TURNS LOVE

By Sarahanic

93.1K 4.7K 193

Siapa sangka keteledoran Shila karena datang terlambat saat MOS, membawanya pada suatu masalah, yaitu pertemu... More

BAB 1 (Hai Kesialan)
BAB 2 (Kakak Ketua Osis)
BAB 3 (Bekal buat Levin)
BAB 4 (Monster)
BAB 5 (Hero)
BAB 6 (Closing MOS)
BAB 7 (Pensi)
BAB 8 (Bawang Merah, Bawang Bombai dan Bawang Putih si Cinderella)
BAB 9 (Broken)
BAB 10 (Ikut Osis)
BAB 11 (Teman Bego'maniacs)
BAB 12 (Modus)
BAB 13 (Pesan dari Monster)
BAB 14 (Gadfly)
BAB 15 (Unexpected Meeting)
BAB 16 (Salah Fokus)
BAB 17 (Sabtu Tragis)
BAB 18 (Bales Ya!)
BAB 19 (Gak di Bales)
BAB 20 (Diklat Osis)
BAB 21 (Monster Again)
BAB 22 (Frontal)
BAB 23 (gabung sama CS)
BAB 24 (Lose)
Just Info
BAB 25 (Nyasar Berdua Selamanya)
BAB 26 (Bukan Balas Dendam)
BAB 27 (Awal Kerumitan)
BAB 28 (Secret Brown?)
BAB 29 (Permintaan Levin)
BAB 30 (Threat)
BAB 31 (Levin Sakit)
BAB 32 (The Real Levin)
BAB 33
BAB 34
BAB 35 (Will you?)
BAB 36 (Taken?)
BAB 37 (Agak Sensi)
BAB 38 (Salah Paham?)
BAB 39 (Reason)
BAB 40 (6 bulan)
BAB 41 (Lost)
BAB 42 (Explore Jogja)
BAB 43 (Akhir Semuanya?)
BAB 44 (Katakan di mana!)
BAB 46 (Alasannya)
BAB 47
BAB 48 (Keputusan)
BAB 49 (END)
Extra???

BAB 45 (Fakta pahit)

1.1K 65 6
By Sarahanic

Shila tidak mengerti kenapa Adam justru memberikan alamat hotel beserta nomor kamar kepadanya, ada perasaan yang bergejolak di dadanya, mengingat ia akan segera menemui laki-laki yang amat sangat dinantikannya, dengan tenang Shila mencoba mengatur nafas dan berjalan menuju nomor kamar yang Adam berikan padanya, dan Adam bahkan tidak mengantarkannya karena ada urusan.

Shila terus melangkah seraya menyusuri lorong demi lorong untuk menemukan kamar nomor 207. Dan sesampainya di depan kamar bernomor 207 itulah Shila terdiam, tak tau apakah ia siap atau tidak untuk melihat kembali sosok yang selama ini ia tunggu, entah Levin mau menerima kehadirannya atau tidak, Shila tak peduli. Shila cuma ingin melihat iris mata cokelat laki-laki itu, melihat senyuman itu dan semua hal yang membuatnya sangat merindukan sosok itu.

Baru saja ia menghirup nafas dalam untuk melawan gugup sekaligus perasaan bahagia di hatinya dan memantapkan tekad untuk mengetuk pintu kamar itu, tiba-tiba pintu terbuka lebar dan menunjukkan sosok perempuan.

"Shila...?" Perempuan itu, Azura terkejut melihat kehadiran Shila.

"Zu...."

"Siapa Zu?" Seorang laki-laki menyusul dari belakang seraya merangkul leher Zura.

Kehadiran sosok itu membuat Shila termanggu, seketika seluruh tubuhnya terasa lemas tak bertulang, tapi dia tetap diam membeku di tempat sambil menatap setiap jengkal pahatan wajah seseorang yang telah lama ia cari.

orang itu masih hidup, dia masih hidup, bisa berdiri, bahkan berjalan dan....

Merangkul Azura.

"Levin?" Ucap Shila dengan nada bergetar. Rasanya Shila seperti bermimpi, lidahnya kelu tak tau harus berkata apa. Ia melihat Levin, iya Levin pacarnya yang hilang 5 tahun yang lalu, 5 tahun itu waktu yang sangat lama, waktu yang dapat merubah banyak hal, waktu yang bisa membuat dunia jungkir balik dan waktu itu, Levin pergi dalam keadaan tak sadar, tanpa sepatah katapun.

Sesaat keadaan menjadi awkward.

"Iya?" Tanya Levin yang justru menunjukkan ekspresi bingung.

"Ehmm Vin... ini Shila, lo masih inget kan?" Tanya Azura, seolah-olah ia lebih kenal Shila dibanding Levin, seolah-olah Levin lupa, seolah-olah Shila orang asing untuk Levin.

"Shila?" Tanya Levin bingung.
Shila sedikit kaget saat mengetahui Levin tampak tidak mengenalinya.

"Ap... apa kabar Vin?" Shila tak dapat mengalihkan pandangannya dari laki-laki itu, matanya menatap lekat wajah Levin, rasanya ia ingin menghambur ke pelukan laki-laki itu, tapi Shila harus tahu diri. 5 tahun mungkin sudah mengubah Levin, 5 tahun mungkin sudah membuat Levin melupakannya, karena apa yang Shila lihat kali ini lebih dari cukup untuk menjelaskan kalau laki-laki itu dan perempuan di sebelahnya.

"Baik" jawab Levin santai, tapi masih sedikit bingung sambil menatap Zura seolah butuh penjelasan.

Apa Levin amnesia?

"Ehmm Shil, gue sama Levin mau pergi buat nyiapin acara ...."

Kring kring kring

omongan Zura terpotong karena dering ponsel Levin, laki-laki itu pamit untuk berjalan lebih dulu seraya menjawab panggilan di ponselnya. Shila hanya bisa menatap lekat kepergian Levin dengan mata berkaca-kaca.

"Shil, gue...." Zura menggantung ucapannya, sementara Shila masih menatap lekat tembok yang menelan tubuh jangkung Levin. Sakit rasanya, ketika orang yang sangat ia rindukan bahkan menganggap kehadirannya seperti angin lalu atau bahkan serpihan debu.

"Gue sama Levin mau tunangan besok lusa Shil, gue... gue ke sini jemput Levin tadi..." jelas Zura dengan kikuk dan merasa tak enak pada Shila.

"Tunangan? Jadi lo ... bukan kak Adam?" Tanya Shila tersengal dan tercekat seketika.
Zura hanya mengangguk sendu.

"Maafin gue Shil" Zura berlalu meninggalkan Shila dengan semua keterkejutannya.
Perempuan itu kini hanya bisa terdiam, tanpa terasa air mata sudah berhamburan membasahi pipinya. Bahkan setelah beberapa menit ia masih berdiri di depan pintu kamar 207.

***

Setelah membujuknya selama beberapa menit, Adam berhasil membuat tangisan Shila terhenti. Dan kini, di sinilah mereka, di hotel tadi tepatnya taman hotel milik keluarga Armanda. Masih tempat yang sama di mana Shila menemui Levin beberapa menit yang lalu setelah 5 tahun mereka berpisah.

"Setelah di bawa ke Jerman, Levin sadar 40 hari kemudian, itu bener-bener keajaiban,karena kata dokter harapan Levin bertahan sangat kecil karena cidera di otaknya yang parah, pasca Levin sadar semua orang seneng dan lega, tapi Levin sempet lumpuh hampir 1 tahun. Jujur waktu itu gue pengen banget ngasih tau lo Shil, gue mau nyeritain semuanya ke lo, karena papa bilang kalau Levin sembuh dia bakal di bawa balik ke Indonesia....
sampai satu fakta yang bikin gue akhirnya batal ngehubungin lo..." Adam menggantung ceritanya, di tatap nya Shila sesaat, gadis itu tampak serius. Adam kembali menatap ke bawah. Tepatnya ujung sepatunya.

"Levin mengalami Amnesia Retograde, gue yakin lo tau apa itu, dia kehilangan memori tentang masalalunya, dia tahu siapa dirinya, tapi lupa dengan kenangan masa lalu. Dia lupa siapa papa,gue, bunda, Asha, lo dan lain-lain, dia cuma mengingat sebagian yaitu nyokap kandung dan Azura....
Maka dari itu, bokap mutusin Levin tetep di Jerman, sampai dia pulih, karena bisa jadi trauma di otaknya bakalan mengganggu kesehatan dia" Adam tersenyum miris.

Shila tak bisa berkata apapun selain mencoba mencerna semua penjelasan Adam.

"Levin nerusin sekolah di sana sampai lulus kuliah, dia nggak kehilangan kemampuan intelektualnya. Mungkin karena memorinya mudah terisi, dia bahkan lulus cepet dari seharusnya" jelas Adam yang tahu semua cerita itu dari bunda nya dan bahkan Levin sendiri.

"Dokter yang rawat Levin di Jerman bilang, kalau nggak ada yang boleh maksa dia untuk ingat-ingat masalalunya terlalu berlebihan, karena itu bisa bikin dia ngedrop, kecuali dia sendiri yang mengingatnya. Itulah sebabnya nggak ada yang berani cerita ke dia soal masalalunya termasuk lo dan temen-temennya"

"Jadi....? Levin bener-bener nggak tau siapa aku kak? Di..dia lupa?"

Adam mengangguk.

"Setelah lulus kuliah satu tahun yang lalu, Zura sempet kerja di Jerman dan di sanalah dia ketemu Levin. Dan entah gimana ceritanya, gue dapet kabar kalau Levin bakal tunangan sama Zura" jelas Adam penuh luka di matanya. Shila tau, Adam terluka.

"Gue sendiri di Indonesia, dan gue tau semua cerita itu dari bunda, yang kebetulan nemenin Levin di Jerman"

Ingatan Levin, mungkin bisa kembali, Shila tahu hal itu mungkin saja, tapi ada kemungkinan lain yaitu ingatan Levin tak akan pernah kembali lagi,

Andai ingatan Levin kembalipun, yang menjadi tanya, Apakah saat itu Shila benar-benar kehilangan kesempatan?

***

"Lo serius Shil?" Gani menatap Shila tak percaya setelah mendengar penjelasan perempuan itu mengenai Levin. Shila mengangguk lemah karena semua yang ia ceritakan kembali mengoyak luka di dalam hatinya.

"Gue harus ngasi tau Farhan sama Rendy kalau Levin udah balik" gumam Gani mengingat kedua temannya yang kini kuliah di kota bahkan negeri yang berbeda itu. Farhan kuliah di Jogja, sementara Rendy di Malaysia.

"Lo tau kan, gue tetep tinggal...." ujar Gani menggantung, di tatapnya lekat mata perempuan yang kosong itu.

"Gan.... besok gue mau ke Jogja" potong Shila"

"Why?"

"Mau refreshing ke rumah Eyang"

"Terus pernikahan kak Dika?"

"Kan masih 3 minggu lagi, gue cuma pergi paling lama 1 minggu"

"Gue temenin!" itu bukan tawaran, tapi pernyataan Gani.

"Nggak usah, gue sendiri aja, lo kan banyak kerjaan sama mau sidang skripsi juga kan?"

"Tapi Shil"

"Gan gue...."

"Lo mau kabur, karena pertunangan Levin sama Zura itu?" Tanya Gani dengan tatapan penuh selidik. Shila diam, tak ingin menjawab apapun.

"Shil...." Gani menggenggam kedua tangan Shila dan menatap sendu gadis itu. Rasanya dada Gani berdebar-debar. Namun di tatapnya perempuan itu

"Gue tau.... lo nggak bisa ngelupain Levin. Awalnya, gue selalu ada sama lo selama ini, semua karena gue mau jagain lo buat Levin" Shila tak merespon dan memilih mendengarkan Gani, ia tahu arah pembicaraan Gani, selama ini memang benar, Gani selalu ada untuknya, menjaganya dan bahkan menjadi sahabatnya. Saat semua teman dekatnya harus diterima kuliah di luar kota, Jeje dan Gavin berkuliah di Surabaya dan banyak lagi. Mungkin mereka masih bisa melakukan quality time setiap liburan, tapi jadwal libur yang berbeda membuat mereka terkadang sulit untuk meluangkan waktu, tidak seperti Gani. Laki-laki itu bahkan selalu ada untuk Shila setiap hari bahkan setiap saat kalau Shila butuh.

"Lo tau kan perasaan gue Shil, gue masih sama kayak 2 tahun yang lalu. Gue masih nunggu lo buka hati buat gue" Ujar Gani membuat Shila semakin bingung.

"Gan... gue..."

"Please Shil!.... lo pertimbangkan lagi, izinin gue buat bikin lo bahagia, buat bikin lo ngelupain dia" sesaat terjadi keheningan, ini sudah ketiga kalinya Gani menyatakan perasaan pada Shila dalam 2 tahun belakangan. Laki-laki yang satu universitas dengannya itu, belum menyerah rupanya.

"Gue bakal pertimbangkan Gan, gue bakal kasi jawaban ke lo sepulang gue dari Jogja"

"Lo serius Shil?" Mata Gani berbinar. "Gue harap jawaban lo bisa bikin gue lega"

***

"Lo yang kemarin kan? Temennya Zura"
Tanya laki-laki itu setelah memunculkan diri di depan kamar nomor 207.
Nyaris air mata Shila jatuh, rasanya godam menghujam jantung Shila hingga remuk. Hingga ia benar-benar tak kuasa, satu tetes cairan hangat mengalir indah di pipinya.

"Eh... kok lo nangis? Oh iya mau nyari Zura?, Zura nggak di sini, sebenernya yang nginep di sini gue"

"Gue nyari lo" ucapnya getir.

"Oh nyari gu..e?" Levin tampak bingung.

"Gue mau ngasi ini, eh nggak" Shila mengusap air matanya "tepatnya gue mau balikin ini ke lo" Shila menyerahkan amplop coklat besar.

"Ini apaan?"

"Lo bisa buang aja sih sebenernya" Shila tersenyum getir.

"gue cuma..."lanjut Shila namun tak tau harus melanjutkan apa. Levin menatap bingung bergantian perempuan di depannya dan amplop yang ada di tangannya.

Sementara Shila, sekuat tenaga menahan air mata yang lebih dari saat ini, dalam otaknya bermunculan suara Adam.

"Dia lupa siapa papa,gue, bunda, Asha, lo dan lain-lain, dia cuma mengingat sebagian yaitu nyokap kandung dan Azura...."

"Hei" Levin menjentikkan jarinya di depan wajah Shila.

"Gue cuma ngasih itu aja..." lanjutnya.

"Ntar malem dateng kan di acara pertunangan gue sama Zura?" Levin bertanya dengan senyum ramahnya.
Shila hanya mengangguk lemah,

"sorry gue nggak bisa Vin, nggak akan pernah bisa" bathinya.

"Gue pergi dulu" ujarnya seraya berbalik.
Levin menatap punggung perempuan itu dengan tatapan yang tak bisa di artikan, tak lama bahu Shila tampak bergetar hebat, bisa di tebak perempuan itu menangis, ingin rasanya Levin menghampirinya dan menanyakan apa masalahnya. Tapi ia hanya dia dan kemudian menutup pintu kamarnya. Mungkin itu bukan urusannya.

Shila kemudian pergi dengan taksi menuju ke stasiun, hari ini ia akan pergi ke jogja, izin kuliah bahkan. Ia butuh waktu untuk menenangkan diri. Hingga tak butuh waktu lama taxi yang mengantarnya sampai di stasiun Gambir.

***

Levin baru saja akan membuka amplop yang di berikan Shila, tiba-tiba suara ketukan pintu membuatnya mengurungkan niat. Levin berjalan dengan santai ke arah pintu dan membukanya, kemudian muncul sosok laki-laki berdiri di hadapannya.

"Lo....."

Bughhhh
Satu pukulan tepat mengenai rahang Levin hingga ia tersungkur jatuh.




***

TBC

Permasalahannya emang makin complicated. Tapi tenang aja, TL bakalan segera end kok beberapa part lagi, belum bisa di pastiin sih. So di tungguin aja!!!

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 129K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
22.7M 99.3K 11
[TERSEDIA DI PLATFORM HINOVEL] Tentang Freyya yang di jodohkan dengan lelaki mesum anak dari pemilik sekolah yang selalu menggangu dirinya. Perjodoha...
4.1M 313K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
98.1K 2.9K 42
"Dasar es kutub" amuk gue ke Agit Tapi ohhhh "Dia bahkan kagak ngelihat gue?" Ucap gue dalam hati "Dasar sok ganteng"teriak gue Yang tak di pedulika...