.....°C

75.2K 2.8K 426
                                    

Janet's POV

Kuhabiskan waktuku beberapa hari di rumah sakit untuk memulihkan kondisiku. Aku tidak khawatir dengan keadaan rumah karena aku telah meminta kak Alena tinggal lebih lama untuk mengurus rumah dan juga Mr.cold. Setidaknya kesehatan Mr.cold terurus waktu aku tidak ada kemarin-kemarin dan aku berharap hal itu akan terus bertahan walau kak Alena dan kak Mori pulang ke rumah mereka berdua nanti. Karena aku tidak akan tinggal di rumahnya lagi. Aku harus pergi ke suatu tempat lain selain di sisi Mr.cold. Itulah syarat yang harus kupenuhi ketika aku bersedia menandatangani surat ceraiku dengannya.

Barang-barang milikku yang kugunakan selama dirawat inap sudah kupack ke dalam satu tas backpack. Tidak terlalu banyak, karena hanya berupa pakaian tidur dan peralatan mandi saja dalamnya. Dokter sudah memperbolehkanku keluar dari rumah sakit dengan syarat aku harus melakukan check-up rutin sebulan sekali. Mau tidak mau aku harus mengikuti perintahnya karena itu termasuk salah satu perjanjianku dengan Mr.cold. Percayalah, Mr.cold membuatku melakukan perjanjian dengannya yang bisa membuat umurku tembus sampai angka 100.

Aku memeriksa ruangan yang kugunakan selama beberapa hari terakhir ini agar tidak ada yang tertinggal. Bagus, tidak ada yang tertinggal. Kuambil jaket hoodie hitam milik Mr.cold yang kuletakkan di atas ranjang dan menutup pintu ruangan. Di malam keduaku menginap di rumah sakit dia memberikannya padaku untuk jaga-jaga jika aku merasa kedinginan. Dan hoodie ini benar-benar membantuku. Melawan rasa dingin dan juga sedikit rasa kesepian karena di sana tertinggal wangi khas Mr.cold. Akan kukembalikan seluruh barang yang dia pernah beri atau pinjamkan padaku malam ini, tapi sepertinya aku akan mempertahankan hoodie ini.

Aahh... Tidak kusangka hari ini akan tiba juga, saat aku akan mengambil barang-barangku yang tersisa di rumah dan pergi dari kehidupan Mr.cold.

Aku berjalan menuju lobby dan menemukan Mr.cold sedang duduk di depan meja registrasi. Begitu melihatku dia langsung berdiri dan menghampiriku. Apa yang dia lakukan di sini? Padahal aku sudah bilang padanya aku akan pulang sendiri.

"aku yang bawa." katanya sambil menyambar tas backpackku dari tanganku. Lalu dia sedikit menarikku untuk mengikutinya berjalan keluar dari lobby menuju tempat parkir.

"kukira aku akan pulang sendiri hari ini." keluhku sambil mengikuti Mr.cold di belakangnya. Kemarin dia jelas-jelas mengiyakan kata-kataku tentang aku ingin pulang sendiri tapi sekarang dia datang dan memaksaku untuk ikut dengannya.

Mr.cold membukakan pintu di sebelah pengemudi dan menyuruhku masuk dengan gerakan kepalanya. Mau tidak mau aku terpaksa masuk ke dalam mobil Mr.cold karena tasku sudah diletakkan dengan rapi di bangku belakang.

Di tengah perjalanan tidak ada kata-kata yang terucap di dalam mobil. Mr.cold hanya terus menatap ke jalan di depannya, dan aku hanya menatap ke jalan yang ada di sampingku. Oke, jujurnya? Terkadang sedikit menatap ke arah Mr.cold. Sedikit!

Mr.cold masih mengenakan pakaian kerjanya minus dasi dan jasnya. Hanya kemeja putih yang bagian lengannya digulung menutupi bagian atas tubuhnya, seperti kemarin-kemarin saat dia datang dan menemaniku di rumah sakit. Kemeja yang selalu mengganggu pemandangan indahku.

....

....

Bukan, bukan seperti yang kalian pikirkan! Maksudku pemandangan indah adalah pemandangan di jendela samping Mr.cold. Ya, maksudku itu. Bukan Mr.coldnya. Jujur. Lagipula apa kata orang nanti kalau tahu aku sudah setuju untuk bercerai tapi masih terus bernafsu akan dirinya? Idiot namanya. Memang dari dulu aku tidak bisa mengontrol bagian diriku yang ini, selalu saja ceplas ceplos tanpa disaring terlebih dahulu. Untung saja ceplas ceplos nya hanya di dalam hati.

Sekarang mobil Mr.cold berbelok menjauhi jalan besar dan masuk ke suatu kompleks perumahan yang cukup elit. Aku memperhatikan jalan di sekelilingku dengan perhatian lebih. Ini bukan kompleks perumahan kami.

Cold Marriage [Re-upload]Where stories live. Discover now