayangkan Baekhyun berada di rengkuhan kakaknya setiap malam, membayangkan Baekhyun mencium kakaknya setiap pagi... tidak, membayangkan Baekhyun tersenyum manis kepada kakaknya saja ia merasa benci.

.

“Aku bersedia.”

“Dan kau, Byun Baekhyun, apakah kau bersedia menerima Park Chanho sebagai suamimu, dan berjanji untuk terus mendampinginya dalam susah dan senang?”

Baekhyun tersenyum tipis. “Aku bersedia.”

.

“AAAAAHHHH!!!”

Baekhyun tersentak bangun karena suara teriakan yang berasal dari luar kamarnya. Ia terduduk di ranjangnya, dan menoleh ke sampingnya. Chanho dan Seohyun masih tertidur lelap. Ya, mereka memutuskan untuk tidur bertiga di malam pertama mereka, dimana sesungguhnya tidak ada sesuatu yang spesial terjadi, hanya beberapa percakapan kecil lalu tertidur karena mereka sudah lelap.

Baekhyun turun dari ranjang dan mengeratkan tali pyjama-nya. Keluar dari kamar, ia menyadari kegaduhan terjadi di sekitar kamar Chanyeol. Tanpa sadar, kakinya melangkah dengan cepat dan menerobos diantara kerumunan (lebih tepatnya, orang-orang berbaris membuat jalan untuknya), dan terkejut ketika menemukan dua orang penjaga tergeletak memar di lantai.

“Y-Yang Mulia! Yang Mulia Pangeran!” jerit salah satu pelayan. Baekhyun menoleh mengikuti arah pandangan pelayan tersebut, dan jantungnya mencelos ketika melihat Chanyeol yang ambruk diantara pecahan kaca di lantai kamarnya. Namun, bukan itu yang membuatnya kaget. Kepala Chanyeol nyaris terbalut darah, begitu juga tangannya. Baekhyun melangkah mantap tanpa berfikir menuju tubuh Chanyeol, namun belum genap dua langkah ia melangkah, tubuhnya terayun keatas—lebih tepatnya ke dekapan seseorang.

“Kau gila?” desis Chanho. “Kau tidak lihat di lantai itu ada banyak pecahan kaca?”

Baekhyun tergagap, berpegangan erat pada suaminya. “A-Adikmu...”

“Banyak orang yang membantunya.” Ucapnya dingin, lalu pergi dari kerumunan dengan Baekhyun di gendongannya. Ia terus menatap tubuh Chanyeol sampai ia benar-benar tidak bisa melihatnya, dan di sisi seberang, ia melihat Seohyun berlari panik menuju kamar Chanyeol.

“Putri Seo...” Baekhyun berbisik. “Putri Seo juga pergi ke kamar Chanyeol.”

Chanho tidak merespon. Kaki panjangnya terus melangkah menuju kamar mereka. Membuka pintunya dengan tendangan dan menutupnya dengan tendangan juga, ia menjatuhkan Baekhyun di ranjang dengan keras. Baekhyun menahan nafas karena kaget, terlebih lagi karena wajah suaminya yang tiba-tiba berubah menjadi raut marah.

“Kau,” desis Chanho, tangannya menggenggam pergelangan tangan Baekhyun erat. Terlalu erat sampai Baekhyun mengerutkan alisnya kesakitan. “Kau adalah suamiku, dan kau tidak diizinkan berbicara atau terlibat dengannya tanpa seizinku. Mengerti?!”

Hening. Baekhyun menatap suaminya dengan bibir yang terbuka namun tatapannya memelas kesakitan—dihiasi tatapan takut dan sedih bercampur menjadi satu. Saat itulah genggaman Chanho semakin melunak, begitu juga dengan tatapannya. Ia melepaskan tangan Baekhyun dan mundur dua langkah. Nafasnya terengah-engah, lalu menyisir rambutnya ke belakang.

“Maaf. Maafkan aku.” Ucapnya pelan. “Aku hanya... panik.”

Untuk pertama kalinya, Baekhyun ingin menjauh sejauh mungkin dari orang yang sekarang berdiri di depannya.

I'm sorry that I keep making Chanyeol looks so miserable and weakㅠㅠㅠ but it will change later, don't be too sad, honeydeul❤

I read all your comments before, oh to be honestly you guys are the best!!! Thankyou for waiting for meㅠㅠㅠ

P.S. Comments motivated me to write more and more! Give me some long comment or even just a short one, I love comments more than exo (looool joke)

Continue Reading

You'll Also Like

212K 19.3K 32
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
44.1K 4.3K 28
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
183K 18.3K 70
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
Fantasia By neela

Fanfiction

1.7M 5.4K 9
⚠️ dirty and frontal words 🔞 Be wise please ALL ABOUT YOUR FANTASIES Every universe has their own story.