20° C

94.5K 1.9K 102
                                    

Aku terdiam menatap makanan di depanku. Sepertinya ini tanda terima kasih atas bantuanku semalam. Padahal alasanku melakukannya bukan sepenuhnya karena aku ingin membantunya.

Rasanya menyenangkan mendapati pria dingin itu bisa memasakkan sesuatu untukku. Tapi ada juga rasa bersalah mengingat dia malah menggunakan waktunya yang terbatas untuk membuat ini. Padahal dia bisa beristirahat lebih lama jika dia tidak harus memasak untuk kami berdua.

Aku masih memandangi nasi goreng itu dengan perasaan campur aduk sampai akhirnya perutku mengambil alih tubuhku. Tangan dan mulutku bergerak teratur mengikuti perintahnya tanpa banyak memprotes. Entah sudah berapa suapan yang telah kumasukkan ke dalam mulut sampai saat ini. Yang jelas aku masih merasakan kelezatan dan kenikmatan yang sama seperti suapan pertamaku, membuatku menghabiskan sepiring nasi goreng ini dengan sekejap mata.

Masih mengunyah suapan terakhir, aku bangkit berdiri dan berjalan menuju rak buku. Jariku menyusuri buku-buku yang tersusun dengan rapi sampai aku menemukan apa yang kucari. Kutarik keluar sebuah buku dengan sampul warna pink dari susunan buku itu. Buku novel favoritku sepanjang masa.

Begitu halaman pertama novel itu berhasil kutemukan segera kutempelkan selembar post-it-note. Novel ini selalu berhasil menghilangkan suasana hatiku yang buruk selama ini. Dan aku yakin selembar post-it-note ini juga bisa melakukan hal yang sama padaku. Post-it-note pertama dari Mr.Cold.

**

Lagi-lagi hari ini kebosanan datang menghampiriku terlalu cepat. Segala pekerjaanku sudah kuselesaikan bahkan sebelum tengah hari tiba. Walau yang kumaksud segala pekerjaanku itu hanya mandi, makan lagi, membereskan kamar tidur dan menyapu lantai seluas 400 m2. Apa lagi yang bisa kukerjakan di rumah yang tidak terlalu besar ini dan hanya ditinggali oleh dua orang.

Mungkin aku tidak akan kebosanan seperti ini jika aku seorang wanita karir seperti Karen. Atau jika saja ada orang lain yang tinggal di sini. Seperti anak kecil yang akan memanggilku mama dan Mr.Cold papa....

Aku meloncat kaget mendengar ringtone handphone-ku mengalun tiba-tiba. Debaran jantungku yang tadinya normal sekarang melonjak drastic mengikuti alunan ringtone yang begitu semangat. Bahkan rasanya aku sampai mengeluarkan keringat dingin. Kenapa aku bereaksi berlebihan seperti ketahuan mencuri celana dalam orang? Padahal aku hanya memikirkan tentang anak, ya, sedikit proses membuatnya.... Ahh, ini semua gara-gara Karen!

Dan pasti yang mengirimkan SMS di waktu makan siang ini juga pasti Karen, dalang yang telah meracuni otakku. Tapi dugaanku salah saat melihat pengirim SMS itu adalah nomor yang tidak kukenal. Melihat nomor telepon yang tidak dikenal ini membuatku teringat kembali kejadian menyebalkan di tempat reuni waktu itu. Sekarang jasa sedot WC mana yang menghubungiku kali ini?

Aku berniat segera menghapusnya begitu selesai membacanya sekilas. Tapi kalimat pertama dari SMS berhasil menarik perhatianku, bahkan mengundang sedikit tawa.

Ini aku. -Apa-apaan orang ini!? Namanya Aku gitu!? Masa dia menganggap aku peramal yang bisa mengetahui setiap orang yang mengirimiku pesan tanpa mereka berinisiatif memberitahu.

Ada yang ingin kubicarakan nanti malam, jangan tidur dulu. –Dan hanya sampai di sini SMS-nya. Tidak ada nama atau kalimat apapun lagi yang bisa membuatku sedikit menebak-nebak siapa dirinya.

Karena Karen tidak mungkin memberiku SMS yang isinya kurang dari dua puluh kata. Dan Jack, walau aku belum tahu nomor handphone-nya, jelas ini bukan gaya dirinya mengirim SMS. Susunan tulisan bahasa Indonesianya tidak serapi cara bicaranya. Selain mereka berdua, aku tidak punya tersangka lagi yang bisa melakukan ini. Kesimpulannya, ini hanya sekedar SMS nyasar atau mungkin malah SMS spam seperti jasa sedot WC waktu itu yang ingin merecoki hidup orang banyak.

Cold Marriage [Re-upload]Where stories live. Discover now