30° C

94.3K 2K 97
                                    

"Di... Direktur kita?" Akhirnya aku kembali menemukan suaraku yang tadi sempat hilang. Walau lirih, tapi untungnya masih dapat terdengar.

Dengan penuh percaya diri, Emi langsung menganggukkan kepalanya. Dan aku, hanya bisa kembali bertanya. "Bukannya dia... sudah menikah?"

"Memang, tapi untuk para penggemar berat Mr.Daniel sepertinya status itu tidak terlalu berpengaruh. Lagipula hubungan dia dengan istrinya juga tidak baik." Emi yang menyadari perubahan warna wajahku langsung menampilkan aura penasaran. "Kenapa kau terlihat begitu kaget?"

"Tidak... Aku hanya..." Kalimatku berhenti di tengah-tengah karena aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan perasaanku sekarang ini. Kaget, panik, dan takut datang bersamaan mengetahui bahwa sainganku ternyata masih banyak. Dengan begitu banyak perbedaan antara aku dengan mereka, dari penampilan sampai jumlah waktu bertemu dengan Mr.Cold.

"Kamu hanya kenapa?" Sahut Emi memancingku untuk melanjutkan perkataanku tadi.

Daripada mencoba menjelaskan lebih lanjut, aku memilih tersenyum dan menggeleng. Untungnya Emi mau mengerti dan hanya mengajakku untuk kembali berjalan.

Saat menyelusuri lorong yang telah dilewati Emi, otakku masih terus bermain dengan pikiran tadi. Mendengar nama lengkap Mr.Cold disebutkan tadi membuatku tidak bisa menghindari fakta dia adalah orang nomor satu yang harus kujauhi. Tidak kusangka rencanaku untuk merubah Mr.Cold harus hancur sebelum sempat kulaksanakan. Kalau begini kapan aku bisa dengan penuh percaya diri mengaku sebagai istri Mr.Cold?

Suara sepatu hak tinggi Emi yang bersinggungan dengan lantai tidak terdengar lagi setelah dia berbelok ke kiri. Sedikit kupercepat langkahku melewati belokan terakhir itu dan Emi benar sedang menungguku di depan pintu suatu ruangan.

Sebuah pelat nama menempel di daun pintu itu, tapi Emi tidak memberiku kesempatan untuk membacanya. Begitu aku sampai di sebelahnya, dia langsung berkata, "Dalam ruangan ini ada orang-orang yang salah satunya akan menjadi calon supervisormu. Dan di sini juga ruangan tempat berkumpulnya para manajer eksekutif, jadi pastikan kau tidak menyinggung siapapun di dalam sana."

Aku tahu ada maksud tersirat dari kalimatnya. Di dalam sini pasti ada orang yang tadi dia sebutkan selain Mr.Cold. Manajer Eksekutif yang menjadi harta karun para wanita.

Pintu yang tertutup itu tadi didorong pelan oleh Emi sampai ada ruang untuk menyelinap masuk ke dalam. Dan bersamaan dengan itu, pemandangan di dalam ruangan itu terlihat semakin jelas. Tiga meja bulat mengisi tengah-tengah ruangan ditemani beberapa kursi di sekelilingnya. Satu meja digunakan oleh beberapa orang yang terlihat sedang mengobrol santai dan dua meja lain kosong. Kebanyakan memilih berdiri diam di tepi ruangan, menikmati kopi ataupun teh yang ada di dalam cangkirnya.

Walau Emi berdiri di depanku, tapi dapat kurasakan tatapan orang-orang penasaran sedang mengamatiku baik-baik. Aku sudah tahu akan menjadi pusat perhatian dengan jati diriku sebagai perempuan dan pakaian menyedihkan ini. Yang tidak kusangka adalah mendapati sepasang mata abu-abu juga menatapku saat ini. Sepasang mata abu-abu yang aku ingin hindari setelah melihatnya kembali. Jack Wilder.

**

Jika dulu aku tahu apa yang aku tahu hari ini, aku jelas akan menolak tawaran Mr.Cold untuk bekerja di tempatnya. Dua rencana besarku gagal berturut-turut di satu hari yang sama. Mendekati Mr.Cold dan menjauh dari Jack.

Lagi-lagi aku bertemu dengan mata abu-abu itu. Lengkap dengan ekspresi terkejut khas Jack, mengedip dua kali sebelum benar-benar berfokus ke arahku.

Kemudian Jack menjauh dari tembok yang disandarinya dan berjalan ke arahku. Tidak ada tempat untuk aku melarikan diri dari keharusan menyapa teman lamaku ini. Sementara Emi yang tidak menyadari kedatangan Jack malah pergi meninggalkanku dan bergabung dengan kumpulan orang di meja bulat itu.

Cold Marriage [Re-upload]Where stories live. Discover now