TURNS LOVE

By Sarahanic

93.1K 4.7K 193

Siapa sangka keteledoran Shila karena datang terlambat saat MOS, membawanya pada suatu masalah, yaitu pertemu... More

BAB 1 (Hai Kesialan)
BAB 2 (Kakak Ketua Osis)
BAB 3 (Bekal buat Levin)
BAB 4 (Monster)
BAB 5 (Hero)
BAB 6 (Closing MOS)
BAB 7 (Pensi)
BAB 8 (Bawang Merah, Bawang Bombai dan Bawang Putih si Cinderella)
BAB 9 (Broken)
BAB 10 (Ikut Osis)
BAB 11 (Teman Bego'maniacs)
BAB 12 (Modus)
BAB 13 (Pesan dari Monster)
BAB 14 (Gadfly)
BAB 15 (Unexpected Meeting)
BAB 16 (Salah Fokus)
BAB 17 (Sabtu Tragis)
BAB 18 (Bales Ya!)
BAB 19 (Gak di Bales)
BAB 20 (Diklat Osis)
BAB 21 (Monster Again)
BAB 22 (Frontal)
BAB 23 (gabung sama CS)
BAB 24 (Lose)
Just Info
BAB 25 (Nyasar Berdua Selamanya)
BAB 26 (Bukan Balas Dendam)
BAB 27 (Awal Kerumitan)
BAB 28 (Secret Brown?)
BAB 29 (Permintaan Levin)
BAB 30 (Threat)
BAB 31 (Levin Sakit)
BAB 32 (The Real Levin)
BAB 33
BAB 34
BAB 35 (Will you?)
BAB 37 (Agak Sensi)
BAB 38 (Salah Paham?)
BAB 39 (Reason)
BAB 40 (6 bulan)
BAB 41 (Lost)
BAB 42 (Explore Jogja)
BAB 43 (Akhir Semuanya?)
BAB 44 (Katakan di mana!)
BAB 45 (Fakta pahit)
BAB 46 (Alasannya)
BAB 47
BAB 48 (Keputusan)
BAB 49 (END)
Extra???

BAB 36 (Taken?)

1.6K 89 9
By Sarahanic


Bel pulang sekolah berdering, satu persatu murid kelas 10 C mulai meninggalkan kelas, Jeje yang tak sabar menunggu Shila yang sengaja lelet mengemas bukunya memilih untuk menunggu sahabatnya itu di luar kelas saja.

Namun saat melangkahkan kakinya di luar kelas Jeje melihat Levin yang sedang bersandar di tembok depan kelas mereka. Satu persatu siswa ataupun siswi yang lewat terlihat menyapa Levin yang masih dengan santainya berdiri di depan kelas 10 C tersebut.

"kakak ngapain di sini?" tanya Jeje sedikit menyelidik.

"temen lo mana sih, lama banget keluarnya?" Levin bertanya balik seraya melirik jam di pergelangan tangannya.

"ohhhhh,, nungguin Shila? Tuh anaknya di dalem, lama banget beresin buku dari tadi" lapor Jeje.

"yaudah gue samperin aja deh dia"

"tunggu Kak! Lo mau balik sama Shila ya?" tanya Jeje menghentikan langkah Levin.

"iya, gue ke sini mau ngajakin dia balik bareng"

"oke, kalo gitu bilangin ama dia gue balik sendiri aja"

"sip, lo nggak papa kan balik sendiri"

"santai aja kak"

"oke thanks Je"

Setelahnya Jeje tampak mengacungkan jempol dan segera meninggalkan Levin yang saat ini memasuki ruang kelas 10C yang tampak sudah mulai sepi kecuali beberapa murid dan salah satunya yaitu Shila.

Beberapa anak yang ada di ruang kelas tampak kaget melihat kehadiran Levin yang terang-terangan menghampiri Shila ke dalam kelas. Beberapa diantaranya berbisik "ngapain kak Levin ke sini?", ada juga yang menowel lengan temannya dalam rangka memberi kode kalau Levin berjalan menuju arah tempat duduk Shila
"Kan kak Levin sama Shila udah jadian" ujar Indri berbisik.

sementara Shila, perempuan yang baru saja menutup risleting tas nya itu tampak kebingungan melihat kedatangan Levin.

"pulang bareng yok!" ajak Levin seraya duduk tepat di bangku depan Shila sambil menghadap ke arah perempuan itu.

"tapi... gue bareng Jeje"

"Jeje udah pulang duluan kok, barusan dia pergi"

"serius?"

"iya ! kalo nggak percaya liat aja di luar"

Shila tampak melongakkan kepalanya menatap keluar kelas, hanya ada beberapa anak di depan pintu, salah satunya Yohan.

"Han, di depen ada Jeje nggak?" teriak Shila dari tempat duduknya.

"nggak ada Shil, udah balik kayaknya"

"tuh kan, percaya? Yaudah ayo pulang bareng"

Telak, Shila tak bisa menolak ajakan Levin. Entah mengapa Shila merasa ingin menghindari Levin, padahal Levin sudah menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dengan Zura bahkan Levin yang menyatakan perasaannya kepada Shila, oh iya Shila hanya takut kalau Levin meminta jawaban darinya, jujur saja Shila masih bingung harus menjawab apa, tak yakin dengan perasaan nya yang jelas-jelas menyukai Levin.

Sepanjang perjalanan Shila hanya diam tak banyak bicara, hari itu Levin membawa mobil, di dalam mengalun lagu milik Sam Smith - To Good At Goodbyes Hingga tanpa sadar Shila mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas paha sambil menikmati musik yang mengalun. Levin yang sedari tadi melirik-lirik ke arah Shila pun berfikir untuk membuka pembicaraan.

"lo suka lagu ini?"

"suka!"

"oh..." ujar Levin lalu tersenyum. Stuck, Levin tak tau akan melanjutkan apa lagi. Hingga entah karena angin apa Shila akhirnya membuka percakapan.

"oh iya, by the way lo tau AJ Rafael juga ya? Soalnya kalo nggak salah pas camping lo sempet nyanyiin lagu nya kan buat seseorang?" tanya Shila mulai tertarik, sebenarnya Shila hanya ingin menbuktikan perkataan Jeje tempo hari, kalau Levin baru tau lagu itu dari Jeje, otomatis benar kalau Levin memang berjuang untuk menghafalkan lagu itu khusus untuk Shila lagipula hal yang paling bisa membuat Shila merasa asik dengan lawan bicaranya adalah apabila mereka membicarakan segala sesuatu yang Shila suka, mulai dari hobi, kebiasaaan dan musik, Shila memang penyuka musik walaupun ia tidak bisa di bilang pandai bernyanyi. Bicara soal musik oh Iya Levin kan memiliki suara yang cukup bagus.

Terlepas dari itu benar juga kalau dulu Levin pernah menyanyikan lagu kesuakaan Shila we could happend milik AJ Rafael saat camping. Dan hal itu membuat Levin sedikit gelagapan untuk menjawab, padahal jelas-jelas Levin menyanyikan lagu itu untuk Shila.

"oh itu..." Levin melihat ke arah Shila sementara perempuan itu tampak penasaran dengan jawaban Levin.

"iya gue nanya ke Jeje lagu kesukaan lo, dan dia kasi tau gue kalo lo suka lagu itu"

"seriusan?"

"iya, gue juga baru denger lagunya hari itu terus ngafalin dalam waktu setengah jam sebelum tampil pensi"

Entah mengapa Shila merasa pipinya memanas mendengar pengakuan Levin. Hingga ia tak tau harus menjawab apa kecuali "ohhh"

"Cuma oh doang?"

"ya terus?"

"ya bilang apa kek, wah Vin gue excited banget loh lo bisa secepet itu afalin chord plus lirik lagunya atau vin gue jadi makin cinta deh sama lo gitu kek kayak cewek-cewek biasanya"

"Iya sebenernya gue emang excited Vin, cuma gue malu ngomongnya"

"apa?"

"tau ah, nggak ada siaran ulang, bukan pertandingan bola" Levin merajuk.

"Yaudah"

Kemudian, keadaan kembali hening. Hingga Levin kembali buka suara.

"Eh tapi lo nggak di apa-apain lagi kan sama Kikan dan Jasmin?"

"Nggak! Malahan gue nggak ketemu mereka sama sekali beberapa hari ini"

"Bagus deh"

"Terus gimana dong, kalo mereka ngiranya gosip itu bener?" Cicit Shila membuat hati Levin mencelos, seolah-olah Shila menyatakan secara tidak langsung bahwa dirinya risih dengan gosip itu.

"Ya biarin aja gosip itu berjalan, lagian kan dengan begitu lo nggak di tuduh ngerusak hubungan orang, dan ya... gue juga bakalan ngelurusin semuanya setelah denger jawaban lo"

Shila hanya diam tak dapat menjawab, perkataan Levin membuatnya semakin bingung.

***

Seminggu berlalu sejak kejadian Levin menyatakan perasaannya kepada Shila, gosip mengenai Shila dan Levin pacaran pun semakin meluas, bahkan seluruh sekolah tau, saat di tanya beberapa orang Shila hanya menyunggingkan senyum.

Namun Levin belum menerima jawaban apapun dari perempuan itu, bahkan untuk menanyakan nya lagi Levin tak berani, ia takut mendengar jawaban yang tidak memuaskan dari Shila, walaupun nyatanya hubungan mereka sudah semakin dekat, misalnya sekarang, Shila sedang duduk di kantin berdua dengan Levin, dan kantin ini adalah kantin milik kelas 10, Shila memang menolak saat Levin mengajaknya ke kantin kelas 11, selain malu, Shila juga tidak nyaman bahkan sangat risih dengan pandangan beberapa kakak kelas, terutama Jasmin dan Kikan yang selalu nimbrung di kantin kelas 11 padahal Kikan sendiri murid kelas 12, untuk apalagi kalau bukan untuk melihat Levin.

"Shil...." panggil Levin sambil menatap cewek yang sedang menyedot es teh terakhir di dalam cupnya itu.

"Hem?"

"Ntar malem sibuk nggak?"

"Emmm ntar malem ya? Kayaknya enggak"

"Temenin gue beli sepatu yuk!"

"Oh sepatu apaan?" Tanya Shila sok bloon, seberapa banyak sih jenis sepatu laki-laki remaja seperti Levin.

"Sneaker, mau ya?"

"Kenapa nggak sama kak Adam, kapan hari kak Adam juga bilang mau beli sneaker"

"Kok lo tau dia mau beli juga?" Tanya Levin penuh selidik.

"Iya kan dia ngechat gue gara-gara gabut, terus dia curhat kalo sepatunya rusak gitu, yaudah gue suruh aja dia beli baru, dia bilang iya ntar dia mau beli gitu lah pokoknya"

"Lo sering chat an ama Adam?" Tanya Levin sedikit sewot. Jujur saja ada sedikit rasa tak suka saat Levin tau Shila Chat dengan Adam di sosmed.

"Nggak juga sih, itu juga kebetulan aja kayaknya dia ngechat. Eh kok malah bahas chat sih"

"Yaudah, jadi lo mau nggak nganterin gue? Kalo nggak mau yaudah gue pergi sendiri aja"

"Iya deh"

"Iya apa? Iya gue beli sendiri?"

"Iya gue temenin"

"Beneran?"

"Ye"

***

"Bu Shila pergi dulu ya!"

"Eh eh mau ke mana dek?"

"Mau ngedate itu bu" timpal dika yang sedang asyik menonton acara favorit nya motto gp.

"Apaan sih lu mas, enggak bu bo'ong"

Tok tok tok

Terdengar suara pintu di ketuk.
Shila dengan sigap segera membuka pintu depan dan menemukan sosok tubuh jangkung Levin sudah berdiri dengan senyuman manisnya.

"Ayok!" Ajak Shila ingin segera pergi, khawatir akan ledekan dari kakaknya kalau saja melihat siapa yang pergi dengan Shila.

"Eh bentar, nyokap bokap lo ada nggak?"

"Mau ngapain?"

"Ya pamit lah, masa gue mau ajak jalan anak gadisnya nggak pamit"

"Udah ga u___"

"Siapa dek?" Tanya ibu Shila yang penasaran untuk menyusul.

"Malem tante" sapa Levin.

"Ohh jadi ini yang mau nge-date sama kamu ya dek?" Tanya Ibu Shila sambil tersenyum jahil.

"Ibu, udah di bilangin jangan percaya sama mas Dika, orang Shila mau temenin Levin beli sepatu doang"

"Saya Levin tante" Levin mengenalkan dirinya setelah tersenyum jahil ke arah Shila.

"Oh Levin, anaknya Pak Haris ya?"

"Iya tante, saya mau ijin ajak Shila keluar boleh kan?"

"Boleh... asal pulangnya jangan malem-malem ya!"

"Sip !!"

"Yaudah bu, kita berangkat dulu ya!" Pamit Shila seraya mencium punggung tangan ibunya.

"Iya ati-ati pulangnya jangan kemaleman!"

"Siap tante" Levin menundukkan kepalanya seraya pamit.

***

"Shil cocokan yang mana ya di gue? Yang seret kuning keijoan ini, apa yang biru putih item ini?"

"Ehmmmm??" Shila tampak mempertimbangkan.

"Kayaknya yang biru item putih aja deh, lebih keren"ujar Shila. meskipun dalam hatinya apapun yang dipakai Levin tentu saja cocok. Shila jadi teringat saat ia stalking instagram Levin yang mengupload foto kakinya bersama sneaker di atas aspal dan postingan itu si hujani komentar salah satunya berbunyi "foto kakinya doang aja udah cakep, gimana mukanya" dan hal itu kembali manyadarkan Shila bahwa laki-laki di depannya ini mempunyai banyak fans yang berarti Levin di kelilingi banyak perempuan. Harusnya Shila beruntung karena dari sekian banyak perempuan, dirinyalah yang di pilih Levin, namun karena alasan tak jelas,Shila belum juga menjawab, lebih tepatnya Shila belum menjawab karena Levin belum menanyakan lagi jawaban dari perempuan itu.

Akhirnya mereka keluar dari outlet brand sepatu ternama di sebuah mall dengan tangan kiri Levin menenteng tas berisi sepatu yang baru di belinya dan tangan kirinya mengenggam tangan Shila.

"Abis ini mau kemana lagi?" Tanya Shila.

"Nonton yuk!" Ajak Levin.

"Yahhh udah jam 8 Vin, ntar selesainya kemaleman"

"Yaudah mau makan?"

"Boleh, kebetulan gue laperr" ujar Shila sambil mengusap perutnya.

Tanpa Shila duga, Levin mengajaknya ke sebuah resto yang berada di rooftop mall tersebut, suasana cukup indah, pemandangan malam kota terlihat dari rooftop mall tersebut. Di tambah suasana yang nyaman dan tidak terlalu ramai.

"Waaah Vin, gue baru tau ada resto kayak gini di mall ini" ucap Shila sambil terkagum.

"Gue juga baru ini ke sini Shil,oh iya lo mau pesen apaan?" Tanya Levin sambil membolak balikan buku menu.

"Apa aja deh Vin, samain kayak lo gue udah laper soalnya" ucap Shila sambil menatap temaram lampu gedung-gedung kota.

"Oke" Levin memanggil pelayan dan menyebutkan pesanannya.

"Jadi gimana?" Tanya Levin yang seketika mengalihkan perhatian Shila kepadanya lagi.

"Gimana apanya?" Tanya Shila bingung.

"Soal pertanyaan gue waktu itu?"

"Pertanyaan yang mana?" Jelas Shila pura-pura bego.

Levin meraih kedua tangan Shila dan menggengganya, tangan mereka melingkari candle light yang ada di atas meja.
"Kamu mau nggak jadi pacar aku?" Tanya Levin , membuat Shila deg deg an seketika di tambah pipinya yang memanas, hampir-hampir ia terbang jika saja Levin tidak sedang menggenggam tangannya.

"Ehhh... gu..gue" Levin menatap Shila penuh harapan. Genggamannya pada tangan Shila semakin erat.

"Iya" jawabnya lirih.

"Iya apa Shil? Kurang keras"

"Iya gue terima?"

"Apa?"

"Vin malu kalo keras-keras"

"Biarin aja! Kita kan di sini juga bayar"

"Ah males deh gue ngulanginnya"

"Cie pipi kamu merah banget, lucu deh jadinya" goda Levin kemudian.

***

Aaaaaa apa banget sih part ini sumfah wkwkwwkwk....
Tapi akhirnya jadian juga mereka.

Oh iya thanks ya yang udah selalu sabar nungguin update an Turns love. Jangan lupa votement dan follow author ya 😊

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 102K 44
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
31K 2.4K 42
Sebelum membaca jangan lupa follow, Dan jangan lupa vote dan beri comment buat saya lebih semangat menulisnya, hehe Minta tolong bantu vote ya reader...
6.8M 285K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
114K 1.7K 8
Follow akun penulis ya, biar nyaman. Sudah terbit, tersedia bentuk novel dapat membeli di shoppie dan wa +62818331696 Kak Diana. Ebook juga tersedia ...