90° or 0° (part two)

78.7K 3K 507
                                    

Tidak mungkin tidak terasa sakit ketika seseorang yang kau cintai malah menolak keberadaanmu berikut dengan rasa yang ada di hatimu. Apalagi ketika dia mengatakan bahwa adalah suatu kesalahan dia memelukmu dan membalas cintamu. Jadi wajar saja kan kalau sekarang aku menangis?

Aku tidak mampu mengontrol air mataku sejak serangan dadakan dari Mr.cold tadi. Tapi untungnya aku bisa menjauhkan diriku dari menangis seperti orang gila. Aku hanya berdiri diam di hadapannya, mencoba mengelap pipiku yang basah dan berharap Mr.cold akan membantuku menyekanya tapi dia tidak. Tidak bisakah kuharapkan kebaikan darimu sekali lagi, Dan?

Aku mencoba berhenti menangis sesaat agar aku bisa berbicara, "sekarang, aku tahu bagaimana perasaanmu padaku Dan. Tapi... Bisakah kita berpura-pura ini tidak pernah terjadi? Paling tidak di depan mereka berdua?"

"jika itu yang kau inginkan. Aku juga tidak ingin membuat Alena merasa tidak nyaman."

"kalau begitu, pembicaraan kita sudah selesai sekarang. Aku harus pergi dulu sekarang." Aku tidak bisa berada di kamar ini. Aku tidak bisa menatap ke arahnya, sebelum aku berhasil mengontrol rasa sakit yang menyerang ini. Dan kebetulan sekali waktu aku membuka pintu rumah, kak Mori sampai di depan pintu.

"terima kasih banyak untuk suamimu yang telah menjelaskan sejelas jelasnya sampai aku kewalahan untuk menemukan rumah ini... Hei, kau menangis?" tanyanya begitu melihat mata sembabku.

"bukan kak. Tadi aku habis motong bawang, jadi mataku perih. Itu saja." aku mencoba untuk menceriakan suaraku.

"kau bohong, Janet. Aku kenal dirimu jadi jangan coba-coba kau berbohong di depanku." kak Mori menghentikan badanku yang sudah ingin pergi dari hadapannya dengan menarik lenganku.

Aku baru ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi ketika Kak Alena keluar untuk menyambut kak Mori. "kau baru datang?" tanya kak Alena begitu melihat kak Mori.

Dan seketika aku teringat dengan perkataan Mr.cold, tentang hubunganku dengan kak Mori yang sepertinya memang terlalu dekat. Aku tidak ingin menyakiti kak Alena jika memang perkataan Mr.cold itu benar adanya.

"aku pergi membeli barang dulu sebentar." selaku. Aku berhasil melepaskan diri dari genggaman kak Mori dan mulai berlari.

"kau pergi sendirian? Ini Kan sudah malam." kak mori berusaha menahanku lagi tapi aku sudah terlalu jauh untuk dihentikannya.

"gak apa-apa kak Mori. Aku hanya pergi sebentar saja."

**

Setelah sampai di Indomaret aku bingung mau membeli apa. Kulkas di rumah masih cukup penuh untuk dua hari ke depan. Akhirnya aku hanya membeli es krim dan bumbu-bumbu masakan. Karena pasti aneh rasanya jika kau bilang ingin pergi membeli barang tanpa ada barang di tanganku.

Setiap saat aku merasa sedih, aku selalu membeli es krim. Entah kenapa manisnya es krim seakan menghapus semua kepahitan dalam hidup walau hanya sebentar. Ya, mungkin seperti makan coklat ketika baru putus dari pacar.

Aku masih belum ingin pulang, tapi aku tidak bisa berlama-lama juga di Indomaret. Jadi aku memutuskan memilih jalan memutar untuk pulang ke rumah. Jalan memutar ini lebih sepi dari jalan utama karena memasuki daerah tanah kosong dan rumah-rumah kosong yang sering ditinggalkan oleh pemiliknya yang sering pergi keluar kota.

Angin malam yang bertiup bukan hanya menggoyangkan pohon pohon yang ada di sepanjang jalan, dia juga mulai masuk ke dalam tubuhku. Aku lupa membawa jaket waktu pergi keluar. Tapi tidak apa-apalah. Aku bukan wanita lemah yang bahkan kalah dengan angin malam. Aku memasukkan tanganku ke kantong celanaku agar jari jariku tidak terasa mati rasa. Kukira aku sudah aman, Tapi kenapa tiba-tiba aku jadi mau bersin?

Cold Marriage [Re-upload]Where stories live. Discover now