Why Do You Love Me?

By bukanauthor_

181K 8K 1.2K

=>Raya MakaisarTesya<= Aku sangat menyayanginya begitupun sebaliknya. Dia adalah manusia yang selalu mengelua... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 6
Part 7
Part 8
part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
26
Part 27
Part 28 (Lonely)
Part 29
Part 30
Part 31 (Jangan marah)
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
FYI
37
Cerita baru dan seru
Raya dan Tesya comeback
info hihi

Part 5

5.6K 298 12
By bukanauthor_

Raya POV

"Pulang duluan yaa" aku segera meninggalkan Tesya dan Aldino yang sedang merasakan kebahagiaan. Aku tidak sanggup melihat seseorang yang aku cintai akan dimiliki orang lain. Aku melihat mereka mengejarkan, tapi aku menghiraukannya.
Kata-kata yang keluar dari mulut Aldino membuat hatiku tersengat begitu saja. Kedua mataku kini terasa hangat, aku menangis didalam mobil dengan semua egoisku . Aku tidak bisa mengontrol emosi ini. Tesya, perasaanku tersengak dan begitu rapuh. Aku cemburu sangat cemburu. Aku tidak bisa menerima kamu bersama orang lain, tidak denganku!  Apa aku harus memulai jujur pada Tesya?  Aku masih ragu, aku takut dia menolak setelah itu membenciku. Aku tidak mau hal itu menimpaku. Tesya,  aku hanya butuh waktu untuk membongkar rasa yang mematikan ini . Rasa cinta yang sangat sulit diungkapkan.

Tesya POV

Aku tidak mengerti kenapa kak Raya pergi begitu saja. Sepertinya dia marah. Tapi,  apa yang membuat dia marah? Apa karna aku terlalu sibuk dengan Aldino? . Jika itu alasannya,  aku sangat menyesal. Harusnya aku sadar dan mengerti perasaan kak Raya karna aku terlalu sibuk dengan Aldino.  Inikan yang aku inginkan melihat kak Raya yang sangat peduli dan sayang terhadapmu. Saat ini aku mengejarnya ditemani Aldino.

"Cepet kejar kak Raya" ucapku khawatir

"Iyaa, ini udah cepet kok" Aldino fokus pada jalan sedangkan aku fokus pada mobil yang berkecepatan tinggi dan semakin melesat.

"Yahh, kita kehilangan jejak" ragaku mulai lesu bersandar pada punggung Aldino.

"Sabar yaa, Sya. Aku lagi berusaha kok" Responku hanya mengangguk lesu.

Untung saja ada Aldino yang membantuku mencari kak Raya. Jika seandainya dia todak ada aku tidak bisa mengendalikan motor dengan kecepatan yang cepat seperti ini.

Suara Adzan magrib sudah berkumandang menuntun kami agar segera melaksanakn solat. Kami berhenti sejenak disebuah mesjid dipinggir jalan.

"Kita solat dulu yaa,  Sya" Aldino mulai menaruh standar motornya ditanah.

"Tapi,  nanti kita lanjut cari kak Raya yaa ?" Aku mengamati disekitar sini, berharap kak Raya muncul tiba-tiba . Tapi ternyata pada kenyataannya tidak ada.

"Iyaa, kamu tenang aja yaa" Senyum Ale meyakinkanku.
Sungguh beruntung aku bisa dipertemukan dengan Aldino yang berhati tulus dan selalu mengingatkanku tentang adanya sang pencipta kami.
Pasangan yang baik menurutku dia yang mengakku solat tepat waktu. Hanya itu, simple!
Aku dan Aldino duduk sejenak didepan mesjid setelah selesai melaksanakan solat magrib,  tapi hati masih tidak tenang mengingat kejadian tadi menyangkut kak Raya yang pergi begitu saja dan membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Semoga kak Raya baik-baik saja.

"Kamu keliatan cape banget, Sya" Aldino melirikku,  memperhatikkan wajahku yang lesu.

"Tapi, kak Raya gimana? " kini mataku berkaca-kaca merasa bersalah walau aku tidak mengerti dengan sikapnya itu.

"Oke, kita cari dia sampe jam 8 yaa,  nanti orang tua kamu khawatir " ucapnya

"Tapi----" ucapku terpotong olehnya.

"Kalo kak Raya tau kamu sakit, dia pasti marah" telunjuknya yang dingin tertumpang dibinirku yang mulai dingin juga. Aku yang asalnya membrontak kini mulai diam,  mengangguk paham apa yang telah dibicarakan Aldino. Yang jadi pertanyaan,  kenapa Aldino tahu betul sosok kak Raya terhadapku?  Mungkin karna dia satu sekolah,  aku baru ingat aku ini kan murid baru.

"Yaudah yukk" ajakku kini bangkit dari teras mesjid.

Aldino mulai menyalakan motornya dan bersiap mencari kak Raya yang pergi dengan sikap anehnya. Kami mulai mencari kembali dan mengamati disekitar jalan berharap aku menemukan sosok kak Raya. Andai saja handphonenya aktif,  jadi aku tidak akan sekhawatir ini. Kak Raya?  Dimana sekarang? :(

"Sya, sekarang udah jam 8 nih" Aldino menghentikan vespanya sejenak.

"Kak Raya dimana yaa? " Nadaku sedih melirik disekitar jalan.

"Kalo besok kak Raya belum juga pulang,  nanti kita cari lagi yaa . Muka kamu udah lemes banget nanti kamu sakit lagi . Mending kita pulang yaa . Yukk .. " Jelasnya menyungging kembali dipipinya . Aku hanya bisa menuruti kemaunya . Mungkin ide Aldino baik juga . Lagi pula mama pasti idah khawatir banget gadis semata wayangnya ini belum pulang kerumah. Untung ayah masih diluar kota untuk beberapa hari kedepan. Jika seandainya ayah ada dirumah sekarang,  pasti aku habis dimarahi oleh dia. Aldino kembali mengidupkan vespa nya, kembali mengarahkan ke jalan komplek yang aku tempati.

"Makasih yaa udah mau bantu nyari kak Raya " Senyumku menyungging ditengah kesediha.

"Iyaa,  sama-sama  masuk gih, salam ya buat yang dirumah" Aldino kembali memasang helmnya

"Iyaa, pasti" aku segera masak. Namun,  dia menghentikannya kembali.

"Syaa.." aku membalikkan badan melihatnya.

"Jangan lupa solat isya yaa " sambungnya

"Iya, kamu juga yaa"

"Aku pulang dulu yaa" ucapnya mulai meninggalkanku. Aku segera membuka pintu . Tapi,  tunggu! Aku melihat kesamping rumah sama sekali tidak ada mobil kak Raya yang terdapat didepan rumahnya. Dia benar-benar pergi. Tega sekali dia.

"Lho?  Kok kamu kaya abis nangis? " ucap mama mengusap wajahku. Dengan spontan aku memeluk mama sekuat mungkin.

"Kamu kenapa sih ? Coba cerita " Tanyanya mengusap rambutku

"Kak Raya pergi,  Ma" air mataku kini membasahi baju yang pajamas yang dikenakan mama.

"Pergi kemana?  Mungkin dia lagi pengen sendiri" Mama berbicara seperti mengertikan posisi kak Raya.

"Emang kamu tadi ngelakuin apa sampe kak Raya pergi? " sambungnya setelah diam beberapa detik.

"Aku juga gak ngerti,  Ma " Mama mulai melepaskan pelukanku.

"Sekarang kamu tenang dulu,  baru cerita ke mama " Mama mengusap pipiku yang masih basah dengan air mata. Aku mulai mengambil nafas dalam dan membuang dengan pelan.

"Aku kan jalan sama kak Raya,  Aldino juga . Terus tadi aku sama dia bercandaan gitu, tapi sama kak Raya juga kita bercanda kok . Terus abis itu dia pergi gitu aja" aku menceritakan semua yang terjadi.

"Mungkin kak Raya bosen liat kamu terlalu bercanda sama Aldino itu,  kayanya kak Raya sahabat yang tulus sama kamu deh " Kesimpulan mama benar juga,  tadi aku terlalu banyak bercanda dengan Aldino.

"Kak Raya kayanya sayang banget sama kamu . Mama rasa dia lagi ada masalah atau apalah gitu jadi dia butuh seseorang dalam hidupnya. Mama rasa dia nganggep kamu adek deh,  kak Raya pengen bercanda sama kamu seperti layaknya seorang kakak-beradik" sambungnya dan mulai menyimpulkan dari masalah ini . Benar juga apa yang telah disimpulkan mama. Aku tidak memikirkan perasaan kak Raya sore tadi,  aku merasa egois. Aku ingin mendapatkan keduanya sesosok kak Raya yang jadi sahabat terbaik untuk hidupku dan sosok Aldino yang soleh selalu mengingatkanku solat dan kebaikan lainnya. Aku menyangi kak Raya tetapi disisi lain aku juga menyuaki Aldino. Itu yang ada dalam pikiramku saat ini.

"Jadi,  aku harus gimana, Ma ?" Tanyaku masih dengam nada sedih.

"Lain kali kamu harus jaga perasaan kak Raya yaa, sekarang kamu tidur yaa,  soalnya keliatannya cape banget" mama membangkitkan ku dari sofa dan mengantarkanku masuk kedalam kamar. Aku rasa mama mengerti perasaanku yang lemas ini.

Saat ini ragaku terbaring lemas, bayanganku masih terdiam diwajah kak Raya . Kak Raya dimana yaa sekarang? Maafkan aku kak Raya :"
- - - - - - - - - -

"Kak Raya?" Aku mencoba menghampirinya didekat sebuah sungai yang sangat indah dan sejuk,  rambutnya terurai oleh angin.

"Ehh kamu, duduk disini " jarinya mengetuk tanah menyuruhku duduk disampingnya.

"Kakak kok disini? Lagi ngapain? " tanyaku heran.

"Kakak lagi nikmatin suasana aja, dek" jawabnya fokus ke depan sungai.

"Sya,  kalo seandainya kamu kehilangan orang yang kamu sayang,  gimana perasaannya? " ucapnya memecahkan keheningan diantara kami.

"Pastinya, aku sedihlah kak" jawabku polos melihatnya.

"Apa kamu akan berjuang dan berjuang untuk dia? " pertanyaan kak Raya membuatku heran.

"Pasti, karna dia kan orang yang aku sayang, kak" jawabku lagi

"Kok pertanyaan kakak kaya yang gimana gitu" sambungku setelah menghelakan nafas.

"Kamu tau, Sya?" Kak Raya mulai memandangku.

"Kakak Kenapa?  " kulihat raut wajahnya terdapat banyak beban.

"Kakak sekarang takut kehilangan orang yang kakak sayang" jelasnya memandangku dengan penuh rasa takut .

Ternyata kak Raya mempunyai seseorang yang lebih spesial daripada aku. Aku mengerti,  aku bukanlah seseorang yang dia harapkan ternyata. Seharusnya aku sadar,  kak Raya tidak pantas menyangi seseorang yang bodoh sepertiku ini. Tapi,  aku senang bisa berada didekat dia. Itu udah cukup bagi diriku terutama dalam hidupku.

"Kaka juga mencintainya? " tanyaku memandang wajahnya yang masih menatap sungai dengan raut wajah memandang kosong.

"Kakak sangat mencintai dia " kak Raya mulai menatapku kembali. Dan kini buliran air matanya mulai terjatuh.

"Apa kakak ingin memilikinya? " lagi-lagi aku masih bertanya. Aku ingin tau tentang kak Raya,  sebisa mungkin aku harus mengetahui apa yang dia rasakan selama ini .

"Itu yang kakak harapkan" senyumnya terukir namun air matanya juga terjatuh.

"Berarti kakak harus tetap berjuang untuk mendapatkannya. Jangan biarkan dia pergi dari kehidupan kakak" jelasku mulai mengusap air matanya. Maaf aku hanya bisa jadi pendengar.
Tiba-tiba tubuhku yang mungil ini tertekat erat oleh tubuh kak Raya. Kak Raya memelukku menumpahkan semua aliran air matanya dipundakku yang kini sudah mulai terasa basah. Melihat dia yang sedih,  rasanya aku tidak ingin melihatnya . Karena kerutan dikeningnya membuatku merasa kasihan padanya.

"Udah jangan nangis" aku berusaha melepaskan pelukkannya,  tetapi kak Raya membrontak,  dia semakin erat memelukku. Dua orang gadis yang saling menyangi ini berbagi kasih sayang dipinggir sungai yang ditemani oleh usalan angin yang membuat suasana ini sejuk. Namun ini beda topik,  hal yang dirasakan kak Raya saat ini rasa sedihnya. Detak jantungnya berpadu dengan detak jantungku,  detak jantungnya mengalahkan detak jantungku . Kak kaka kenapa? 

"Memangnya dia yang kakak maksud itu siapa? " tanyaku masih dengan pelukkannya.

"Kamu, Sya " suaranya terdengar sedikit serak berbisik,  pelukkannya melonggar,  aku tidak lagi mengusap pundak atau punggungnya. Semuanya terhenti seketi begitu saja.


(Rasanya itu seperti ada sengatan yang membuat semuanya terhenti)

Hollaaa,  kritik dan sarannya sangat diharapkan. Maaf atas segala kesalah dengan cerita ini wkwkwk .

Selamat membaca kawan ^^

Continue Reading

You'll Also Like

156K 2.7K 11
suka suka saya.
1.5M 47.6K 32
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
487K 48.3K 34
Just brothership not bl! Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia Alexander malah menemukan bayi polos yang baru belaj...
66.9K 174 10
🔞Bagi yang suka suka saja!!! Ini cerita lanjutan dari cerita berjudul Birth Sex , yuk cuss bestie!!