0° C (part two)

109K 2K 57
                                    

Waktuku untuk dapat memandangi wajahnya habis ketika waktu sarapan juga selesai. Setelahnya dia akan langsung pergi bekerja entah sampai kapan. Dan aku akan melihat dirinya lagi jika aku terbangun di tengah malam seperti malam terakhir. Jadi tidak aneh jika aku menginginkan malam cepat tiba agar aku bisa berkesempatan menatapnya lagi sebelum hari berakhir.

Kenapa Mr.Cold selalu pulang semalam itu padahal posisinya yang seorang direktur membuatnya tidak harus bekerja lembur setiap malam? Aku juga ingin tahu. Padahal pernah ada rekan kerjanya yang menelepon dan menanyakan keberadaannya yang telah menghilang dari kantor sejak sore hari. Dan dia kembali ke rumah setelah beberapa jam malam tiba. Sejak itu aku tidak ingin tahu apa yang terjadi dengannya dalam selang waktu sebanyak itu. Terkadang tidak tahu sesuatu lebih baik daripada tahu segalanya.

**

Bahkan sebelum tengah hari tiba, aku sudah selesai melakukan semua tugasku. Baik sebagai ibu rumah tangga maupun translator. Setiap inci rumah ini sudah terlihat mengkilat. Terjemahan naskah cerita yang dari minggu lalu sudah melebihi sempurna pun telah kuperiksa lebih dari tiga kali.

Sudah berkali-kali kukatakan ke atasanku untuk memberiku naskah baru untuk diterjemahkan tapi dia menolak. Dia bilang aku sudah bekerja terlalu banyak dan sekarang saatnya aku untuk bermesraan dengan suamiku sampai ada naskah baru datang.

Sebenarnya berapa bulan yang digunakan pasangan untuk terus bermesra-mesraan, sih? Aku sudah menikah lebih dari tiga bulan dan orang-orang masih mengatakan hal seperti tadi. Apa mungkin hanya aku yang merasakan waktu tiga bulan itu lama? Karena aku tidak menikmatinya?

Rasanya aku ingin bekerja di kantor-kantor seperti seorang business woman. Pasti selalu ada pekerjaan yang bisa kukerjakan setiap harinya. Dan walau tidak ada pekerjaan pun aku punya teman untuk mengobrol. Sekarang aku hanya sendirian disini dan ini sangat membosankan.

Itu keinginanku dari dulu. Tapi sulit mencari orang yang mau mempekerjakanku dengan kondisi kesehatan seperti ini. Mana ada perusahaan yang mau menerima orang penyakitan yang lebih sering masuk rumah sakit dibanding kantor mereka.

Ah! Sebuah pesan masuk ke dalam inbox email-ku. Aku segera membukanya untuk melihat pengirimnya. Karen.

Aktifkan handphone-mu sekarang!!

Aku bahkan melupakan keberadaan balok tipis itu.

Setelah aku berhasil menemukannya aku segera menyalakannya. Biasanya handphone ini kumatikan untuk mencegah bunyi berisik sekaligus menghemat batere. Makanya handphone-ku selalu bertahan tiga hari, berbeda dengan handphone Karen yang dalam waktu setengah hari akan habis karena keasikan BBM-an.

Aku langsung diserbu oleh nada dering tanda ada SMS masuk tanpa henti beberapa detik setelah aku membukanya. Puluhan SMS dari satu orang, Karen. Dan di saat aku baru mau membaca salah satunya ternyata Karen sudah tidak sabar menungguku membacanya. Melodi-melodi pendek yang dari tadi mengalun sekarang berganti dengan melodi berbeda yang lebih panjang dan lama. Nada dering telepon.


"Halo.."

"Kamu tahu arti kata kudet yang di iklan Raditya Dika? Kudet itu kamu, kurang update!! Bagaimana kamu bisa mengetahui situasi terbaru dunia dengan handphone yang selalu dinon-aktifkan...." Oceh Karen panjang lebar.

Aku hanya meletakkan handphone nokiaku di atas meja dan membiarkan Karen mengoceh sendirian. Percuma aku mendengarkannya. Karena sekali Karen mengoceh, tidak ada tanda titik atau koma yang dipakai di kalimatnya, yang berarti aku tidak akan bisa menyelanya dan membela diri.

"...jadi kamu datang gak?" Tanya Karen setelah beberapa menit mengoceh sendirian. Tumben cepat.

"Datang kemana?"

Cold Marriage [Re-upload]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang