[ChanBaek] Half Beat

By bbbaekhyunie

391K 45.2K 12.4K

Chanyeol adalah seorang pangeran. Dengan keinginan sederhana, bisa melampaui dinding istana dan hidup diteman... More

Prolog
1. Neglected Prince
2. Two Kings
3. The Sun's Half
4. One Step Closer
5. Him Instead Me
6. Declared Cold War
7. Princess?
9. I'm Not The One You Love Anymore
10. I Let You Go, Be Happy
11. I Went Crazy For You
12. I Wish You're Happy
13. Reverse
14. Power
15. Sorry For Being A Liar
16. Chaos Between Us
17. We All Breaking Down
18. Separated and Connected
19. Brand New People
20. Sad Love Story
21. Backfire
22. Tangled
23. The Truth Revealed
Explaination Chapter
24. Break Free
25. Secrets
26. Downhill

8. Lean On

16.3K 1.8K 278
By bbbaekhyunie

AUTHOR POV

[Enam tahun lalu]

Suara rotan yang terayun-ayun dan menabrak kulit menggema ke seluruh sudut ruang aula keluarga kerajaan. Chanho berlutut di lantai, bergetar dan menunduk sambil mengangkat kedua tangannya yang lelah. Yang Mulia Ratu, para Selir, serta dua pangeran bungsu Kai dan Sehun, serta seperangkat lengkap penjaga kerajaan termasuk Suho dan Kris menjadi saksi pilu pelampiasan kemarahan sang Raja sore itu.

Chanyeol remaja mengepalkan kedua tangannya kuat di kedua sisi tubuhnya, giginya merapat dan celananya tergulung hingga lutut. Dengan begitu, ayahnya bisa menampar betis belakangnya berkali-kali sebagai hukuman. Ia tidak menangis, namun matanya memerah karena perih dan marah. Ia menatap turun, terkadang melirik semua anggota keluarga. Ia tahu Kai dan Sehun iba padanya, mereka berdua terus berusaha menghentikan ayahnya dengan rengekan. Ia tidak bisa lebih bersyukur lagi.

"Anak nakal," desis sang Raja. "Apa sebenarnya yang kau cari di luar istana?"

Satu tamparan yang cukup keras kembali dilayangkan. Sang Ratu meringis kuat dan tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak memeluk Chanyeol yang bersimbah debu dan kotoran di sekujur tubuhnya. Anak itu terlihat begitu dekil, dengan rambut merahnya yang juga terbalut debu dan keringat. Ia memohon-mohon agar suaminya berhenti, namun sang Raja menghempaskan sang Permaisuri ke samping.

"Chanho-hyung yang mengajaknya, ayah!" Jerit si kecil Sehun di ujung aula. Ia tidak tahan melihat hyungnya dipukuli, padahal ia yakin hyung-nya tidak bermaksud membuat sang Pangeran Mahkota nyaris ditangkap karena berlari-lari tanpa pengawasan.

Ibu Sehun, Selir Oh, dengan gugup memegangi bahu anaknya, menatap takut pada Yang Mulia Raja. Ia mengelus wajah putra kecilnya agar ia tidak lagi bersuara, tapi ia tahu ia terlambat ketika Yang Mulia Raja menoleh menatap si bungsu Sehun dengan tajam, "Kau membelanya? Sehun, kau bisa dihukum karena telah memfitnah Pangeran Mahkota."

Selir Oh menggeleng panik, memeluk Sehun dari belakang dan menjatuhkan dirinya agar setengah berlutut. "M-Maafkan putra hamba, Yang Mulia, ia tidak bermaksud..."

Sang Raja mendengus, mengabaikan permintaan maaf Selirnya dan kembali berfokus ke Chanyeol dan Chanho. Mereka berdampingan, namun keadaan mereka jauh berbeda. Chanho tidak terkena setitik debu-pun, terima kasih pada Chanyeol yang melindunginya ketika mereka berguling di tanah satu jam yang lalu.

"Park Chanyeol, biar kuulangi apa saja yang baru saja kau perbuat sehingga aku menghukummu. Pertama, kau telah pergi diam-diam ke luar istana, dimana hal itu adalah satu-satunya hal yang kularang darimu. Tidak sampai disitu, kau membawa Pangeran Mahkota bersamamu. Hal ini berakibat fatal karena bisa saja, sesuatu atau seseorang berniat jahat pada keluarga kerajaan, dan kakakmu akan terluka."

Memang benar. Tapi Chanho menunduk dalam dan menggigiti bibirnya sendiri. Sejujurnya, ialah yang mengajak Chanyeol. Karena ia bosan berada di dalam istana. Ia bosan dan mengajak Chanyeol kabur. Tapi jika ayahnya tahu, ia pasti akan dimarah dan diberi hukuman. Maka dari itu, saat mereka berada dalam perjalanan menuju istana setelah ditangkap oleh penjaga kerajaan, Chanyeol berkata dengan suka rela akan menjalani hukuman untuknya.

"Kau benar-benar tidak sadar, atau pura-pura tidak sadar, kalau kau tidak seharusnya tampak di publik? Menurutmu sudah ada berapa banyak foto yang terambil oleh reporter diluar sana?"

Chanyeol tidak menjawab, dan sang Raja merasa marah. Ia mengangkat rotannya lagi, sang Ratu menjerit, dan rotan itu nyaris menghantam Chanyeol lagi kalau saja tidak ada anak perempuan yang seketika menghambur memeluk Chanyeol dan membuat posisi mereka terbalik, menerima tamparan di kaki sebagai gantinya.

Semua orang membuat bunyi keterkejutan, dan anak perempuan itu memeluk Chanyeol erat. Chanyeol sendiri merasa terkejut dan memproses apa yang terjadi. Seohyun, anak perempuan tadi, menangis di bahu Chanyeol. Ketika Chanyeol hendak bertanya, pelukannya tiba-tiba terlepas dan dia berbalik mengharap sang Raja, menatapnya penuh di mata.

"Tolong berhenti memukul Chanyeol!" isak anak perempuan itu dengan nada lirih.

Sejenak, hanya hembusan nafas kasar gadis itulah yang terdengar. Lalu, ia berkata lagi. "Tolong jangan—"

.

"Tolong jangan lukai Chanyeol, Yang Mulia." Chanyeol meniru ucapan Seohyun dengan senyum kecil. Matanya termenung jauh menuju danau, melempar sebuah batu ke permukaan air sehingga material itu memantul beberapa kali dan tangannya kembali terkulai di kedua sisi tubuhnya. Sudut matanya menangkap Baekhyun terus menatapnya, menunggu kelanjutan.

"Anak itu membela Chanyeol dengan segala cara yang bisa ia lakukan. Ia tidak peduli kalau saja ia bisa di hukum karena perbuatannya. Membelaku— em, maksudku Chanyeol, sama saja seperti berkhianat saat itu. Chanyeol membuat kesalahan yang amat besar. Itulah kenapa semua orang dipaksa untuk menyaksikan penghukuman itu."

Baekhyun menunduk, sedih. "Jadi itu kenapa Pangeran Chanyeol sangat menyukainya."

Chanyeol melirik Baekhyun sebentar, lalu tersenyum kecil lagi menatap permukaan air. "Menjadi Chanyeol tidak pernah mudah. Menyakitkan. Tapi ia selalu ada ketika sang pangeran yang malang terpukul. Tak peduli apa resikonya, Seohyun akan berlari menuju kediaman Chanyeol dan menemaninya hingga merasa jauh lebih baik. Yah, setidaknya sampai malam penghukuman itu."

"Apa yang terjadi setelah malam itu?"

Tangan Chanyeol berhenti di udara, batu di genggamannya menggantung begitu saja. Ia menghela nafas berat, menyadari kalau ia sedang membuat kesalahan yang hampir sama dengan dulu. "Seohyun dikirim ke London, atau maksudnya, ia dikeluarkan dari istana."

Baekhyun berwajah murung. "Apa sebenarnya yang Pangeran Chanyeol lakukan?"

"Membawa Pangeran Mahkota kabur dari istana." Ia menghadap Baekhyun. Mereka bertatapan cukup lama, dan Chanyeol berkedip. "Sama seperti aku membawamu kabur."

Ada sebuah perasaan yang Baekhyun tangkap dari iris mata didepannya. Merasa begitu aneh, begitu pekat. Ia bertanya-tanya apa seorang Pangeran memang akan mempunyai aura yang begitu berbeda dari kebanyakan orang, atau dirinya memang sedang dalam jatuh cinta. Dalam beberapa detik, tatapan itu berubah nyaris seperti sedih. Baekhyun melangkah mendekat, cukup dekat untuk menyentuh pipi orang di depannya. Chanyeol memejamkan mata, merasakan sentuhan Baekhyun yang lembut. Ia rasa memang telapak tangan Baekhyunlah yang lembut, ia terus menuntut sentuhan. Ketika ia membuka mata, sebuah bibir tipis menempel dengan bibirnya.

Dada mereka berdebar-debar, tapi mereka terus mendekat dan saling mendambakan. Baekhyun mengelus rahang Chanyeol, sang pangeran menjaga kedua tangannya menyentuh pinggang Baekhyun. Hanya memegang. Pada awalnya, hanya bibir dipadu bibir. Tapi Baekhyun berinisiatif, dan Chanyeol tidak bisa menolak. Mereka terus dan terus terhisap satu sama lain, hingga jemari Chanyeol tanpa sadar menyelip ke balik kaos Baekhyun. Punggung Baekhyun terdorong ke belakang, ciuman memanas, saling menuangkan perasaan masing-masing lewat sentuhan. Chanyeol baru tersadar ketika sebuah erangan kecil lolos dari bibir Baekhyun.

Ia menarik tangannya, sekaligus bibirnya, menatap Baekhyun sambil terengah-engah dan mendapat reaksi yang sama dari calon suaminya. Mereka saling menatap pada awalnya, lalu secara bersamaan tersenyum.

.

Seohyun berjalan pelan menyusuri koridor, pelan sekali seakan-akan ia sedang menyapu seluruh koridor istana. Matanya menari-nari kesana kemari, berusaha mengingat sekuatnya tentang suasana istana. Terkadang, ia bisa melihat bayangan dirinya dan Chanyeol muda di tangga sedang bermain-main, atau di bawah jam lemari dimana Chanyeol biasa bersembunyi namun pada akhirnya jatuh tertidur. Seohyun tersenyum, langkahnya terhenti ke sebuah foto yang begitu familiar baginya.

Keterkejutan menghampirinya, namun ia tetap menatap foto itu. Foto yang diambil sekitar sepuluh tahun yang lalu. Disana terlihat dirinya menduduki kursi, dikelilingi empat pangeran mulai dari Chanho, Chanyeol, Kai, dan Sehun. Mereka berempat berdiri berhimpit dibelakangnya, berpakaian resmi sementara dirinya menggunakan gaun senada. Tak lupa di kedua ujung, Kris dan Suho kecil juga ikut berpose sebagai tanda penghargaan.

Seohyun bertanya-tanya mengapa foto itu masih terpajang di dinding. Ia menoleh ke kanan dan menyadari foto ini masih tidak berubah tempat. Foto ini terletak diantara tembok kamar Sehun dan kamar lamanya. Seohyun kembali berfokus ke sosok yang selama ini masih begitu melekat di hatinya; Chanyeol.

Seohyun menyadari betapa suram ekspresi laki-laki itu ketika dia datang. Entah itu karena ia kembali setelah pergi tanpa penjelasan atau karena ia kembali sebagai mempelai kakaknya. Seohyun mendengar bahwa Chanho, selain menikahi dirinya, juga akan menikahi seorang laki-laki dengan alasan pribadi. Seohyun tidak begitu memperdulikan anak itu, karena ia yakin istana akan memilih calon mempelai yang sepadan untuk Chanho.

Meninggalkan Chanyeol sama sekali bukan pilihannya. Bahkan sampai minggu lalu, ia masih tidak tahu kalau dirinya akan kembali ditarik ke istana. Alih-alih untuk kembali bersama Chanyeol, ia diarahkan menuju Chanho. Ia tidak begitu merasa keberatan dengan keputusan ini, karena pada awalnya menikah memang belum direncanakannya. Selama di London, selain menjalani kuliah, ia juga tetap menerima edukasi untuk menjadi anggota kerajaan. Sekarang ia tahu alasannya.

Wanita sebaya Chanho dan Chanyeol itu mendesah pelan. Masih melekatkan matanya pada Chanyeol. Ia akan menikahi kakaknya, yang mempunyai wajah sama persis dengan laki-laki yang ia cintai. Sejujurnya Seohyun merasa sedikit janggal, tapi ia mengenal Chanho sama baiknya seperti ia mengenal Chanyeol. Jika dipikir, alasan ia jatuh cinta pada Chanyeol adalah karena Chanho terlalu... baik. Ia akan baik, karena memang seharusnya begitu. Yang membuatnya tertarik pada Chanyeol adalah karena anak itu bersikeras untuk menuruti kemauan dirinya sendiri, meski terkadang ia dihukum karena sifatnya. Chanyeol memiliki kekurangan, dan kekurangan itulah yang secara ajaib membuatnya mudah didambakan.

"Sudah lama sekali, ya?"

Sebuah tangan tersampir pelan di bahunya, ia menoleh mendapati senyum kecil Chanho yang menenangkan. Seperti senyum Chanyeol. "Kami yang meminta agar lukisan ini tetap dipajang. Karena kami tidak mau kau sepenuhnya lenyap dari istana. Kuharap ini membuktikan kalau perasaan kami padamu tidak pernah berubah, Seohyun-ah."

Seohyun menghela nafas, namun membalas senyum Chanho. "Kita semua sudah tumbuh terlalu banyak, tanpa aku disini." Ia mengangkat jarinya dan mengarahkannya pada Chanyeol. "Apa kabar anak itu?"

Tangan Chanho menghilang dari bahunya. "Baik. Layaknya... Park Chanyeol."

"Apa dia masih suka melawan Yang Mulia?"

"Apa kabur dari istana termasuk melawan Yang Mulia?"

Seohyun terkekeh.

"Kalau iya, maka jawabannya masih. Ia baru saja kabur, sekitar empat hari lalu."

Seohyun tertawa, tidak terkejut. Chanho ikut tertawa kecil, sebelum keduanya hanyut dalam keheningan yang nyaman.

"Seohyun-ah,"

"Hm?"

"Apa kau bersedia kembali karena Chanyeol?"

"..." Seohyun berkedip. "Mungkin."

"Sejujurnya, kami tidak pernah membicarakanmu. Sudah lama sekali sejak namamu tersebut disini. Maka dari itu kami semua hampir terjungkal ketika kau datang. Maksudku... kami belum bersiap. Terutama dia. Aku tahu masa lalu kalian..." Chanho terhenti, "adalah kesalahanku."

Seohyun mengelus lengannya sendiri dengan tempo tenang. "Tak apa. Aku yakin ia mengerti. Kami memang saling menyukai... tidak, mungkin lebih. Tapi itu dulu, dan aku tidak yakin ia masih menyimpan perasaan padaku. Ia tidak bahkan mengatakan hai padaku. Kurasa aku meninggalkan kesan yang dalam di hatinya."

"Kau meninggalkan kesan yang dalam di hati kami semua, Seo." Chanho menyelupkan kedua tangannya ke saku celana. "Tidak ada yang pernah menatap Yang Mulia tepat di mata dan membentaknya. Aku berfikir jika kau bukan sahabat kami semua, kau bisa dihukum berat."

"Tapi nyatanya aku mendapat beasiswa spesial."

Chanho melirik Seohyun, yang menatap Chanyeol kecil di foto. "Kau boleh bertingkah seperti kau baik-baik saja, Seo. Tapi aku tahu kau tahu mengapa Yang Mulia menghukummu seperti itu. Karena—" Chanho terhenti. "Karena ia tahu, kau dan Chanyeol akan menderita tanpa satu sama lain." Lirihnya. "Dan sekali lagi, itu semua salahku."

Seohyun menangkap nada Chanho yang bergetar meski sedikit. Ia menoleh, dan jelas sekali calon suaminya itu menghindari tatapannya. Maka dari itu, ia menyamping, dan membelokkan bahu Chanho sehingga mereka berdua kini berhadapan. Ia maju selangkah, lalu berjinjit, tak lupa menyentuh pipi Chanho halus sebelum menempelkan bibir mereka pelan.

Kedua tangan Chanho masih terpasang di saku, namun kedua tangan Seohyun turun dan menyentuh dada bidang calon suaminya. Lewat sebuah ciuman, ia merasakan betapa panas emosi dan keadaan Chanho. Ia berusaha memperbaikinya lewat sebuah elusan menenangkan di dada, dan ia tahu ia berhasil ketika Chanho perlahan menarik pinggangnya mendekat. Ia boleh tidak mencintai Chanho, tapi bagaimanapun, yang akan ia nikahi adalah Park Chanho, seberapa besarpun ia mencintai Park Chanyeol.

"Pangeran Chanyeol dan Pangeran Baekhyun tidak ada di dalam istana. Aku sudah mencarinya. Aku rasa mereka pergi menyelinap sekitar satu jam lalu—" Suho terhenti, mulutnya menggantung di udara. Ia nyaris menjatuhkan ponselnya, menyadari dua orang yang kini perlahan memisahkan diri satu sama lain dan menoleh ke arahnya.

Mereka bertiga saling menatap. Suho bergetar, menyadari tatapan Chanho yang kian menajam. Seohyun menatap keduanya bergantian dengan bingung, dan Suho menurunkan ponselnya perlahan. Tidak ada Kris disekitarnya, dan Suho merasa seperti istana tanpa benteng.

"Chanyeol dan Baekhyun... pergi?"

"Y-Yang Mulia..."

"Mereka kabur?" tanya Chanho dengan nada keras namun rendah. Suho membuka dan menutup mulutnya, tapi tidak mengatakan apapun. Ia merasa seperti alur kerja syarafnya terhenti.

Ditengah-tengah ketegangan, sebuah suara berat yang begitu menegangkan terdengar dari belakang mereka semua. Suara itu disertai dengan dehaman dingin, dan langkah kaki yang tegas dan percaya diri. Mereka bertiga menoleh ke arah suara, dan disana berdiri sang Raja, dengan kedua tangan terlingkar dibelakang tubuhnya, bertanya dengan gertakan gigi.

"Park Chanyeol membawa Byun Baekhyun, sang calon putra mahkota, kabur dari istana?"

Kali ini, Suho jatuh berlutut di depan sang Raja, kepalan tangannya mengepal keras dilantai, dan matanya bergetar. Sedangkan Chanho dan Seohyun hanya bisa menunduk pasrah, nyaris bisa melihat apa yang akan terjadi dalam beberapa jam ke depan.

.

Baekhyun berbaring di rumput memandangi ribuan bintang di langit. Pipinya menempel di dada sang Pangeran, tangannya tersampir di perut Chanyeol. Chanyeol sendiri merebahkan diri di sampingnya dan merangkul bahu Baekhyun. Baekhyun menyukai posisi ini, ia bisa mendengar irama detak jantung sang pangeran, membandingkannya dengan miliknya.

Hanya ada mereka di hamparan rumput. Disekitar mereka hanya semak-semak segar dan air mengalir didekat kaki mereka. Baekhyun merasa ajaib ketika pangerannya berada begitu dekat dengannya, secara mendebarkan ikut memandangi langit bersamanya.

"Baek, bagaimana jika aku bukan Pangeran Mahkota?"

Baekhyun mengadah sedikit, "Apa maksudmu, Yang Mulia?"

Chanyeol seakan menghitung bintang. "Andai aku bukan Pangeran, dan tidak bisa menyelamatkan ayahmu, atau tidak berpotensi menjadi Raja sama sekali? Apa kau masih akan berkata iya ketika aku melamarmu?"

Terdapat jeda yang cukup membuat Chanyeol takut mendengar jawaban dari Baekhyun. Laki-laki yang bersandar didadanya itu hanya memainkan jarinya, mungkin berfikir. "Tentu saja."

Chanyeol menahan nafas.

"Aku akan tetap berkata iya, Yang Mulia."

"K-Kenapa?"

"Apa kurang jelas, Yang Mulia?" Baekhyun mengangkat kepalanya dan menatap mata Chanyeol. "Aku menyukaimu."

Chanyeol tidak menjawab. Pikirannya bercampur menjadi satu dan ia butuh jeda untuk segalanya. Setiap hal itu terjadi, ia akan pergi ke luar istana seperti sekarang ini. Sejujurnya ia mulai menyesali keputusan untuk membawa Baekhyun, karena bagaimanapun ia yakin tak lama lagi ia akan ditemukan, seperti sebelum-sebelumnya. Ia merunduk sedikit untuk mengecup puncak kepala Baekhyun, mengelus bahunya.

"Apa kau juga menyukaiku?" tanya Baekhyun pelan. Tangannya menari-nari di kancing jas Chanyeol.

"Mm-hm."

Baekhyun tersenyum manis, kembali merebahkan kepalanya di dada sang pangeran. "Syukurlah."

Chanyeol tidak bisa berkata-kata. Pria didekapannya sama sekali tidak sadar kalau ia sedang ditipu, oleh dunia, dan semua orang. Ia tidak tahu kalau orang yang ia sukai bukan Pangeran Mahkota, tapi Chanyeol, saudara kembarnya yang terbuang. Merasa begitu buruk telah membohongi Baekhyun, Chanyeol menatap bintang sambil berfikir apa sebaiknya berkata jujur saja. Ia mengeratkan tangannya di bahu Baekhyun, tidak siap kehilangan laki-laki itu. Tapi mau bagaimanapun, sejak awal Baekhyun memang bukan miliknya.

"Baek... aku—"

Sinar spotlight tiba-tiba saja terpancar dari udara. Baekhyun dan Chanyeol menyipitkan mata mereka, salah satunya menyampirkan lengan untuk menghadang cahaya. Mereka berdua bangun dari rumput perlahan, menjaga jarak agar tetap dekat, dan samar-samar, Chanyeol melihat Kris berjalan ke arahnya, dengan bahu tegap dan langkah lebar. Saat itulah, ia menyadari apa yang telah terjadi. Ia menggenggam tangan Baekhyun, bersiap mengajaknya kabur darisana. Namun, mereka telah dikepung dengan beberapa penjaga yang siap dengan pistol.

Chanyeol menatap tidak percaya pada Kris, yang terus dan terus berjalan mendekat. Tatapannya turun pada genggaman Kris, dimana terdapat sebuah borgol, dan Chanyeol menelan ludah dalam. Sebuah firasat bahwa hidupnya mungkin saja akan berhenti disini mulai menggerayanginya, dan ia beralih menatap Baekhyun, yang menatap ke sekitar dengan panik.

"Baekhyun, cium aku." Kata Chanyeol pelan. Baekhyun menoleh ke arahnya bingung, bertanya 'Apa?' lewat kedua matanya. Tapi Chanyeol yang berada di fase terlewat panik dengan cepat menggenggam kedua sisi wajah Baekhyun dan menempelkan bibir mereka keras. Baekhyun sedikit tersungkur ke belakang, namun pada akhirnya ikut memejamkan mata. Chanyeol berfikir mungkin ini yang terakhir kalinya, ia bisa mencium Baekhyun. Setelah ini, Chanyeol yakin beberapa hukuman sudah menantinya di istana.

Kris berjalan ke belakang Chanyeol dan menyambar kedua tangan sang pangeran, memborgolnya di belakang badan Chanyeol. Meski begitu, ciuman mereka belum terlepas, karena Baekhyun terus dan terus memajukan badannya. Pancaran mata marah mendominasi tatapan Baekhyun ketika pangerannya ditarik menjauh darinya. Chanyeol berusaha memberontak, namun Kris adalah penjaga yang kuat. Mereka dipisahkan menjauh, dan Baekhyun mengepalkan kedua tangannya.

"Apa yang kalian lakukan?! Berani-beraninya kalian memborgol Pangeran Mahkota!"

"Pangeran," seorang penjaga tiba-tiba berdiri di samping Baekhyun, merunduk dalam. "Izinkan aku membawa Yang Mulia kembali ke istana."

"Kenapa aku tidak disatukan dengan Yang Mulia Pangeran Mahkota?"

Penjaga itu menggeliat tidak nyaman. "Ini adalah perintah Yang Mulia Raja."

Banyak orang yang kini berkumpul di sekitar mereka. Rakyat biasa dengan ponsel berkamera yang merekam. Baekhyun memandang sekitar, ia melihat Chanyeol dipaksa memasuki sebuah limo dengan tangan terborgol. Ia mengerenyit sedih, namun ia membiarkan penjaga disampingnya menggiringnya pergi.

Chanyeol melihat Baekhyun memasuki mobil yang berbeda dengan tatapan kesal. Ia memalingkan wajah ke luar jendela, Kris duduk di sampingnya dengan wajah dingin.

"Kau seharusnya tidak melakukan itu."

Chanyeol menghela nafas keras, menempelkan kepala belakangnya ke kursi.

"Aku tahu kau sedang stress. Itulah mengapa aku dan Suho membiarkan Baekhyun memasuki kamarmu. Kau tahu itu sesungguhnya dilarang, Chanyeol."

Kris akan memanggilnya Chanyeol jika ia serius. Chanyeol tidak tahu mengapa tiba-tiba ia ingin menangis. Ia jelas tidak ingin kembali ke istana, melihat dengan mata kepala sendiri Baekhyun dan Seohyun menjadi milik kakaknya. Momen dimana ia dipisahkan dari Baekhyun adalah yang paling membuatnya marah. Ia mengalaminya dua kali seumur hidupnya, dan rasa sakit yang ia rasakan ketika pertama kali belum sepenuhnya pudar.

"Mengenai borgol..." Kris berbicara jauh lebih pelan. "Aku tidak punya pilihan lain. Masalahnya, kau membawa Baekhyun. Dia adalah calon putra mahkota, Chanyeol. Calon suami kakakmu. Kau tahu aturannya, kan?"

Chanyeol tidak menjawab. Kris menghela nafas berat. "Baiklah, aku akan melepaskannya. Tapi jangan memberontak, oke?"

"Apa kau membawa pistol?" tanya Chanyeol pelan. Kris mengangguk lalu menatapnya penasaran. Chanyeol membuka mata, menoleh pada penjaga kakaknya.

"Bisa kau bantu aku, Kris?" Chanyeol menatapnya pedih, namun rahangnya begitu tegas hingga ia terkesan sedang marah. "Bisakah kau ubah skenario hari ini demi aku?"

"Apa maksudmu?"

"Ubahlah skenarionya," Chanyeol berbicara. "Tembak aku. Katakan kalau aku mati ketika aku memberontak. Setelah itu, jelaskan pada Baekhyun yang sebenarnya. Jelaskan padanya kalau akulah Chanyeol, dan permintaan terakhirku padanya adalah... aku ingin ia menikahi kakakku."

Kris menatap sang pangeran tidak percaya.

"Aku lelah, Kris." Chanyeol menatap kosong. "Aku tidak ingin pulang."

I'm sad. That's all.

Continue Reading

You'll Also Like

165K 22.1K 30
start : 11/02/24 end : 05/05/24 plagiat menjauh cok! hanya halu gak usah bawa ke dunia nyata! CERITA KE 26.
170K 17.3K 68
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
79.2K 6.3K 46
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
224K 23.9K 26
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...