Cinta Beda Rasa

By yeniagustin

4.3K 193 21

Setiap cinta pasti berbeda, setiap rasa pasti bisa berubah, entah beda sifatnya, wajahnya, penampilannya bahk... More

Prolog
#1
#2
#3
#4
#5
#6
#7
#8
#9
#10
Another Note
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#19
#20 |Special Valentine
#21
#22
Another Note
#23

#18

82 6 0
By yeniagustin

"Walaupun tidak ada hal lain di dunia ini yang bisa kaupercayai, percayalah bahwa aku mencintaimu. Sepenuh hatiku."

(Sunshine Becomes You)

♡♡♡

~Randy~


Aku merasa bersalah juga jika tidak menghubungi Rayya atau pun menemuinya, hari ini aku berniat untuk menjemputnya sekolah, walau tanpa sepengetahuan Rayya terlebih dahulu, kebetulan sekali, hari ini aku tidak ada jam les pelajaran, seengganya aku bisa meluangkan waktu sedikit untuk Rayya, lagi pula aku sudah kangen dengannya.

Aku sudah menunggunya lima belas menit sebelum Rayya keluar dari gedung sekolahnya, mataku tertuju pada pintu gerbang, berharap Rayya cepat datang.

"Pacarnya Rayya ya ?" Seseorang pria menegurku, sepertinya aku pernah melihatnya tapi entah dimana.

Aku mengangguk pelan lalu memberikan senyum ke pria yang tingginya kurang lebih setara denganku, wajahnya juga terlihat tampan hingga beberapa cewek yang berlalu lalang di depan aku dan pria itu langsung melirik kearahnya.

Sepertinya pria ini sangat di idamkan di sekolah Rayya, selintas difikiranku apa Rayya juga mengidamkan sesosok pria yang di hadapkanku sekarang, dan kenapa pria ini tahu nama Rayya ?

Aku tersadar dan langsung membuang fikiran negatifku jauh-jauh, mungkin saja teman sekelasnya.

"Rayya masih di dalam kelas kayanya, beruntung banget ya lo dapetin Rayya." Tuturnya sambil mengangkat tangannya dan dia taruh tepat di bahuku dan sesekali dia menepuknya.

Aku pun hanya bersikap santai, walau sebenarnya aku tidak sama sekali tahu maksud kedatangan pria ini.

Aku terkekeh sambil melepaskan pergelangan tangannya, yang masih menempel di bahuku, "lebih tepatnya, sangat beruntung !! lo teman sekelasnya Rayya ?" Tanyaku penasaran.

Dia mengangakat sebelah alisnya, "gue penganggum berat Rayya, habis cewek lo cantik sih." Ujarnya sambil memalingkan wajahnya ke arah cewek-cewek yang sedang berjalan pulang, bahkan sesekali pria itu melambaikan tangan dan memberikan senyuman maut ke cewek-cewek itu.

Aku terkejut saat pria itu dengan gampangnya, bilang di hadapaku bahwa dia mengaggumi pacarku. Tapi sama sekali tidak aku pedulikan, aku hanya membalas ucapannya dengan senyuman dan berkata singkat di hadapannya, "oh gitu ya !"

"Setahu gue Rayya suka sama cowok romantis, tapi kok lo bisa ya dapetin Rayya, secara dari penampilan lo aja..." pria itu memutuskan pembicaraannya, dan memandangku dari atas sampai bawah, "...gue rasa lo bukan orang yang romantis !" Sambungnya lagi.

Aku terdiam sejenak berfikir siapa dia ? Bagaimana dia tahu bahwa aku bukanlah cowok yang romantis,
"lo tahu apa saja tentang Rayya ?" Tanyaku lagi-lagi aku penasaran sekagum apa dia dengan pacarku.

Sejenak pria itu terdiam sambil memutarkan bola matanya ke atas, seolah sedang berfikir, "gue tahu, dia suka basket, dia suka coklat, dia suka es krim yang sudah mencair, dia nggak suka es krim tanpa topping, dia hanya suka es krim coklat, dia suka novel romantis, dia suka di perlakukan romantis..." pria itu kembali terdiam, lagi-lagi dia mencoba mikir dengan mengelus pelan dagu dengan tangannya, "...yang jelas dia nggak suka cowok yang nggak romantis dan membosankan !" Jawabnya lagi.

Aku nggak suka dengan kalimat terakhir yang dia ucapkan, apa maksudnya ? Sepertinya dia menyindir aku, tapi tahu dari mana, kalau aku tidak memperlakukan Rayya secara romantis, apa jangan-jangan Rayya merasa bosan dengan sifatku yang seperti ini, tapi Rayya selalu menutupi rasa bosan itu ke aku.

"Oh iya satu lagi, dia suka alunan piano, tapi sayangnya dia nggak bisa main piano." sambungnya lagi dengan memberikan senyum diakhir pembicaraanya.

Kali ini aku tidak bisa membohongi fikiranku lagi, sejak awal dia menceritakan tentang Rayya, segala fikiran negatifku keluar begitu saja.

Bagaimana dia bisa mengetahui kalau Rayya senang mendengarkan alunan piano ? Bahkan aku sendiri tidak pernah mengetahui hal itu, siapa dia ? Apa dia pernah menjadi orang yang spesial di hidup Rayya ? Tapi setahu aku hanya Fadil orang yang terdekat dengannya.

"Wow ternyata lo benar penganggum Rayya ya !" Jawabku tanpa banyak bicara yang bertele-tele.

pria itu tersenyum ke arahku, bukan lebih tepatnya ke arah cewek-cewek yang sedang duduk di halte sekolah, cowok playboy. Terlintas di fikiranku, pria itu sepertinya cowok playboy, sepertinya untuk apa juga aku cemburu, bukannya cowok playboy selalu punya taktik untuk mendapatkan cewek idamannya, jadi wajar saja jika cowok yang ada di hadapanku ini, mengetahui semua tentang Rayya.

"Tentu, gue sih berharap Rayya bisa sadar, bahwa dia punya penganggum berat." Cowok itu menoleh kearah pintu gerbang, "tuh Rayya muncul, gue duluan ya." Jawabnya sambil pergi berlalu dengan sepedah motornya yang mirip dengan yang Fadil pakai, hanya saja beda warna.

Aku langsung menoleh ke arah Rayya, sepertinya dia merasa terkejut dengan kehadiranku, aku tersenyum memandangnya, Rayya pun kembali tersenyum, lalu berbicara ke Fadil dan kedua sahabatnya, entah apa yang dibicarakannya, yang jelas semua sahabatnya mengangguk setelah Rayya menunjukan jempolnya, dan mereka semua pergi kearah parkiran, tidak lupa Fadil memberikan lambaian tangannya kearahku, lalu pergi bersama salah satu sahabat Rayya.

"Jho kok nggak kasih tahu aku kalo mau datang ?" Sapanya.

Aku terkekeh, "memang kalo mau jemput pacar harus bilang-bilang ya ?"

Rayya tersenyum, "nggak sih, tapi hari ini aku mau langsung ke toko gaun untuk ketemu kak Verra." Jawabnya dengan wajah yang tertunduk, aku tahu Rayya pasti merasa bersalah jika aku sudah menunggunya lama, tapi justru dia malah mau bertemu dengan seseorang.

"kalo gitu aku antar." Jawabku, sambil menyuruhnya untuk masuk mobil.

Di dalam mobil Rayya terdiam, entah apa yang dia fikirkan, tapi dari wajahnya Rayya terlihat murung. Andai saja aku bisa membaca fikiran, mungkin aku tidak perlu menanyakan apa yang sedang terjadi dengannya.

"Kamu kenapa Aya ?" Tanyaku.

Rayya menoleh kearahku dan menggelengkan kepalanya.

"Kasian deh Dinda, dia baru saja melihat pacarnya bergandengan tangan dan berpelukan, walau dia tidak melihat secara langsung." Tanyanya.

Aku tersenyum, ingin rasanya aku menjawab bahwa hari ini aku pun merasa hal yang sama dengan Dinda, hanya saja bedanya cowok itu yang berbicara langsung kepadaku, walau aku tidak tahu pasti apa Rayya pernah bergandengan tangan apa tidak dengannya, yang jelas aku yakin itu tidak pernah.

"Terus kok kamu yang murung gitu ?" Sahutku.

"Ya aku kasian jika sahabat aku di perlakukan seperti itu, gimana kalo kamu ngerasain di posisi Dinda, apa yang kamu lakuin ?" Rayya berbicara dengan seriusnya sampai dia tidak sadar ponselnya sejak tadi berdering.

"Kak Verra berisik deh, sebentar !" Rayya bergurau kesal, dan langsung mengangakat ponselnya yang sejak tadi berbunyi, aku fikir dia tidak mengetahui bahwa ponselnya berdering.

Selama beberapa menit Rayya bercakap-cakap dengan kak Verra, entah soal apa, yang jelas sepertinya kak Verra minta pendapat soal souvenir pernikahnnya.

"Iya kakak ku yang bawel, dikit lagi sampai kok, aku lagi sama Randy, yaudah byee." Jawabnya acuh tak acuh, lalu mematikan ponselnya dan menatapku kembali, seolah memintaku untuk jawab pertanyaannya tadi.

Aku mengangkat sebelah alisku, "kamu minta aku menjawab soal Dinda ?" Ujarku. Rayya mengangguk dengan cepat, entah sejak kapan Rayya mempedulikan hubungan orang.

"Yang akan aku lakukan, bersikap santai aja, walau hati sakit, tapi aku harus percaya, karena semua orang yang berpacaran memiliki prinsip yang sama, yaitu kepercayaan, kalo dia nggak bisa percaya satu sama lain, ya ujungnya bakal kandas." Aku mencoba menjelaskan apa yang aku rasakan saat ini, aku harus percaya bahwa Rayya hanya mencintaiku.

Rayya terdiam, aku semakin bingung apa yang Rayya fikirkan, sejak tadi dia lebih banyak diam.

♡♡♡

~Rayya~

Hari ini rasanya benar-benar campur aduk, yang pertama, aku masih memikirkan foto Randy dan Fitria.

yang kedua, hari ini Fadil super nyebelin, dia selalu menghabiskan waktunya bersama Yura, aku tahu memang dia lagi dekat, tapi seharusnya Fadil paham bahwa aku butuh teman untuk menyelesaikan masalahku, dan Yura juga seharusnya ada di sampingku, mendengarkan setiap curhatanku seperti biasanya, karena aku tidak mungkin curhat dengan Dinda, karena Dinda sendiri pun selalu nempel terus dengan Dayhan.

Yang ketiga, ini benar-benar membuat aku kesal, pak Acep menyuruhku untuk mengajar ekskul di setiap sabtu pagi, aku memang sama sekali tidak keberatan jika pak Acep menyuruhku untuk mengajar anak-anak yang baru mendaftarkan diri untuk ekskul basket, justru aku merasa senang jika di hari weekend aku bisa bermain basket bersama, seengganya aku tidak merasa bosan jika Randy tidak bisa mengajakku jalan. Tapi yang membuat aku kesal adalah kenapa pak Acep menyuruhku untuk mengajar bersama Nickolas.

Yang keempat, mungkin yang terakhir ini adalah kabar bahagia untukku. saat aku keluar dari gerbang pulang sekolah, ternyata Randy sedang disana, menunggu kehadiranku. Aku tahu kenapa dia menjemputku tanpa sepengetahuan aku sendiri, karena aku tahu pasti Randy sedang kangen denganku, dan seperti yang sudah pernah aku bilang, bahwa Randy itu tidak suka banyak berbicara, dia lebih memilih pembuktian, dan hari ini dia tunjukan rasa kangennya untuk bertemu aku secara langsung.

Aku pun segera meminta Randy untuk mengantarkanku ke tempat kak Verra berada. Di sepanjang jalan aku mencoba menanyakan soal perselingkuhan Dinda, walau kenyataanya itu adalah hal yang aku alami saat Randy bisa memeluk dan menggandeng Fitria tanpa sepengetahuan aku, aku meminta Randy untuk menjawab bagaimana jika dia di posisi seperti itu, dan untuk kesekian kalinya dia menjawab dengan cuek, dan intinya adalah kepercayaan.

Aku langsung berfikir, mungkin benar apa yang dibilang Fadil dan Yura, aku memang seharusnya percaya dengan Randy, bahwa Randy memang tidak mungkin melakukan perselingkuhan.

Akhirnya sampai juga, di sebuah toko gaun pengantin, disana sudah ada kak Verra dan kak Daffa. Sulit aku pahami, kenapa kak Verra mengajakku untuk kesini, jika pun dia butuh pendapatku, aku tahu pendapat kak Daffa sudah cukup untuknya.

"Akhirnya dateng juga, gimana menurut kalian berdua." Sapa kak Verra saat mengetahui ke datanganku dan Randy.

Kak Verra dan kak Daffa sangat terlihat serasi saat mereka berdua mengenakan sebuah gaun putih dan jas putih yang keduanya pakai.

Aku tersenyum, "cocok banget kak." Jawabku, Randy pun mengangkat jempolnya, seolah setuju juga dengan pakaian yang mereka kenakan.

Kak Verra menunjukan beberapa baju yang akan dia kenakan di hari pernikahannya, dan semuanya aku suka.

"Kapan kita seperti mereka ?" Tanya Randy tiba-tiba, saat melihat kemesraan kak Daffa dan kak Verra yang sedang mencocok kan pakaian mereka.

Aku memandangi mereka, lalu tersenyum menatapnya, "saat Tuhan bilang, kamu jodohku." Jawabku singkat, walau mataku tetap terarahkan ke kak Verra.

"Aku sayang kamu." Tuturnya.

Aku langsung menoleh menatap Randy, jantungku berdetak tidak menentu, darahku seolah mengalir dengan cepat, aku benar-benar tidak percaya Randy mengungkapkan rasa sayangnya ke aku untuk pertama kalinya.

Rasanya seperti terbang, rasanya ingin tersenyum selalu, rasanya fikiran yang kacau tadi telah terobati, dan rasanya aku ingin memeluk Randy dan bilang, bahwa aku bahagia, bukan, bukan hanya sekedar itu, rasanya aku juga ingin berteriak sekeras-keranya bahwa aku bahagia hari ini dan aku juga sangat sayang dengan Randy.

"Aku juga sayang kamu Jho." Aku tersenyum, mataku masih menatapnya seolah tidak ingin berpaling darinya. "...Cubit aku jika ini mimpi." Ucapku.

Randy tertawa, dia langsung mencubit lenganku, dan itu berhasil membuat aku meringis ke sakitan.
Tapi Randy langsung sigap meniupi dan mengusap lembut lenganku yang baru saja dia cubit.

"Aku seneng ini bukan mimpi, aku memang sudah menunggu kata itu terucap dari bibir kamu, dan aku senang akhirnya kamu mengungkapkannya." ujarku.

Randy tersenyum, "happy anniversary sayang." Randy langsung memberikanku sebuah kotak kecil yang ternyata berisi coklat dan terdapat wajahku di atas coklat itu.

Entah apa yang harus aku ucapkan, bahkan aku tidak tahu harus berbuat apa, karena Randy berbicara seperti itu dengan keberadaan kita yang tidak tepat, karena bisa saja kak Daffa dan kak Verra mendengar pembicaraan aku dan Randy.

Aku benar-benar mati kutu, hanya senyuman yang aku lontarkan, bahkan aku sendiri lupa bahwa tanggal ini adalah tanggal yang bertepatan dengan hari jadi aku dan Randy untuk ke satu tahun sepuluh bulan.

"Kenapa harus di tempat seperti ini mengungkapkan nya ?" Tanyaku jengkel, walau masih ada tawa kecil di ucapanku.

"Dimana pun tempatnya ,tetap sama Ray, ucapan ini yang akan aku ucapkan." Ujar Randy. Aku tertawa saat Randy berbicara seperti itu, dia memang benar-benar bukan cowok yang romantis, tapi dia selalu buat aku bahagia.

"Makasih sayang sudah selalu ingat hari anniversary kita, terima kasih untuk coklat dan ucapan sayangnya." Aku masih menatap Randy, rasanya tidak ingin berpaling dari wajahnya yang masih terlihat gugup, karena aku tahu ini bukan hal yang mudah bagi cowok macam Randy yang hanya memahami soal buku-buku.

"Aku sayang kamu Jho." Ucapku lagi.

Randy tersenyum dan memegang lembut tanganku, "Jho seneng Aya bahagia seperti ini." Tuturnya.

Ingin rasanya aku memeluk Randy saat itu, tapi nggak mungkin juga, karena aku tahu, perlu waktu lama agar Randy bisa berani memelukku duluan.

I love you, a simple melody that can change the world.

♡♡♡

A/N: ciee Jho sudah mulai berani nunjukin ke romantisan nya ke Aya. Kayanya Jho takut deh, kalau Aya ada yang ngambil sampe berani-beraniin buat bilang sayang. Hahaha
votmen kaliannya mana nih, #ngarep

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6.1M 337K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.6M 143K 63
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
1.1M 18.8K 28
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
585K 45.3K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...