60° C

81.4K 1.8K 141
                                    

Gedubrak!! Suara sesuatu yang besar dan berat jatuh kelantai mengagetkan Janet yang sedang bertelepon dengan Mr.cold. Suara apa itu? Pikir Janet disela-sela kesibukannya menghapus semua air mata yang keluar dari tadi.

"Dan? Apa yang barusan jatuh?" tanya Janet khawatir.

"Aku tidak sengaja menendang meja sampai jatuh." ucap Daniel berusaha tersenyum pahit untuk sedikit meringankan segala rasa amarahnya. Penampilannya pasti sudah seperti pengemis sekarang. Baju berantakan dan kotor oleh tanah, rambut acak-acakan seperti diterjang topan, dan muka yang benar-benar kusut. Perlahan dia mengelap airmata dan keringatnya yang banyak muncul dikarenakan menahan rasa sakit, baik rasa sakit dibahu dan lehernya karena kecelakaan tadi maupun rasa sakit di hatinya karena Janet. Dia tidak tahu mana yang terasa lebih menyakitkan sekarang.

Tidak ada jawaban lain yang bisa diberi Janet selain kata 'oh' pada daniel. Mereka berdua saling diam dan hanya mendengar bunyi nafas milik yang lain dalam waktu yang cukup lama. Tidak ada yang  bisa membawa topik lain setelah argumen tadi. Argumen yang sama-sama telah memberi luka dihati mereka masing-masing.

Akhirnya Janet memutuskan untuk mengatakan sesuatu terlebih dahulu mengakhiri kesunyian yang ada. Cepat atau lambat dia harus meminta hal ini pada Daniel. Untuk menyelamatkan hatinya dari kehancuran total malam ini.

"Dan, aku boleh meminta sesuatu?"

"apapun." jawab Daniel. Asal jangan minta cerai please. Aku benar-benar sudah tidak mungkin bisa melepasmu Janet, disaat kehadiranmu telah meresap kedalam tulang-tulangku pikir Daniel pasrah.

"boleh.. Malam ini aku menginap dirumah sahabatku Karen? "

Daniel sedikit menarik nafas lega. Untunglah bukan kata cerai yang dikatakan Janet. Semoga saja kata itu tidak pernah terpikir oleh Janet. "harus malam ini?"

"ya.. Harus malam ini. Tiba-tiba aku sangat kangen dengannya." Janet menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"oke, tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi." perintah Daniel.

"jangan sendirian. Ini sudah malam dan ada banyak orang jahat di Jakarta. Kalau kau mau aku bisa menyuruh Pak Ari datang dan mengantarmu ke rumah Karen. Atau.. Kau boleh meminta Jack untuk mengantarmu." Daniel bersyukur dia berhasil memaksa dirinya sendiri untuk memberi izin pada Janet agar bisa memanggil Jack. Sebenarnya dia tidak rela. Sangat tidak rela membiarkan Janet berdekatan dengan Jack lagi. Tapi apa lagi yang bisa dia lakukan? Janet ingin menginap dirumah Karen secara tiba-tiba pasti hanya karena Janet menolak melihat dirinya malam ini. Dan dia harus menerima keputusan Janet itu. Dia tidak ingin memaksa Janet  karena sekarang dia sudah bisa tahu seberapa besar rasa sakit di hati Janet karenanya. Tapi Daniel juga tidak bisa membiarkan Janet pergi sendirian. Karena itulah dia mengubur semua egonya dalam-dalam dan membiarkan Jack yang  mengantarkan janet. Asal janet baik-baik saja, ulangnya berkali-kali dalam hati.

"kalau begitu aku akan menelepon Jack. terima kasih Dan.." ucap Janet sebelum dia mematikan teleponnya.

Seandainya mereka berdua bisa mengetahui bahwa airmata yang telah masing-masing dari mereka keluarkan adalah hasil karena cinta mereka terlalu besar.. Pasti mereka tidak akan harus berpisah malam ini.

**

Janet's POV

jangan pernah kabur dari masalah. Itulah prinsip yang kupegang dalam hidupku selama ini. Tapi sekarang aku malah melakukan hal yang berlawanan dengan prinsip itu. Aku lari dari masalah. Lari dari Mr.cold.

Sebenarnya aku tidak punya alasan untuk menginap dirumah Karen malam ini. Baru kemarin seharian aku mengobrol dengannya tanpa henti.

Aku hanya merasa aku tidak sanggup.. Tidak sanggup untuk kembali ke rumah itu dan bertemu dengan Mr.cold. Melihat senyumnya, mendengar kata-kata yang dia ucapkan tadi ditelepon secara langsung. Setelah semua janji palsu yang telah dia buat padaku.

Cold Marriage [Re-upload]Where stories live. Discover now