80 ° C (part two)

78.2K 1.9K 197
                                    

Mr.Cold's POV

Janet sedikit tersentak kaget mendapatiku menahan tubuhnya untuk menjauh. Kulihat pipinya masih bersemu merah. Sepertinya dia benar-benar malu tadi. Padahal apa salahnya mencium suami sendiri?

Sekaranglah saat yang tepat untuk memulai rencanaku. Aku menarik Janet masuk ke bilik shower dan memutar kerannya sehingga air dingin mulai mengalir keluar, membasahi aku dan Janet yang masih berada dalam pelukanku. Janet menatapku heran dengan kelakuanku ini. "agar tidak ada yang bisa mengganggu kita lagi." jelasku. Suara air yang mengalir pasti dapat membungkam semua suara dari luar, suara-suara yang akan membuatku lagi-lagi gagal melakukan ini.

aku menjauhkan Janet sedikit agar aku bisa melihat keseluruhan dirinya. Pakaiannya yang basah melekat di tubuhnya dan menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya dengan sempurna. Sepertinya dia menyadari bahwa tatapanku bukanlah sekadar tatapan biasa, tapi tatapan yang menunjukkan betapa laparnya aku terhadap dirinya. Karena sesaat kemudian pipinya memerah, yang justru semakin menggodaku sekarang.

Karena Janet masih sangat polos dalam hal ini, sepertinya aku yang harus memulainya. "kau ingin aku yang membukanya atau kau bisa membukanya sendiri?" aku mencoba mempertahankan suaraku dalam nada normal bukan dalam geraman. Wangi lembut dari Janet masih tercium olehku walau sekarang dia sudah basah kuyub seperti ini.

"buka apa?" pertanyaan yang sudah kutebak akan ditanyakan oleh Janet.

Aku tersenyum dan mengelus pelan daerah bahu, samping pinggang, juga atas dada janet, "yang menutupi ini semua." tanganku sudah mulai bermain di kancing teratas kemeja Janet.

"maksudmu? Buka kemejaku?" tanya Janet lagi.

"kalau kau bingung, biarkan aku yang melakukannya." setelah mengatakannya, aku segera menyibukkan Janet dengan ciuman-ciumanku yang biasanya akan memberiku keleluasaan untuk melakukan apapun, termasuk membuka pakaian Janet. Namun kali ini Janet tetap sadar dan menghentikan tanganku untuk bergerak lebih lanjut. "aku.. Aku belum siap." tahan Janet.

"kau tidak akan pernah siap sampai disaat kau mencobanya. Serahkan semuanya padaku, oke?"

Keraguan masih membayangi matanya sesaat, tapi akhirnya dia melepaskan tanganku. "aku janji kau tidak akan menyesali nya." bisikku di telinganya.

Setelah semua kancing telah terbuka, perlahan aku menurunkan kemeja Janet melewati bahu Janet, lalu melewati pinggangnya sampai akhirnya tergeletak di lantai. Air yang masih mengalir dari shower mulai membasahi bagian tubuh Janet yang tadi tertutupi. Janet sempat menggigil sebentar ketika air dingin mengalir membasahi dirinya. Bahkan dia sempat bersin sekali dua kali karena kedinginan. Aku merasa sedikit bersalah karena harus membiarkannya basah-basahan begini. Tapi aku tidak punya cara lain lagi untuk menghalangi gangguan dari luar.

Aku memandang ke Janet sekali lagi, sekarang Janet sama basahnya denganku. Juga sama polosnya denganku yang hanya mengenakan celana pendek. Walau sekarang masih ada bra yang menutupi dadanya, aku yakin sebentar lagi itu akan bernasib sama dengan kemeja Janet.

Aku tidak bergerak untuk beberapa saat dan hanya menatapi Janet. Aku masih takjub dan kagum dengan keindahan tubuhnya. Memang dadanya tidak terlalu besar, tapi ukurannya pas dengan tubuhnya yang kecil dan mungil. Janet tidak kurus, juga tidak terlalu gemuk. Di setiap bagian besarnya pas, proporsional. Aku lebih suka proporsional dibanding kurus.

"Dan?" panggil janet karena aku terlalu lama berdiam diri.

"hm?" aku mengelus pipi kanan Janet yang basah dengan tangan kananku, sementara tangan kiriku sudah menemukan tempatnya di lekukan pinggang Janet. Saatnya memulai.

"kau dengar suara bel?" pertanyaan yang membuat gerakanku terhenti. Aku kaget mendengar pertanyaannya. ada suara bel? Tapi mestinya walaupun ada sudah tertutupi oleh suara air bukan? Kalau nggak percuma dong kami berdua berbasah-basahan sepert ini.

Cold Marriage [Re-upload]Where stories live. Discover now