Cold Marriage [Re-upload]

By jenniferdwi

2.2M 49.5K 4.5K

Re-uploaded until part 30 The previous and current cover made by @jennjennja. Aku tahu segalanya. Aku tahu di... More

3...2...1...
Prolog
0° C (part one)
0° C (part two)
10° C
20° C
30° C
40° C (part one)
40° C (part two)
50° C (Part One)
50° C (Part Two)
50° C (Part Three)
60° C
70° C
80˚ C (part one)
FREEZE
90° or 0° (part one)
90° or 0° (part two)
.....°C
BUKAN EPILOG
Diary of My Wedding
When You're Not Looking
A Little Bad News

80 ° C (part two)

78.3K 1.9K 197
By jenniferdwi

Mr.Cold's POV

Janet sedikit tersentak kaget mendapatiku menahan tubuhnya untuk menjauh. Kulihat pipinya masih bersemu merah. Sepertinya dia benar-benar malu tadi. Padahal apa salahnya mencium suami sendiri?

Sekaranglah saat yang tepat untuk memulai rencanaku. Aku menarik Janet masuk ke bilik shower dan memutar kerannya sehingga air dingin mulai mengalir keluar, membasahi aku dan Janet yang masih berada dalam pelukanku. Janet menatapku heran dengan kelakuanku ini. "agar tidak ada yang bisa mengganggu kita lagi." jelasku. Suara air yang mengalir pasti dapat membungkam semua suara dari luar, suara-suara yang akan membuatku lagi-lagi gagal melakukan ini.

aku menjauhkan Janet sedikit agar aku bisa melihat keseluruhan dirinya. Pakaiannya yang basah melekat di tubuhnya dan menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya dengan sempurna. Sepertinya dia menyadari bahwa tatapanku bukanlah sekadar tatapan biasa, tapi tatapan yang menunjukkan betapa laparnya aku terhadap dirinya. Karena sesaat kemudian pipinya memerah, yang justru semakin menggodaku sekarang.

Karena Janet masih sangat polos dalam hal ini, sepertinya aku yang harus memulainya. "kau ingin aku yang membukanya atau kau bisa membukanya sendiri?" aku mencoba mempertahankan suaraku dalam nada normal bukan dalam geraman. Wangi lembut dari Janet masih tercium olehku walau sekarang dia sudah basah kuyub seperti ini.

"buka apa?" pertanyaan yang sudah kutebak akan ditanyakan oleh Janet.

Aku tersenyum dan mengelus pelan daerah bahu, samping pinggang, juga atas dada janet, "yang menutupi ini semua." tanganku sudah mulai bermain di kancing teratas kemeja Janet.

"maksudmu? Buka kemejaku?" tanya Janet lagi.

"kalau kau bingung, biarkan aku yang melakukannya." setelah mengatakannya, aku segera menyibukkan Janet dengan ciuman-ciumanku yang biasanya akan memberiku keleluasaan untuk melakukan apapun, termasuk membuka pakaian Janet. Namun kali ini Janet tetap sadar dan menghentikan tanganku untuk bergerak lebih lanjut. "aku.. Aku belum siap." tahan Janet.

"kau tidak akan pernah siap sampai disaat kau mencobanya. Serahkan semuanya padaku, oke?"

Keraguan masih membayangi matanya sesaat, tapi akhirnya dia melepaskan tanganku. "aku janji kau tidak akan menyesali nya." bisikku di telinganya.

Setelah semua kancing telah terbuka, perlahan aku menurunkan kemeja Janet melewati bahu Janet, lalu melewati pinggangnya sampai akhirnya tergeletak di lantai. Air yang masih mengalir dari shower mulai membasahi bagian tubuh Janet yang tadi tertutupi. Janet sempat menggigil sebentar ketika air dingin mengalir membasahi dirinya. Bahkan dia sempat bersin sekali dua kali karena kedinginan. Aku merasa sedikit bersalah karena harus membiarkannya basah-basahan begini. Tapi aku tidak punya cara lain lagi untuk menghalangi gangguan dari luar.

Aku memandang ke Janet sekali lagi, sekarang Janet sama basahnya denganku. Juga sama polosnya denganku yang hanya mengenakan celana pendek. Walau sekarang masih ada bra yang menutupi dadanya, aku yakin sebentar lagi itu akan bernasib sama dengan kemeja Janet.

Aku tidak bergerak untuk beberapa saat dan hanya menatapi Janet. Aku masih takjub dan kagum dengan keindahan tubuhnya. Memang dadanya tidak terlalu besar, tapi ukurannya pas dengan tubuhnya yang kecil dan mungil. Janet tidak kurus, juga tidak terlalu gemuk. Di setiap bagian besarnya pas, proporsional. Aku lebih suka proporsional dibanding kurus.

"Dan?" panggil janet karena aku terlalu lama berdiam diri.

"hm?" aku mengelus pipi kanan Janet yang basah dengan tangan kananku, sementara tangan kiriku sudah menemukan tempatnya di lekukan pinggang Janet. Saatnya memulai.

"kau dengar suara bel?" pertanyaan yang membuat gerakanku terhenti. Aku kaget mendengar pertanyaannya. ada suara bel? Tapi mestinya walaupun ada sudah tertutupi oleh suara air bukan? Kalau nggak percuma dong kami berdua berbasah-basahan sepert ini.

"tidak ada suara apapun." aku meyakinkan Janet. Benar, tidak mungkin ada suara bel walau hari memang masih sore, tapi kami berdua tidak berjanji untuk bertemu dengan siapapun sore ini. Pasti Janet hanya berilusi saja.

Tiingg tongg.

Sial. Janet tidak berilusi.

Aku mendengar suara bel pintu rumah dibunyikan, begitu juga dengan Janet karena dia berkata kepadaku lagi,"ada yang datang, Dan."

Aku bahkan baru sempat melihat Janet tanpa kemejanya!! Hanya tanpa kemejanya, dan sekarang sudah ada yang menggangguku lagi.

"biarkan saja sebentar. Kalau penting dia pasti akan menunggu." kali ini aku tidak akan membiarkan kesempatan ini pergi lagi, mau Janet sampai marah pun aku tidak akan melepaskannya.

"tapi, membuat orang menunggu tidak baik."

"membuat suamimu harus menunda hal seperti ini juga tidak baik Janet. Ayolah, kau sudah meninggalkanku karena teko sialan tadi, jangan tinggalkan aku untuk kali ini." bujukku. Aku mengurung Janet diantara kedua tanganku sehingga dia tidak bisa kemana-mana.

Janet menghela nafas lalu berkata "baiklah, tapi sebentar sa.. Kyaa!" tanpa menunggu kalimat Janet selesai aku langsung menggerakkan kedua tanganku dan menggendongnya pergi menuju tempat tidur. Sudah tidak ada gunanya lagi berlama-lama di bawah shower sepert ini. Kutendang pintu kamar mandi dengan kasar sampai menabrak tembok. Begitu aku membaringkan Janet di tempat tidur, dengan cepat kubuat kondisi dimana akhirnya tidak ada lagi kain yang menghalangi tubuh kami berdua.

Aku tidak peduli dengan betapa basahnya tubuh kami berdua juga membuat sprei basah, yang jelas aku sudah tidak bisa menahan diri lagi!

Sebenarnya aku tidak suka melakukan hal ini dengan terlalu cepat karena aku kasihan dengan Janet yang terlalu polos sehingga tidak bisa mengimbangiku. Lihat saja sekarang, dia hanya meletakkan kedua tangannya di kasur dan sejak tadi dia terus menutup matanya jika tidak menghindari tatapanku. Seharusnya aku mengajarinya setahap demi setahap dengan lembut, tapi apa daya, aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Kesempatan untuk menandai bahwa Janet seutuhnya milikku. Kesempatan untuk menyatukanku dengan Janet tidak hanya lewat perkataan, tapi juga perbuatan dan batin, sehingga semoga setelah malam pertama kami yang tertunda tiga bulan ini tidak ada yang bisa memisahkan kami berdua lagi. Apapun itu.

Tingg tooonngg.

Tingg tooonngg.

Tinggg toooonggg.

Tapi sekarang siapapun yang berada di luar sana benar-benar berniat memisahkan kami!

Setiap semenit sekali bel sialan itu berbunyi dan semakin lama intensitasnya semakin meningkat. Aku berusaha mengabaikan bunyi bel itu tapi tidak bisa! Rasanya seperti mendengar bunyi alarm bangun tidur, sangat mengganggu dan menyebalkan, yang jika tidak dimatikan hanya akan bertambah besar dan sering.

Konsentrasiku menjadi buyar setiap mendengar bel itu berbunyi. Aku kehilangan kenikmatan yang mestinya kurasakan ketika melakukan hal ini. Yang kurasakan hanyalah kekesalan pada siapapun yang memencet bel itu.

Akhirnya setelah tidak bisa mentolerir bunyi bel itu lagi, dengan segala keterpaksaan aku menjauh dari janet dan mulai mengenakan kembali pakaianku. Janet menatapku bingung karena aku yang tadi sangat bernafsu melakukan sekarang malah menghentikannya ditengah jalan. Haahh.. Bukannya aku mau berhenti, Janet.

Aku tidak sanggup melihat ke mukanya secara langsung karena bisa-bisa aku hanya akan kembali memeluknya. Apalagi sekarang ketika dia malu-malu menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut. Aku belum puas memandangi tubuh itu, juga belum puas menyentuhnya. Argh! Aku memberantakkan rambutku karena rasa frustrasi ingin menyentuh istriku lagi.

Tapi sepertinya memang lebih baik jika urusan dengan siapapun yang di luar sana dibereskan dulu baru aku kembali menikmati sisa hari ini dengan Janet.

"biar aku lihat siapa yang dari tadi memencet bel." ucapku sambil berjalan keluar dari kamar.

Janet seperti ingin mengatakan sesuatu ketika aku menutup pintu kamar. Pasti dia ingin menawarkan diri untuk membuka pintu. Biasa memang selalu Janet yang menyambut tamu yang datang ke rumah ini, tapi tidak naik kali ini.

Aku tidak akan membiarkan Janet membuka pintu dan bertemu seseorang yang bisa jadi seorang pria. Semua pria yang waras pasti akan terangsang melihat Janet yang sekarang. Bukan karena dia sedang tidak mengenakan apapun, tapi karena aura kewanitaan nya sedang mencapai puncaknya. Aku yakin hanya dengan tatapan Janet saja bisa membuat semua lelaki rela menjadi budaknya saat ini. Aku tahu karena aku dapat merasakannya dan juga karena aku memang sedang jatuh ke dalam aura itu.

**

Janet's POV

Ini kedua kalinya dalam hari ini aku dan Mr.cold hampir melakukannya. Hampir, karena selalu ada yang datang mengganggu ketika kami melakukannya. Aku tak tahu harus senang atau sedih karena gagal berturut-turut melakukannya. aku tidak akan mengingkari fakta bahwa aku sedikit penasaran terhadap kegiatan itu. Tapi Rasanya aku masih belum siap melakukannya, makanya aku sempat menolak melakukannya tadi. Walau pada akhirnya aku membiarkan Mr.cold untuk melakukan itu.

Aku sangat malu dan tegang ketika melakukannya (aku tidak tahu sebutan apa untuk kegiatan semacam itu yang bisa kukatakan tanpa membuat mukaku memerah) sehingga aku hanya bisa menutup mata dari tadi. Jantungku berdetak sangat kencang sampai-sampai aku heran kenapa Mr.cold bisa tidak mendengarnya padahal kepalanya berada  tepat.. Mm.. Di Dadaku.

Kukira tadi aku akan mati karena jantungku terlalu cepat memompa darah tapi tiba-tiba Mr.cold berhenti dan menarik diri dariku. Dengan cepat dia menutupi tubuhnya dengan T-shirt warna biru muda dengan celana pendek. Aku masih terdiam di tempat tidur dan hanya menarik selimut untuk menutupi tubuhku. Tapi semestinya aku tidak usah repot-repot karena Mr.cold bahkan tidak memandang ke arahku lagi sampai dia berjalan keluar kamar, meninggalkanku sendiri.

Mr.cold bilang dia pergi untuk membuka pintu, tapi mungkin saja dia pergi karena kecewa denganku barusan. Karena aku hanya diam saja sementara dia yang harus melakukan semuanya sendiri. Padahal menurut yang kudengar, seharusnya pihak wanita juga aktif dalam kegiatan itu, tapi aku benar-benar tidak tahu ingin melakukan apa. Atau bisa saja dia kecewa dengan tubuhku, karena tidak semenarik kelihatannya. Banyak alasan yang bisa mendasari kenapa Mr.cold tiba-tiba kehilangan hasrat untuk melanjutkannya?

Aku mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi selama itu berlangsung karena memoriku benar-benar blur pada saat itu.

Aku ingat tidak bisa menggerakkan tubuhku dan hanya bisa terus mencengkeram apapun yang ada didekat kedua tanganku untuk menjaga tubuhku tetap tegak. Dan aku ingat diawal bernafaspun terasa susah, tapi lalu ada sebuah rasa muncul dari dalam diriku. Rasa asing itu bertumbuh besar dan akhirnya menguasai diriku. Rasa malu dan tegangku tiba-tiba menjadi hilang. tanganku ingin menyentuh hal lain selain halusnya sprei, aku ingin menyentuh sesuatu yang hangat yang sejak tadi bergesekan dengan kulitku, terutama dengan kulit pahaku! Ya ampun, apa jangan-jangan rasa asing itulah yang dinamakan hasrat? Apa tadi aku sempat berhasrat terhadap Mr.cold?

Aku memandang tidak percaya ke arah kedua tanganku yang sekarang gemetaran. Apa kedua tangan ini benar-benar akan pergi menyentuh Mr.cold seandainya Mr.cold bertahan didekatku lebih lama lagi? Kalau begitu aku harus bersyukur Mr.cold berhenti tadi, mencegahku untuk berbuat mesum padanya.

Aku beranjak dari ranjang dan mengambil pakaian dari lemari. Kemejaku yang tadi sudah tidak bisa dipakai lagi karena basah. Semestinya tubuhku juga basah dan harus kukeringkan terlebih dahulu sebelum aku berpakaian lagi. Tapi entah kenapa tubuhku sekarang sepenuhnya kering dari air. Mungkin karena panas tubuhku menguapkannya. Atau karena panas tubuh Mr.cold yang sedari tadi memeluk diriku? Tangannya yang hangat dan besar diletakkannya di belakang kepalaku membelai rambutku, kulitnya yang terasa sedikit kasar ketika bergesekan dengan kulitku, bibirnya yang tidak pernah lepas dariku..Argh kenapa aku jadi kepikiran dengan tubuh Mr.cold? Kembalilah akal sehat dan moralku!

Aku membasahi mukaku sedikit agar rasa panas yang membakar pipiku sejak tadi bisa disejukkan oleh dinginnya air. Kuikat rambutku asal-asalan agar tidak terlihat terlalu berantakan. Terdengar suara pintu depan ditutup. Mr. Cold sudah kembali. Aku jadi penasaran siapa yang datang tadi. Lebih baik kutanyakan pada mr.cold.

Aku membuka pintu kamarku sedikit untuk melihat keluar. dari celah pintu yang kubuka terlihat sosok Mr.cold yang sedang berjalan ketengah ruangan, juga sedang.. berbicara? Mr.cold mengobrol dengan siapa? Orang yang dari tadi membunyikan bel?

Lalu dari arah pintu depan muncul seorang perempuan dengan rambut coklat kemerahan sebahu. Rambutnya yang terurai bergoyang seiring dengan langkah kaki wanita tersebut. gaya berjalan yang indah dan khas langsung membuat otakku memunculkan sosok seseorang namun dengan rambut hitam yang panjang. Aku belum melihat wajahnya, tapi begitu mendengar suara tawanya aku langsung mengenali siapa orang itu.

"kak Alena.." ucapku tanpa sadar.

Saat itu juga aku kembali ke ingatan masa laluku, masa dimana aku hanya bisa mengintip dari dalam kamar melihat ke arah dua orang itu sedang berbincang dengan akrab seperti sekarang, masa dimana aku merasa paling ingin menjadi seorang Alena Claudia bukan Janet Claudia. Masa aku membuat keputusan akan mencoba merebut Mr.cold dari kak Alena. Dengan cara apapun.

Continue Reading

You'll Also Like

927K 13.8K 32
"Oh wow roti sobek!" Queen berbinar, bibir gadis itu terbuka, matanya menyayup mengagumi keindahan otot tubuh Kai. "Cewek nakal," umpat Kai, sebelum...
1.6M 122K 30
Yg gk sabar jangan baca. Slow up !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. ...
3.5M 146K 50
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
1.6M 17.5K 35
GUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...