When Sunrise Come - Slow Upda...

By AyaniOwlet

16.5K 839 175

Ketika dua orang yang sedang belajar tentang apa itu arti cinta, bagaimana itu mencintai dan dicintai diperte... More

PROLOG
Bab I - New Day -
Bab II - Beginning -
Bab III - Closer -
Bab IV - Why?! -
Bab V - Again?! -
Bab VI - Falling in Love
Bab VII - It's Love -
Bab VIII - Love Love Love -
Pengumuman Karya Baru
Bab IX - Feeling -
Bab X - Hurt -
Bab XII - Test -
Bab XIII - Ambision -
Bab XIV - Conversation -
Bab XV - Gone -
Bab XVI - Chance -
Bab XVII - Come Back
Bab XVIII - Something
Pengumuman Karya Baru II
Author Announcement

Bab XI - Crushed -

622 33 19
By AyaniOwlet


- Kiran -

Tubuhku seketika membeku melihat tampang Rifan dengan rahang terkatup rapat, mata yang tajam memandang kami, aku dan Kevlar. Bahkan wajahnya memerah menahan emosinya. Rifan memang cowok tipe emosian dan aku takut sekarang. Kupikir dia salah paham.

"Rif, jangan salah paham ini,-"

"Diam kamu Kiran!!" Rifan memotong perkataanku dengan teriakannya yang membuatku sontak membeku. Telunjuknya kini menunjuk Kevlar dengan garang. "Aku punya urusan sama cowok ini!!" Suaranya dalam menakutkan saat mengatakannya. Tubuhku bergidik.

Aku terpaku ditempatku. Kulirik Kevlar, dimalah tersenyum miring pada Rifan yang sedang menatapnya dengan garang.

Rifan berjalan maju mendekati kami, secepat kilat, dia meraih kerah baju Kevlar. Wajahnya menatap Kevlar makin garang, tapi yang ditatap malah tak gentar sedikitpun.

"Aku sudah menahan emosiku selama ini yang melihatmu selalu berusaha mendekati pacarku.." Suara Rifan pelan dan dalam berbicara pada Kevlar. Tapi, mata dan ekspresinya masih garang. "Bisa kulihat, kau yang selalu mencari setiap kesempatan untuk bisa merebutnya dariku. Kau menyukainya. Kau menaruh hati padanya. Tapi, selama ini aku masih diam saja." Sambungnya kemudian.

Aku membuka mulut, hendak menginterupsinya, tapi sejurus kemudian Rifan sudah berteriak.

"Dan kali ini!!! Aku tak bisa lagi menahan emosiku!!"

Tau-tau, wajah Kevlar sudah dihantam dengan tinjunya Rifan hingga ditersungkur ditanah. Mataku membelakak melihatnya. Aku hendak tunduk untuk membantu Kevlar berdiri, tapi sebelum aku bergerak, Kevlar sudah bangkit dan mengayungkan tangannya menuju Rifan. Namun, tinjunya tak berhasil mendarat di wajah Rifan. Karena dengan cekatan Rifan mencegatnya.

Didepanku, mereka berdua bergulat. Tapi, Rifan berkali-kali lebih unggul dari Kevlar. Terang saja, Rifan jauuuh lebih tinggi dari Kevlar. Belum lagi, badan Kevlar kecil dan Rifan lebih berisi dan berotot. Aduh. Ini tak seimbang. Tapi, bukan saatnya berdiam dan menonton seperti ini Kiran. Astaga!!

"Cukupppp..!!!" Teriakku dengan kencang. Mereka tak mendengarnya dan terus bergulat hingga berguling ditanah.

Dengan susah payah, aku meraih kaos Rifan dari belakang menarik tubuhnya untuk berhenti. Tapi, tak cukup. Aku bingung dan hanya mondar mandir dengan bodoh melihat mereka.

Dan saat ada celah, aku masuk diantara mereka. Menghalangi keduanya bergulat. Dan sukses! Mereka terdiam ditempat dengan nafas ngos-ngosan refleks mencegah agar aku tak kena gulatan mereka, tubuh mereka penuh peluh dan kotor serta wajah yang garang saling memandang.

Tapi, Rifan tak puas dia bergerak hendak maju lagi. Aku secepat kilat menghadapnya dan menahan tubuhnya dengan tangan didadanya. Dia menatapku dengan garang.

"Stop Rif. Stop." Teriakku didepannya.

"Aku tak kan berhenti. Sampai bocah itu sadar dengan siapa dia berurusan" jawabnya menggelegar. Bisa kudengar dengusan angkuhnya Kevlar dibelakangku mendengarnya.

"Sudahlah Rif. Kekerasan takkan membuahkan apa-apa. Lagian, kamu salah paham. Aku dan Kevlar hanya teman biasa." Kini aku yang sedikit emosi menangapinya.

"Kamu memang menganggapnya begitu. Tapi, kunyuk sialan itu tidak. Dia mengingingkanmu." Rifan masih terus saja dengan keras kepalanya. Ya, itulah dia.

"Aku milikmu Rifan. Apa yang kau takutkan?!" Kataku berusaha melembutkan suaraku.

Rifan memandangku dengan intens. Emosinya sedikit mengendur sekarang. "Aku takut dia merebutmu dariku" suaranya pelan mengatakannya.

Kuraih wajahnya dan menangkup dengan kedua tanganku sambil tersenyum manis padanya. "Siapapun takkan bisa merebutku darimu. Aku hanya milikmu. Percayalah" suaraku makin kulembutkan.

Wajah Rifan yang tadinya garang dan penuh kekesalan, kini melembut. Tangannya terangkat, jempolnya mengelus pipiku lembut.

Tiba-tiba, Rifan menarik tanganku dan berjalan dengan cepat. Aku tersaruk-saruk mengikutinya. Mau dibawa kemana aku?!

"Rif, kita mau kemana?" Tanyaku. Rifan masih diam saja dan terus membawaku pergi.

Tunggu dulu, kalau dia membawaku pergi. Bagaimana dengan Kevlar? Aku menoleh kearah belakang, Kevlar masih berdiri ditempatnya tadi. Dia menatapku dengan tatapan yang selama ini tak pernah kulihat dia sunggingkan.

Tatapan sedihnya.

Hatiku mencelos. Benarkah apa yang dikatakan Rifan tadi? Benarkah dia menyukaiku? Dia menaruh hati padaku? Benarkah?

Aku terus berspekulasi dengan pikiranku. Hingga aku dan Rifan sudah berada didepan motornya. Rifan sudah melepas tanganku dan naik keatas motornya, menyodorkan helmku.

"Kita mau kemana?" Tanyaku lagi.

"Ikut saja" jawabnya dengan datar dan langsung memakaikan helm padaku.

Nafasku terhembus. Ya sudahlah. Anggap saja menghibur hatinya yang sedang berkecambuk gara-gara insiden tadi. Toh, ini semua salahku.

Akhirnya, aku pun naik keatas motornya dan motor pun melaju meninggalkan rumahku. Aku menengok lagi ke belakang. Lagi-lagi, kulihat Kevlar berdiri dengan tangan bersekedap menatap kepergian kami. Ekspresinya masih sama.

Aku membuang muka lagi kedepan dan mendapati punggung Rifan. Tanganku terulur memeluk Rifan dan meletakkan kepalaku dibahunya.

Maafkan aku Kevlar, jika memang perasaanmu benar seperti yang dikatakan Rifan tadi. Maaf, karena aku hanya mencintai cowok ini. Cowok satu-satunya yang ada dihatiku. Cowok satu-satunya yang ingin aku miliki. Maafkan aku.

Dan pelukanku pun makin erat padanya. Pada kekasihku tercinta.

***

- Rifan -

Hamparan hutan dan pepohonan hijau begitu menentramkan. Belum lagi, semilir angin sore yang sejuk. Benar-benar membawa kedamaian. Setidaknya, bisa sedikit menghilangkan emosiku yang meluap-luap tadi.

Dibanding semua ciptaan Tuhan yang luar biasa dihadapanku, ada satu lagi ciptaan-Nya yang membuatku selalu bersyukur bisa memilikinya.

Cewek yang duduk disampingku.

Cewek cantik yang sedang menatap hamparan pemandangan dengan damainya. Wajahnya mungkin tak mengekspresikan apa-apa sekarang. Tapi, aku tahu dia sedang memikirkan sesuatu.

"Ini namanya bukit jingga. Aku sering duduk disini sama anak-anak band jika sedang boring. Tempatnya menentramkan hati. Setidaknya, itulah yang aku butuhkan sekarang" aku berusaha menjelaskan maksud dan tujuanku padanya. Lebih tepatnya, menjawab pertanyaan yang dia lontarkan dua kali padaku tadi.

"Iya, bukitnya indah. Benar-benar membawa kedamaian" ucapnya dengan senyum. Semilir angin sore menerpa rambutnya yang indah, membuatnya makin cantik. Matanya terpejam merasakan angin sejuk itu.

"Tau kenapa bukit ini berwarna jingga?" Bisikku ditelinganya. Wajahku kini hanya berjarak 3 centi diwajahnya. Dia belum menyadarinya karena masih memejamkan mata.

"Buka matamu Kiran.." Jempolku mengelus lembut pipinya. Matanya perlahan terbuka. Dan makin melebar saat melihat wajahku yang begitu dekat dengannya kini.

"Kenapa bukitnya berwarna jingga?" Tanyanya kini. Suaranya mencicit pelan dan bergetar. Dia menatapku dengan lekat. Wajah kami masih sangat dekat.

"Aku akan menjawabnya setelah ini." Ucapku. Dan kemudian tanpa memikirkan apa-apa lagi, kudaratkan bibirku pada bibir indahnya. Dia terkesiap. Tapi, tidak menjauh.

Bibirku masih berada diatas bibirnya, aku ingin melakukannya lebih jauh, tapi takut responnya sebaliknya. Takut dia marah. Tapi, dia memejamkan matanya. Dan aku tahu, bahwa dia mengiyakan apa yang akan kulakukan.

Dan kecupanku makin dalam padanya.

Ini pertama kalinya aku merasakan bagaimana itu rasanya ciuman dengan lawan jenis. Dengan cewek yang dicintai dan disayangi serta dipuja. Dulu, aku hanya bisa membaca dari bacaan yang aku baca, melihat dari apa yang aku lihat, dan merasakan dari apa yang dideskripsikan.

Tapi ketahuilah, membaca, melihat, dan dideskripsikan. Sepuluh ribu kali berbeda jauh dengan apa yang kita alami sendiri.

Jantung yang berdebar kencang tapi rasanya nyaman, tubuh yang bergetar dan berdesir tapi tak menganggu sedikitpun. Sungguh indah. Seakan semuanya lenyap didepan matamu. Kau hanya merasakan keindahan dari mabuk cinta.

Kututup ciuman kami dengan satu kecupan mesra yang dalam untuk cewek tercintaku. Dengan enggan, kujauhkan lagi wajahku agar bisa menatapnya. Kusunggingkan senyumku padanya.

"Dinamai bukit jingga, karena ini.." Kujawab hutangku sambil memalingkan wajah Kiran kearah tempat tenggelamnya sinar matahari.

Mata Kiran mengerjap-ngerjap takjub memandangnya. Bahkan mulutnya sedikit membuka. Aku tersenyum geli melihat ekspresinya itu.

"Sunset yang indah. Membawa semburat warna jingga keseluruh bukit ini. Dan dinamailah bukit jingga." Jelasku. Kiran tersenyum. Tapi, matanya masih terus memandang pemandangan indah ini.

"Begitu rupanya. Tapi, benar-benar indah sekali. Aku sering melihat sunset dipantai. Tapi, melihatnya dari sini, aku jadi ragu aku pernah melihat sunset. Karena, keindahannya 10 kali lipat" sahutnya dengan nada memujanya.

"Nikmatilah. Selagi bisa" ucapku dan merangkulnya dengan erat. Kepala Kiran dijatuhkan kebahuku dengan manja.

Matahari makin tenggelam dibatas cakrawala. Semburat jingga berubah menjadi rembang petang. Membuat suasana makin remang. Tapi, masih tetap indah.

Kiran mendongak menatapku kini, tangannya terulur kewajahku. Jempolnya mengelus ujung bibirku. Keningnya berkerut.

"Apa ini tidak sakit?" Tanya masih mengelus ujung bibirku. Aku mengeleng. Kening Kiran makin berkerut.

"Tapi, pecah gini. Pasti sakit" serunya dengan ekspresi cemberut yang mengemaskan itu. Lagi-lagi aku mengeleng. Tapi, aku berbohong.

Faktanya memang sakit. Apalagi saat berciuman tadi. Semua gara-gara Kevlar sialan itu. Untung saja, pertarungan tadi, aku lebih unggul. Jadi, dia hanya bisa mencederai bibirku. Selebihnya, aku baik-baik saja.

Tapi dia? Hahaha. Semoga dia menyesali bergulat denganku. Dia jauh dari kata baik-baik saja. Wajahnya bonyok disana disini dengan luka lebam yang pasti akan sembuh berminggu-minggu. Biar kapok dia.

"Rif, jangan melakukan hal itu lagi pada Kevlar. Atau pada cowok manapun. Aku gak suka kamu berantem-berantem. Itu kekanak-kanakan." Kiran mulai menumpahkan uneg-unegnya.

"Kekanak-kanakan? Tidak sayang. Itulah cara cowok mengatakan dia gentle." Bantahku dan mencubit pipi tembemnya.

"Membuktikan gentle tidak harus dengan bergulat Rif!" Serunya tak setuju.

"Harus. Seorang cowok harus menunjukan seberapa becusnya dia menjaga ceweknya. Kalau hanya dengan bertarung begitu saja kalah. Bagaimana mau menjaga ceweknya? Misalnya, dari maling atau preman?" Senyum jailku kini tersungging. Kiran berwajah makin cemberut mendengarku.

Aku meraih kedua bahunya dan menatapnya dengan lekat, "Intinya, aku melakukan hal itu agar dia tak lagi berani menganggumu" kataku sungguh-sungguh.

"Tapi, dia temanku Rif. Aku tak merasa terganggu kok. Lagian, tadi juga aku yang memintanya datang untuk mendengarkan curhatanku" wajah Kiran kini berubah murung. Nafasku terhembus melihatnya. Kiran masih saja tidak mengerti.

"Kiran, Kevlar punya perasaan lebih padamu. Lebih dari sekedar teman Kir. Dia menginginkan lebih" aku masih berusaha melembutkan suaraku. Tak mau lagi terpancing emosi.

"Darimana kau tahu hal itu?" Tanyanya kini. Ekspresinya berubah penasaran.

"Matanya memandangmu, seakan kau adalah pelangi untuknya, caranya memperlakukanmu, seakan dia rela menembus ratusan peluru demi mendapatkanmu. Aku tahu hal itu, karena aku juga merasakannya sayang!" Seruku. "Dan aku tahu, dia pasti melakukan segala cara untuk mendapatkanmu. Termasuk menghancurkan hubungan kita" sambungku.

"Tidak mungkin dia melakukan itu Rif. Seandainya memang dia punya perasaan lebih untukku, dia takkan pernah menghancurkan hubungan kita" bantahnya dengan sikap keras kepala.

"Apa jaminannya?" Keningku terangkat sebelah menanyakan hal itu.

"Misalnya tadi, saat aku curhat ke dia tentang mesra-mesraan kamu dengan manager club basket kalian.." Sejenak, bisa kulihat dia agak menahan perasaan saat mengatakan hal itu. "Bisa saja dia menjelek-jelekan kamu untuk memanas-manasi aku. Dan berujung rusaknya hubungan kita. Tapi, dia tak melakukannya. Dia malah menjelaskannya dengan baik. Jadi, dia takkan mungkin merusak hubungan kita Rif." Tutupnya dengan tegas.

Kening sebelahku masih terangkat. "Iblis bisa berubah menjadi malaikat untuk mendapatkan apa yang dia mau sayang. Jangan terlalu mudah percaya." Kataku dengan tenang.

"Maksudnya?" Giliran Kiran yang keningnya terangkat.

"Ya, bisa saja dia berbaik hati menjelaskan, memberikan nasehat dengan baik, itu semua dia lakukan demi menarik hatimu? Apalagi saatnya sangat tepat. Karena kamu sedang galau. Dia tak perlu bersusah payah menjelekanku sayang. Karena saat itu, kau sedang sakit hati denganku. Sisanya, dia hanya harus memainkan perannya sebagai malaikat palsunya dengan baik" jelasku panjang lebar.

Bisa kulihat Kiran tertegun. Wajahnya penuh dengan spekulasi. Ya, baby! Pikirkanlah apa yang kupikirkan. Aku mencintaimu. Kau harus sejalan denganku.

"Dengar Kiran, ketika aku memintamu sebagai pacarku. Dengan sendirinya, aku membiarkan hati membawaku dan menuntunku kepada besarnya cinta untukmu.." Ucapku dengan lembut selembutnya juga dengan kesungguhan hatiku. "Dan, 8 bulan ini membuatku makin mencintaimu. Saking besarnya, rasanya aku tak mampu menopangnya sendiri." Sambungku dengan tersenyum.

Aku menangkup wajahnya, mendekatkan wajahku dan menatapnya dengan lekat. "Untuk itu, jangan pernah tinggalkan aku. Aku mencintaimu Kiran. Dan aku akan melakukan apa saja demi mempertahankan cinta kita. Termasuk, menjauhkanmu dari segala hal yang berpotensi menghancurkan cintaku ini"

Kiran tersenyum mendengarku dan kudekatkan lagi bibirku kebibirnya. Meraupnya, menansferkan seluruh rasa cintaku lewat kecupan mesra ini seandainya ucapan tak cukup merangkainya.

Aku terlalu mencintainya.

***

- Kevlar -

Aku menatap wajahku dicermin kamarku. Gila. Hancur gini. Makin ganteng deh aku.

Bibir kiri kananku pecah, tulang pipiku memar biru, mataku juga demikian. Astaga, aku benar-benar kalah bergulat dengan Rifan tadi.

Sebenarnya pergulatan itu tidak seimbang. Mengingat umur? Kami beda. Postur? Sangat jauh! Dia tinggi kayak tiang listrik gitu. Aku hanya sedadanya jika berdiri. Ya, aku kan masih masa pertumbuhan. Jadi, jangan heran.

Tapi, dibanding semua ini. Kesakitan dan kehancuran diwajahku. Ada yang lebih sakit dan lebih hancur.

Hatiku.

Melihat Rifan membawa Kiran pergi dan aku hanya seperti sapi yang lihat payung tak bisa melakukan apa-apa. Hancur banget.

Belum lagi aku melihatnya naik diatas motor keren Rifan yang bisa membuat semua cewek disekolah ngiler pengen naik dibelakangnya, bahkan diban pun mungkin mereka mau dan tragisnya kami para cowok hanya bisa manyun. Dan semakin hancur saat aku melihatnya memeluk Rifan, menyandarkan kepalanya dibahu Rifan dengan mesra. Aarrgggghh.. Rasanya aku ingin menghancurkan dunia sekarang ini juga.

Kzl. Kzl. Kzl. Oke alay!

Aku menarik nafas panjang dan membuangnya panjang-panjang juga. Saking panjangnya yang dibelakang juga ikut keluar. Ups.

Ya, cinta memang butuh pengorbanan. Suatu saat Kiran pasti akan sadar dengan siapa dia pantas. Meski aku ragu sih. Aku pantas gak dengannya. Pokoknya, pantas gak pantas, aku tetap mengingingkannya.

Pertanyaannya, sampai kapan aku akan begini? Tanyakan saja kepada pinggang yang bergoyang. Hedeh..

***

Hai hai~
Jumpa lagi~ oke, hampir sebulan ya gak update. Hohoho. Maafkan daku yang selalu mengingkari tiap perkataan :(
Maaflah. Tanganku cuman dua, tubuhku cuman satu, tapi mataku empat sih. Hehehe.
Beberapa bulan belakangan aku cukup sibuk, belum lagi sebulan terakhir ini aku diserang thypoid :( aku harus badrest total :( akhirnya, semua terbengkalai. Semoga aku dimaafkan :(

Konflik satu di WSC ini udah berakhir, semakin akan mendekati konflik besar sih. Jadi, tetap nantikan ya~
Gimana? Rifan romantis gak sih dulu? Tapi, tetap sama menyebalkannya dengan sekarang ya. Hohoho.
WSC masih jauuuuuuuh dari kata selesai. Jadi, keep stay ya.

Karya baru aku, salah satu sekuel dari Sunrise in Nightmare udah terbit~ yang bercerita tentang Angel Nurse's. Yeaaah.. Silahkan dinikmati yaa~
Karya baru lainnya. Insha Allah secepatnya aku terbitin. Ditunggu ya~

Buat bonus chapternya SiN? Masih ada kok. Beberapa hari lagi. Semoga :D

Oke, segitu aja. Jangan lupa like dan komentnya yaaa..

Peluk dan kecup dari Rifan dan Kiran untuk para lovely readersnya {} :*

See u next part~

PS : itu dimulmed ada Rifan-Kiran masih unyu-unyu. Pas SMA tuh ceritanya. Saat-saat dicerita ini. Hehehehe.

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
2.6M 38.8K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
811K 52.1K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
560K 21.5K 46
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...