When Sunrise Come - Slow Upda...

By AyaniOwlet

16.5K 839 175

Ketika dua orang yang sedang belajar tentang apa itu arti cinta, bagaimana itu mencintai dan dicintai diperte... More

PROLOG
Bab I - New Day -
Bab II - Beginning -
Bab III - Closer -
Bab IV - Why?! -
Bab V - Again?! -
Bab VI - Falling in Love
Bab VII - It's Love -
Bab VIII - Love Love Love -
Pengumuman Karya Baru
Bab IX - Feeling -
Bab X - Hurt -
Bab XI - Crushed -
Bab XIII - Ambision -
Bab XIV - Conversation -
Bab XV - Gone -
Bab XVI - Chance -
Bab XVII - Come Back
Bab XVIII - Something
Pengumuman Karya Baru II
Author Announcement

Bab XII - Test -

624 28 11
By AyaniOwlet


Karena lelaki, tetaplah lelaki. Kaum teregois yang pernah ada. Sebaik apapun dia, secinta apapun dia padamu - Ayani Owlet

Selamat menikmati, happy reading^^

_________

- Kiran -

Ini hari minggu. Weekend. Jikalau untuk anak sekolah nan ingusan. Oke, abaikan yang terakhir. Ini adalah hari dimana kami bersenang-senang melepas penat dengan hangout sana sini. Tidak demikian hari ini.

Karena tuntutan, aku harus balik untuk meeting bersama para pengurus osis sekolahku. Well, karena pada akhirnya aku diutus untuk menjadi pengurus osis disekolah. Alasannya, karena prestasiku cukup baik disekolah.

Sedikit membuat bangga, mengingat tingkat keterlambatanku kesekolah membuat alasan itu terlihat cukup meragukan. Tapi, sejak pacaran dengan Rifann, aku jarang telat sih. Itu karena dia sering membangunkanku dipagi hari dan setia menjemputku. Senangnya!

Akhirnya aku pun tiba diruang osis. Hari ini aku kembali untuk meeting sendiri. Berhubung, pacarku tercinta itu datang lebih awal untuk persiapan ujiannya dan menyempatkan untuk meeting hari ini.

"Baiklah. Kalau sudah berkumpul semua, meeting pagi ini kita buka. Silahkan ketua.." Ujar sekretaris osis menyerahkan meeting hari ini untuk ketua osis Rifan, cowok tercintaku.

Rifan pun membuka meeting kami. Hari ini membahas masalah pembentukan pengurus osis baru. Mengingat, yang lama sudah expired. Hahaha. Tidak, mereka kan akan menempuh ujian dan akan hengkang dari sekolah tahun ini. Jadi, penerusnya harus diganti.

Setelah membahas masalah pembentukan pengurus osis baru, kami membahas masalah ujian kakak tingkat kelas tiga yang akan diadakan besok senin. Kami membahasnya dengan para guru.

Empat jam lamanya kami meeting, akhirnya selesai juga. Wew! Empat jam booo.. Gilaa apa gak pegal tuh? Banget cuyy! Untung aja dikasih snack biar sedikit ngeganjel perut dan hati.

"Kiran.." Panggil suara familiar dibelakangku saat aku sedang berdiri merenggangkan badan. Aku tersenyum saat melihat siapa gerangan. Ternyata pacarku tercinta. Dia mengelus kepalaku dengan mesra. Membuat wajahku memerah karena dilihati para pengurus osis lainnya.

"Aku akan mengantarmu pulang. Maaf, hari ini sepertinya kita gak bisa jalan-jalan. Aku harus balik lagi ke sekolah sebentar sore untuk mengurus ujian besok" jelasnya dengan muka keberatannya.

Aku menyunggingkan senyum manisku agar membawa semangat padanya. "It's oke. Gak apa-apa kok. Kamu memang harus fokus kan? Setelah ujian kita bisa jalan-jalan lagi" ujarku dengan ceria. Rifan tersenyum dan mengangguk menangapiku.

Sudah setahun 3 bulan 2 minggu kami berpacaran. Sejauh ini baik-baik saja. Insiden cemburu 8 bulan yang lalu adalah insiden yang terakhir yang pernah kurasa. Setelah itu, kami jauh lebih baik.

Rifan makin mencintaiku. Dia memang tidak romantis. Tapi, dia sangat bermulut manis. Hahaha. Dia tau bagaimana membuatku nyaman bersamanya. Ulang tahunku dia memberikan kejutan yang luar biasa. Anniversary kami dia setting begitu indah. Tidak berlebihan, tidak biasa. Pas.

Well, aku tidak tau ada cowok yang lebih baik darinya diluar sana. Aku hanya tidak memikirkan dan tidak mau memikirkan setelah kelulusan nanti. Terpisah dengannya disekolah.

Kami pun keluar ruang osis dan menuju gerbang sekolah. Aku naik ke mobil Rifan setelah dibukakan pintu. Ya, Rifan sudah memakai mobil. Setelah naik semester akhir ini, Rifan berubah gayanya. Mengubah motor ke mobil, style-nya dalam berpakaian juga berubah. Dia lebih dewasa. Membuat fans-fansnya disekolah rasanya ingin menyantetku sampai mati. Hahaha. Dia masih latihan basket, masih jadi atlet untuk sekolahnya. Tapi, dia sudah jarang nge-band.

Padahal, aku senang melihatnya bernyanyi. Saat kutanya mengapa, dia hanya menjawab ingin fokus ke ujian. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Karena itu memang penting.

"Aku mau minta maaf" ucap Rifan saat mobil sudah melaju meninggalkan pelataran sekolah.

"Maaf untuk apa?" Aku menatapnya yang sedang serius menyetir mobil. Aku tidak begitu takut sih ketika Rifan menyetir. Dia sudah mahir menyetir sejak SMP. Hanya saja baru dijinkan memakai mobil sendiri saat 17 tahun dan mendapat SIM. Dia memang terbaik dalam segala hal.

"Maaf kalau akhir-akhir ini dan beberapa hari kedepan aku mengabaikanmu. Aku harus fokus ke ujian" sahutnya masih fokus menyetir. Sesekali menatapku.

"Oh, soal itu. Gak usah minta maaf untuk sebuah kewajiban Rif. Aku ngerti kok" jawabku. Meski rasanya sedikit kecewa. Memang, makin mendekati ujian kami rasanya sangat jauh. Jarang bertemu, jarang komunikasi. Itu karena Rifan sibuk. Berjuta-juta kali aku melafalkan mantra untuk mengerti, tapi tetap saja ada terbesit rasa kecewa.

"Beberapa hari kedepan aku akan sibuk belajar. Kita tidak bisa bertemu dulu. Aku juga akan jarang chat, mengirim pesan teks, atau menelponmu." Ucap Rifan. Kini menatapku dengan lekat. "Apa gak apa-apa?" Tanyanya kini.

Rasa sedih tiba-tiba menghantamku dengan telak. Ujian memang hanya kurang lebih seminggu. Tapi, yang kutahu selama setahun lebih ini Rifan tak pernah mengabaikanku sesibuk apapun dia. Mengingat hal itu akan terjadi rasanya sedih.

Tapi, aku tak boleh egois. Ini semua demi masa depannya. Masa depan kami juga. Aku harus bersikap pengertian. Toh, takkan berlangsung selamanya kok. Aku menghembuskan nafas dan menatapnya dengan senyum.

"Gak apa-apa Rif. Toh, ini kan hanya beberapa hari. Aku juga mau kamu fokus ke belajar dulu. Cinta selalu punya cara untuk menanti" kataku tersenyum lebar.

"Makasih ya. Aku akan menyempatkan menghubungimu nanti" jawab Rifan.

Aku mengeleng-geleng dan meraih tangannya. "Jangan dipaksain kalau gak bisa. Aku gak kamu terbebani. Fokus saja ke ujian dulu"

Rifan menghembuskan nafas dan tersenyum sambil mencubit pipiku gemas. "Tembem pendekku ini selalu pengertian. Hanya cowok bodoh yang akan berhenti mencintainya."

Aku tertawa geli. "Kamu gak bodoh kan sayang?" Tanyaku.

"Tentu saja aku gak bodoh. Karena aku gak akan pernah berhenti mencintaimu" serunya dengan tulus.

Jari kelingking kuangkat didepan wajahnya. "Janji?"

Giliran Rifan yang tertawa geli. "Janji." Dia menautkan kelingkingnya di kelingkingku. "Apapun yang terjadi, aku takkan berhenti mencintaimu."

Mobil tiba-tiba berhenti. Rifan meraih tubuhku dan memelukku dengan erat. Kubalas pelukannya sama eratnya. "Ku pegang janjimu. Selamanya"

Dikecupnya ubun-ubunku dengan lembut. "Jangan takut. Aku takkan bisa lagi jatuh cinta dengan cewek siapapun dari belahan dunia manapun. Aku cuman punya satu cinta. Dan itu milikmu" bisiknya diatas kepalaku.

Aku tersenyum senang mendengarnya. Aku takkan pernah menyesal mempunyai cowok yang selalu bermulut manis. Sebab, mulut manis itu bukan hanya sekedar pemanis biasa yang akan hilang ditelan waktu. Tidak, apa yang dia katakan. Itulah yang dia rasa. Seperti itulah yang akan dia lakukan.

Bagaimana aku bisa tidak mencintainya jika dia memperlakukanku dengan penuh cinta seperti ini? Aku akan selalu mencintainya. Akan selalu.

***

- Rifan -

"Aaaaaaarrgh.. Lega!!" Teriakku didepan kelas. Hampir tiga tahun lamanya aku berada disekolah ini dan aku tak pernah merasa sangat senang keluar dari kelas seperti ini.

Tepukan dibahuku sontak membuatku menoleh. Teman sekelasku, sekaligus sahabat terbaikku Radith berdiri dengan senyum yang sama lebarnya denganku.

"Akhirnya ya. Ujian selesai juga. Rasanya hari ini kita kayak seakan keluar dari neraka. Lega banget!" Celetuknya.

"Ya, kamu benar. Neraka sudah dilewati. Tinggal tunggu hasilnya saja." Jawabku. Aku merangkul bahunya. "Jadi gimana? Kamu lanjutin kemana setelah ini?" Tanyaku padanya.

"Aku tetap bakal lanjut diluar negeri. Ngambil administrasi bisnis. Kamu?" Jawabnya juga bertanya balik.

Nafasku terhembus. Pertanyaan itu rasanya berat akhir-akhir ini. Padahal, beberapa bulan yang lalu aku benar-benar sudah memantapkan pilihanku. Tapi, akhir-akhir ini entah kenapa aku ragu.

"Aku bingung bro. Gak tau mau ngambil apa" ujarku.

"Jangan bingung bro! Otak encer kayak kamu tuh rugi kalau gak dimanfaatin." Serunya. Aku mengangguk-nganguk menangapinya.

"Gak taulah. Lihat aja kedepannya. Sekarang, fokus dulu berdoa biar lulus" sahutku nyengir. Dia ikutan nyengir.

Ya itu benar. Sekalipun ujian sudah dilalui. Tapi, hasilnya kan kita belum tau. Gak lucu banget saat udah mengebu-mengebu mau kuliah. Malah gak lulus dan harus ngulang lagi? Pikir itu dululah.

Aku mengambil tasku dan keluar kelas. Seperti yang sudah kurencanakan, begitu ujian selesai. Aku akan merayakannya bersama diriku sendiri. Berjalan dan nongkrong sendirian disuatu tempat. Menikmati hari bersama seragamku ini. Kapan lagi aku akan memakainya coba.

Tapi, ada yang tetap harus dihubungi. Selain kangen, aku juga mencemaskannya. Sejak aku fokus ke ujian, aku sama sekali tak menghubunginya. Begitupun dia. Aku tau dia membiarkanku fokus ke ujian. Benar-benar cewek pengertian.

Aku meraih handphone dan menelponnya. Dia sedang libur sampai ujian selesai. Aku tak tau apa yang dilakukannya selama libur, tapi sepertinya dia hanya dirumah dan bergelut dengan buku-bukunya. Atau, dengan koleksi anime-animenya. Aku sangat tau dia.

"Halo, sayang.." Seru suara cempreng diseberang sana begitu telpon baru dinada tunggu kedua.

"Halo, sayang. Kamu sedang apa?" Sahutku tersenyum. Aku bersandar dikap mobilku. Menelponnya sebentar sebelum melaksanakan rencana sendirian.

"Aku sedang nonton anime nih sayang. Kamu udah selesai ujian hari terakhirnya nih?" Jawabnya ditelpon. Benarkan dugaanku? Dia hanya bergelut dengan animenya.

"Iya baru aja selesai. Hari ini aku rencana mau jalan-jalan sendiri. Meluangkan waktu berdua bersama seragamku" ucapku. Bisa kudengar tawa cempreng Kiran diseberang sana mendengarku.

"Ya udah. Kencan gih sama seragamnya. Kasihan, sebentar lagi bakal dicampakkan" katanya sambil tertawa. Aku juga ikut tertawa mendengarnya.

"Tenang saja. Dia akan tetap berada dikenangan indah semasa hidupku kok." Ujarku.

"Tentu saja. Kenangan yang paling indah tuh masa SMA. Ya walaupun aku masih jauh berada dikenangan itu" ocehnya kini.

"Kamu juga akan menikmatinya kok. Yaudah, aku pergi dulu ya. Besok, giliran kita yang jalan-jalan" tutupku.

"Baiklah. Hati-hati dijalan ya. Jaga mata. Jaga hati. Aku mencintaimu" sahut Kiran mengungkapkan mantra penutupnya padaku.

"Iya sayang. Pasti. Aku juga mencintaimu." Dan telepon pun terputus.

Aku naik kemobilku dan bergegas meninggalkan sekolah. Ada satu tempat yang ingin kutuju. Tempatnya tidak begitu jauh dari sekolah. Tempat yang sekali pergi, aku jadi betah disana.

45 menit lamanya menyetir, aku pun tiba ditempat yang kutuju.

Pasar harian.

Aku menertawai diriku sendiri saat turun dari mobil. Bisa-bisanya aku kembali lagi ke tempat ini. Aku terhipnotis begitu kesini beberapa bulan yang lalu saat mengantar Bunda ke pasar. Saat itu, asissten rumah tangga kami sedang pulang kampung. Akhirnya Bunda harus belanja dan memasak sendiri.

Saat itu, pertama kalinya aku menginjak pasar selama aku hidup. Begitupun kata Bunda. Mengingat, aku selalu bergelimang harta sejak lahir.

Aku benar-benar terperangah melihat pasar ini. Karena disini, kita bukan hanya bisa melihat para pegadang sayur, ikan dan daging yang saling berteriak menjejalkan dagangannya. Atau para pegadang dapur lainnya. Tapi, disini juga ada odong-odong yang baru aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Juga ada pertunjukan monyet, belum lagi penjual obat dengan khas bicaranya yang seperti professor dibidangnya. Sungguh lucu.

Kenapa aku kesini setelah ujian? Dengan adanya keramaian, kebisingan, kecerian oleh masyarakat ekonomi menegah disini membawa atmosfir disekitar sini benar-benar flexibel. Menghilangkan penatku seketika.

Disini, kau bebas berteriak, bebas tertawa dan bebas saling tawar menawar tanpa harus ada yang mencelamu. Disini, kau bisa melihat segala bentuk orang. Kau bisa memakai apapun pakaianmu tanpa merasa gengsi. Luar biasa.

"Ya ampun bi, tadi tuh penjual bengkoangnya disini. Aku lihat dengan mata kepala aku sendiri!" Suara seorang cewek disampingku menginterupsi kesenanganku dalam mengamati pasar ini. Suaranya serak lembut. Memaksaku menatap keasal suara itu.

Disana, berdiri disebelahku seorang cewek cantik mungkin seumuranku. Tubuhnya indah dengan kulit putih bersih, rambutnya hitam tergerai hingga pinggang sedikit diblonde, pakaiannya juga bagus. Dari gayanya, dia bukan dari masyarakat kalangan menengah dan bawah.

"Non, gak ada penjual bengkoang lagi disini. Kita ke supermarket saja. Nanti saya dimarahi nyonya kalau tau bawa non kesini. Ayo non" ibu-ibu yang bersamanya kini bersih keras mengajaknya pergi. Disebut apa tadi? Non? Nyonya? Benar! Dia bukan dari kelas bawah.

"Gak mau bibi. Bengkoang disini tuh yang terbaik dipakai lulur. Aku gak mau yang disupermarket. Banyak pengawetnya disini aja." Cewek itu masih terus berdebat dengan ibu-ibu yang dipanggilnya bibi. Asissten rumah tangga kah? Dia bahkan kini celingak celinguk mencari sesuatu. Penjual bengkoang?

Aku menatapnya lebih seksama. Pakaiannya benar-benar tak cocok dipakai ditempat begini. Kepasar dengan dress dan highhells? Aku tertawa geli.

"Ayolah non. Biar bibi saja yang cariin bengkoangnya. Non pulang saja. Disini kotor" ibu-ibu itu kembali membujuknya.

Dia meraih bahu ibu-ibu dan merangkulnya dengan sikap manja. Keningku terangkat. Seorang "nona besar" merangkul asissten rumah tangga? Wow!

"Bibi, aku tuh mau milih bengkoangnya sendiri. Biar tau juga ngebedainnya. Siapa bilang disini kotor. Disini asyik kok." Kata wanita itu dengan lembut. Senyumnya merekah sempurna. Wajahnya makin cantik dibuatnya.

Blaaaaaaaaaarrrrzzztt..

Wajahku bagai ditampar melihatnya. Tiba-tiba, jantung yang biasanya tak pernah berdebar hebat ketika melihat wanita cantik manapun kecuali pacarku Kiran, kini berdebar kencang melihat cewek itu. Aku lagi-lagi menertawai diriku sendiri. Apa-apaan ini?!

Daripada makin ngelantur. Aku pun membuang muka dan pergi meninggalkan cewek itu. Berjalan menelusuri pasar ini lagi. Tapi, aku teringat sesuatu. Cewek itu mencari penjual bengkoang ya? Tadi rasanya aku melihat penjual bengkoang itu.

Tubuhku kembali berbalik dan secepat kilat sudah berada dibelakang tubuh cewek itu. Dia masih celingak celinguk mencari penjual bengkoang sepertinya. Kutepuk bahunya. Dia tersentak dan refleks berbalik.

Bruuggghhh..

Karena reaksi cepat dan posisiku yang berdiri terlalu dekat dengannya. Saat dia berbalik, dia malah menubrukku. Terkejut, dia mundur beberapa langkah. Dia menatapku dengan mata melebar yang mengerjap-ngerjap.

"Sorry. Sorry" kataku mengangkat tangan. Dia menatapku dari atas sampai bawah. Aku tersenyum padanya dan dia terkejut. "Barusan, aku gak sengaja mendengar kamu sedang mencari penjual bengkoang ya?" Sambungku masih dengan senyum. Ekspresinya masih memandangku dengan terkejut. Tapi, kemudian mengangguk.

"Penjualnya kalau tidak salah dilorong sana" kataku menunjuk lorong yang tadi kulihat ada pegadang bengkoang disana. Dia ikut menatap kearah yang aku tunjuk.

"Oh iya iya." Katanya dengan suaranya yang serak dan lembut itu. Aku tersenyum lagi padanya.

Dengan kikuk, dia berjalan menuju lorong itu dan meninggalkanku tanpa mengatakan apa-apa lagi. Sialan. Udah dibantu juga. Aku hanya berdiri kayak orang bodoh menatap punggungnya.

Baru beberapa langkah, tiba-tiba diberhenti dan berbalik berjalan menujuku lagi dengan menunduk. Saat didepanku dia mendongak.

"Makasih ya" ucapnya dengan senyum lebar. Saat tersenyum lebar, kedua pipinya menyunggingkan lesung pipi kecil dikedua sisi wajahnya yang membuatnya makin cantik.

Aku menelan ludahku dengan susah payah. Nafasku tertahan. Aku tak berbohong, tapi sekarang aku nerveous. Tubuhku kaku. Jantungku berdebar tak karuan.

"Sa.. Sama-sama" jawabku tergagap.

Nafasku bisa kuhembuskan lagi saat cewek itu sudah tidak ada dihadapanku lagi. Seketika aku kehilangan orientasiku. Rasanya seperti melayang. Astaga! Aku kenapa coba?!

Kuputuskan untuk pergi dari pasar itu sebelum keanehan melandaku. Sebelum respon aneh menderaku untuk mencari cewek itu dan meminta nomor handphonenya. Apa?! Mikir apa aku coba?

Aku mengeleng-geleng keras dan mengemudi mobilku meninggalkan pasar.

Aku punya pacar. Aku punya pacar. Aku punya pacar. Aku punya Kiran. Aku punya Kiran yang jaaauuuuuhh lebih cantik, manis, dan imut lebih dari cewek tadi. Mantra itu terus aku lafalkan ketika pikiranku ngelantur kesenyum cewek tadi.

Akhirnya, aku memakirkan mobilku ke sebuah kafe langgananku. Sepertinya aku butuh kopi untuk menjernihkan pikiranku. Efek selalu bergelut dengan pelajaran nih membuat otakku sedikit tidak waras.

"Sore Rifan. Tumben hari ini sendiri. Si cantik Kiran mana?" Sapa pelayan kafe saat aku sudah duduk disana. Seorang wanita cantik yang baik hati. Dia sudah sangat mengenalku dan Kiran. Karena kami sering nongkrong disini.

"Sore mbak Citra. Iya hari ini memang mau sendiri dulu menikmati berduaan dengan seragam nih. Kiran-nya lagi dirumah" sahutku. Pelayan itu mengangguk mengerti. "Aku pesan americano sama muffin coklatnya satu ya" sambungku.

Sang pelayan agak bingung dengan pesananku. "Tumben bukan espresso."

"Aku butuh yang pahit-pahit untuk menghilangkan keanehanku barusan mbak" ujarku nyengir. Mbak Citra hanya tertawa mendengarku dan melenggang masuk mengambil pesananku. Untung dia gak kepo.

Selang beberapa menit, pesananku datang. Aku duduk dispot favoritku bersama Kiran. Di dekat dinding kaca yang bisa menampilkan pemandangan luar.

Saat sedang menyesap americanoku, pemandangan disampingku menyita fokusku. Seorang cewek sedang berdiri dihadang oleh empat cowok yang seperti gank-gank-an. Cowok-cowok itu menyeringai kepada cewek itu. Sementara si cewek terlihat ketakutan.

Kulekatkan pandanganku ke cewek itu. Sepertinya aku mengenalnya. Ohh! Aku hampir saja tersedak americanoku karena bisa melihat dengan jelas cewek itu. Dia kan..

Cewek yang kutemui dipasar.

Aku refleks berdiri dari tempatku menuju tempatnya. Entahlah. Tubuhnya yang kecil dan wajahnya yang begitu cantik seakan menghipnotisku untuk melindunginya dari cowok-cowok yang kelihatan lapar disana. Tau-tau, aku sudah dihadapan mereka.

"Ada apa ini?" Tanyaku kepada cewek itu. Cewek yang sedang menunduk itu mendongak dan seketika terkejut melihatku.

"Hey bocah. Jangan ikut campur ya" seru salah seorang dari keempat cowok itu.

Bocah?! Aku dipanggil bocah sama cowok yang rasanya seumuranku? Sialan. Tubuhku saja lebih tinggi dari mereka.

"Aku akan ikut campur kalau kalian berurusan dengan cewek ini" kata-kata itu keluar begitu saja tanpa bisa kucegat. Cewek itu sama terkejutnya denganku saat mendengarnya. "Ada apa sebenarnya?" Tanyaku lagi pada cewek itu.

"Mereka teman-teman sekolahku. Mereka sering menggodaku. Mereka menghadangku saat aku lewat. Aku takut sama mereka" Jawabnya dengan ketakutan.

"Hey kamu. Sebaiknya kamu pergi dari sini. Urus, urusanmu sendiri!" Seru cowok dari gerombolan itu lagi.

"Ikut aku"

Seketika, aku menarik tangan cewek itu menjauh dari para gerombolan itu. Dia terlihat terkejut. Tapi, hanya mengikuti. Tiba-tiba kami dicegat oleh seorang dari gerombolan itu.

"Kamu siapanya sampai menariknya seperti itu dari kami hah?" Tanya cowok itu.

"Aku pacarnya! Jadi, minggir" hanya itu yang aku pikirkan dan berjalan mendahului cowok itu bersama cewek yang menatapku dengan terkejut. Kurasa tidak ada lagi yang mengikuti kami dari belakang. Aku pun membawa cewek itu kafe tempatku tadi.

Aku mendudukan cewek itu dikursi hadapanku. Dia masih memandangku dengan terkejut.

"Kurasa kamu butuh kopi untuk menurunkan adrenalin keterkejutan kamu" ujarku tersenyum geli. Dia hanya mengangguk datar membuatku makin geli. Aku mengkode mbak citra untuk datang.

Sejurus kemudian mbak citra datang dan sedikit terkejut melihat cewek dihadapanku.

"Dia temanku mbak. Tenang saja, Kiran selalu dihatiku" kataku tau maksud keterkejutan mbak Citra. Dia mengangguk kikuk.

"Mau pesan apa?" Tanyaku pada cewek dihadapanku.

"Vanilla latte" jawabnya singkat. Aku mengangguk ke mbak Citra dan dia pun melenggang masuk meninggalkan kami.

"Maaf soal tadi. Kamu pasti terkejut. Aku mengatakan hal itu, agar bisa membawa mu pergi dari mereka tanpa harus berantem. Aku tak bermaksud apa-apa" Jelasku tak mau dia salah paham.

"Tak apa-apa. Makasih sudah membawaku pergi dari mereka" jawabnya pelan. Suaranya makin serak dan halus. Membawa keteduhan hanya dengan mendengarnya.

"Ya sama-sama. Sepertinya mereka fans kronis kamu ya? Bisa kutebak, mereka pasti suka menggodamu disekolah" ucapku.

Dia tersenyum kecil. "Ya begitulah. Aku gak punya teman disekolah. Membuat mereka dengan gampangnya sering menggodaku. Aku sampai harus memakai bodyguard jika pulang sekolah" jelasnya terlihat sedikit malu.

Kening sebelahku terangkat "Gak punya teman? Kenapa?" Tanyaku penasaran.

"Aku gak tau. Sudah kucoba untuk berbaur. Tapi, mereka yang menghindariku. Katanya, Ratu tak boleh berteman dengan rakyat jelata" jawabnya. Wajahnya berubah sedih. Tapi, masih cantik.

Kurasa aku mengerti kondisinya. "Maaf sebelumnya kalau pertanyaanku masuk dalam kategori tak sopan. Apa kamu dari keluarga kaya, keluargamu pemilik sekolahmu?"

Dia menatapku dengan terkejut. "Darimana kamu tau?"

Aku mendengus geli. Biasa terjadi dikalangan kelas atas. "Aku pernah diposisimu waktu SMP saat sekolah disaham punya kakekku. Solusinya gampang. Bergaulah dengan teman-teman sesama kalangan keluarga kaya. Mereka takkan menolakmu kok."

"Tapi, yang kalangan kaya juga tak mau berteman denganku. Katanya, berteman dengan mereka hanya akan membuat fans mereka beralih padaku"

Kini aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Gila ya. Susah banget jadi cewek cantik yang kaya raya. Syukurlah aku ini cowok.

"Kurasa aku mengerti sekarang. Sabar ya." Kataku menepuk-nepuk tangannya. Dia terkejut dan menarik tangannya dariku. "Oh maaf" itulah refleks yang kukatakan.

Dia mendongak dan menatap jalanan dengan panik kini. "Ya ampun. Aku harus pulang sekarang. Mama pasti cemas." Katanya bergegas kini.

Sata dia hendak berdiri, aku mencengkram tangannya. Dia menatapku dengan melotot. Tapi, Ada yang belum kami lakukan.

"Kita belum kenalan." Ucapku. Wajahku berubah tersenyum dan mengangguk. "Aku Rifan." Kataku menyodorkan tanganku. "Kamu?"

Dia meraih tanganku dengan senyum. "Aku Aulia."

Tak sampai 3 detik. Dia melepas tanganku dan melenggang pergi begitu saja. Aku lagi-lagi menatap punggungnya yang menjauh dengan tersenyum.

Tiba-tiba, dia berhenti dan berjalan balik padaku. Apa dia melupakan sesuatu lagi?

"Terima kasih sudah menolongku dua kali hari ini. Dan makasih untuk vanilla lattenya. Semoga kita bisa bertemu lagi" ucapnya dengan senyum yang mampu membuat jantungku rasanya mau loncat dari tempatnya.

"Ya sama-sama" sahutku bisa menguasai diri. Cewek itu pun pergi meninggalkanku.

Aneh. Benar-benar aneh. Bisa bertemu dengannya di dua tempat yang berbeda dalam 60 menit yang sama. Dan yang lebih aneh, kenapa aku bisa begitu gugup melihatnya tersenyum ya?

"Aulia. Hmm.. Interesting" gumamku sambil mengecap americanoku yang pahit itu. Tapi, terasa manis saat mengingat wajah Aulia.

Ting tong teng.. Ting tong teng..

Dering handphone mengejutkanku dari lamunan tak beradapku ke Aulia tadi.

Kulihat kelayar handphone.

My Beloved Girl

"Halo my beloved girl everafter.." Sahutku padanya ditelpon. Suara tawa cempreng mengema diseberang sana. Hedeh, suara yang jauh dari kata seksi tapi selalu membuatku merindukannya.

Maaf Aulia. Mungkin kamu cantik, suaramu seksi, kamu lembut. Tapi, kamu jaaaaaaaaauuuuuh terkalahkan dari pacarku yang paling kucinta yang sedang menelponku ini. Maaf ya.

***

Maaf, terlambat dari jadwal updatenya. Selalu ya~ hehehe. Masih sedikit reader nih. Ayolah~ buming seperti kakak-nya Sunrise in Nightmare.

Ya ya ya. Aulia sudah muncul disini. Tapi, hanya disini. Dia akan masih disembunyikan sampai beberapa part kedepan hehehe. Sudah akan mendekati konflik berat lagi. Saya ingin secepatnya bisa menamatkan WSC ini biar bisa moveon dan ganti karya baru. Hehehe. Mudah-mudahan waktu bersahabat. Hehehe. Jadi, ditunggu ya~

Oiya buat sekuel keduanya Sunrise in Nightmare, Angel Nurses dibaca dong~ disana bukan hanya kisah persahabatan, tapi kisah cinta beragam juga akan bermunculan kok. Dinantikan aja.

Oke, jangan lupa vote dan koment ya~ feedback sangat diperlukan guys~

Sampai jumpa dipart selanjutnya~

PS : dimulmed tuh ada Kiran, Rifan sama Kevlar.
Buat yang belum tau ya~
Cast-castnya :
Kiran as Park Bo Young
Rifan as Nichkhun 2PM
Kevlar as B-Bomb Block B

Continue Reading

You'll Also Like

399K 22.3K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
1M 154K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
17M 765K 44
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
448K 1.9K 16
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!