Love Me Harder (end)

By finaha201_

436K 24.7K 621

# 7 dlm rendom (05-09-'17) # 15 (14-08-'17) # 18 (09-08-'17) # 42 (25-05-'17) #Iqbaale rank 2 Memang pernikah... More

Part 1
part 2
Part 3
Part 4
Part 5
part 6
part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
part 26 (a)
part 26 (b)
part 27 a
part 27 B
28
29
30 (yeyyyy!!!)
30 B
31
32
33
33 b
34
34 B
35
36
37
37 B
38
39 (a)
39 (b)
Ilustrasi....
40
41
42
43
44
45
epilog
Bonus
Thanks to you, guys...
Pengumuman!!!
pengumuman!!! (2)
Hallo!!!
Promosi
sapaan ajah

Part 20

12.3K 595 16
By finaha201_

Masih pada penasaran kah dengan jawaban (namakamu)? Hari ini aku cuma bisa share 1-2 part, maaf yah, karna tadi waktunya kebuang sama 'PIILU'. BTW, kalo kalian BT nunggu cerbung ini yang suka ngaret, kalian bisa buka 'Papa Iqbaale, ILoveYou' dan jangan cuma baca doang dong, V+C yah, hehe..

Jangan lupa tinggalkan jejak kasih sayang kalian lewat Vote and Coment..^_^

Maaf kalo banyak Typo...

and..

Enjoy the story..

*****

                  

"eh ya (nam..), kamu seriusan ga kepikiran untuk balik sama Iqbaal?"tanya Ody sambil menatap (namakamu).

Nempakya (namakamu) terlihat bingung dengan pertanyaan Ody yang satu ini, mungkin rencananya saat itu kini buyar entah kemana, apa lagi saat perjalanan menuju rumah sakit , Iqbaal melamarnya saat ia kesakitan, jujur! (namakamu) masih tak bisa menyusun kata-katanya.

'ceklek..' belum (namakamu) menjawab, Iqbaal dan Baby Diana sudah datang.

"gimana reaksi Bunda dan Ayah baal?" tanya Oy sambil menoleh kearah Iqbaal yang sedang member peri kecilnya ke suster.

Iqbaal terkekeh sambil menatap peri kecilnya yang masukkan ke incubator. "mukanya bikin gemes tehh, susah di jelasin.."ujar Iqbaal sambil mendekat ke dua wanita itu.

(namakamu) dan Ody terkekeh.

'kekehan kamu masih lucu (nam.)' kata Iqbaal dalam hati sambil menatap (namakamu) dan bibirnya di taburi senyuman yang amat indah tampa ia sadari.

Pipi (namakamu) seketika merah saat sadar Iqbaal terus menatapnya. "baal, hm..lebih baik kamu pulang deh, udah sore dan pasti istri kamu nyariin kamu.." gugup (namakamu) sambil menundukkan kepalanya.

"aku udah izin pulang malam kok, jadi aku masih bisa liat anak kita.." ujar Iqbaal sambil terus tersenyum.

"hm..teteh keluar dulu yah, mau ngurus kamar buat kamu.." (namakamu) mengangguk.

Menghela nafasnya dengan berat sambil menutup matanya yang indah, membuka kembali matanya, dan sedikit terkejut dengan tatapn pria itu yang sungguh aneh. "natapnya biasa aja kali.."

Iqbaal terkekeh. "emangnya kenapa? Ga boleh?" tanya Iqbaal sambil menaikan alisnya.

"aneh tau ga tatapan kamu.." keluh (namakamu).

~~~~~~~

Sudah 3 hari (namakamu) dan baby Diana berada di rumah sakit, dan besok atau lusa mereka bisa pulang. Dan slama 3 hari ini, Iqbaal slalu menjenguk,eh, lebih tepatnya menjaga (namakamu).

"kamu ga kerja apa?" tanya (namakamu) sambil  menyilangkan kedua tangannya di dadanya dan menatap Diana yang sedang terlelap di box bayi.

"emangnya kenapa sih? Kayaknya hari ini bad mood banget sama aku." Iqbaal balik bertanya.

"aku khawatir aja sama Dianty."

"lho? Apa hubungannya?" tanya Iqbaal bingung nan hern.

"aku takut dia cemburu gara-gara kamu sering kemari." Ujar (namakamu) sambil terus menatap peri kecilnya.

"dia ga tau kok aku disini.." ucap Iqbaal santai sampai menoleh ke (namakamu) dan memasang senyumannya yang sungguh, tak bisa di jelaskan.

"apa?!" (namakamu) menoleh ke Iqbaal dengan muka kagetnya. " jadi kamu Cuma izin kedia buat ke kantor gitu?" Iqbaal mengangguk sambil terus tersenyum.

(namakamu) memukul sedikit keras ke bahu Iqbaal. Iqbaal hanya meringis singkat.

"aku heran sama kamu, aku salah apa sih sama kamu?" tanya Iqbaal sambil mengangkat alisnya.

"kamu salah sama istri kamu." Ucap (namakamu) cepat lalu beranjak pergi menuju sofa, duduk dan langsung melihat pemandangan di luar.

Iqbaal terkekeh dengan sikap (namakamu). "ngomong-ngomong, kamu masih ingat kan soal tiga hari yang lalu?"

Shit! Kenapa Iqbaal menanyakan hal bodoh itu lagi ke wanita ini? (namakamu) sungguh masih bimbang dengan pertanyaan bodoh itu, Tuhan! Jika Iqbaal tak menikahi sahabatnya, pasti dengan senang (namakamu) akan menerimanya.

"tolong jangan ingetin aku soal itu.." ujar (namakamu) tampa menoleh kearah Iqbaal.

"tapi aku butuh jawaban kamu.." bisik Iqbaal tepat di telinga (namakamu), entah sejak kapan Iqbaal berada di belakang (namakamu), tapi itu tidak penting!

"entah lah.." lirih (namakamu) pelan.

"ku mohon.." Iqbaal memegang kedua bahu (namakamu).

(namakamu) memejamkan matanya, berusaha menenangkan batinnya yang merasa tersiksa. "aku, aku masih ga bisa jawab pertanyaan kamu, baal." Ucap (namakamu) sambil membuka matanya, lalu membalikkan badannya kearah Iqbaal.

Iqbaal tersenyum tipis, lalu menundukkan kepalanya. "kalo kamu mau kembali ke tujuan kamu yang dulu juga gapapa," ujarnya pelan.

"maksud kamu?" tanya (namakamu) tak mengerti.

"tehh ody pernah bilang, kamu ingin membesarkan Diana sendiri, dan membiarkan dia memilih jodoh untukmu saat ia besar, benarkan?" (namakamu) membuang muka kesembarang arah lalu bangkit dari duduknya dan duduk di tepi ranjang rumah sakit.

"pulang lah.." lirih (namakamu) dengan nada dinginnya.

Iqbaal mengerutkan keningnya, tak mengerti maksud (namakamu) dan juga sikapnya yang tiba-tiba mendingin sedingin es.

"Diara pasti sedang nengis karna Ayahnya.."(namakamu) terkekeh dengan getir. "pulaglah, jangan sampai Dianty dan Diara khawatir."

"aku ga mengerti maksud kamu, (nam..).' bingung Iqbaal sambil menatap (namakamu) dari tempatnya.

"itu jawabanku.." Iqbaal semakin mengerutkan keningnya, sugguh tak mengerti maksud dari jawaban (namakamu). "biarkan dia yang memilih ayahnya sendiri.."jawab (namakamu) dengan tatapan kosongnya.

Iqbaal menundukkan kepalanya, lalu tersenyum tipis dengan paksa dan mengangkat kepalanya, menatap wanita yang memberinya senyum tipis yang sungguh terlihat di paksa.

"maaf.." lirih (namakamu) pelan.

"gapapa, aku tau jawaban kamu yang terbaik untuk kita, dan aku bisa terima.." sepertinya (namakamu) masih tak tega, hingga ia bangkit dan langsung memeluk Iqbaal dengan erat.

Didalam pelukan yang (namakamu) tunjukkan, entah mengapa air bening keluar dari kedua kelopak mata Iqbaal, sungguh jawaban yang mengiris hatinya, dan untuk pertama kalinya Iqbaal merasakan hal yang serupa dengan 4 tahun yang lalu yang (namakamu) rasakan, hati yang amat sakit.

"tapi aku izinkan kamu untuk bertemu anak kita kok, aku izinkan kamu untuk bertemu aku, aku izinkan kamu untuk bisa membesarkan dia dengan sepenuh hatimu, aku izinkan.." tutur (namakamu) sambil terus memeluk Iqbaal yang mulai perlahan membalas pelukan itu. "aku tau mungkin itu ga cukup, tapi setidaknya kamu masih bisa bertemu kami berdua, dan tetap bisa membesarkan anak kita"

"makasih, itu semua udah cukup untuk aku.." ujar Iqbaal dengan suara yang sedikit serak karna tangisannya.

(namakamu) meregangkan pelukannya, dan menatap Iqbaal dengan senyumannya yang mengembang, menghapus air mata pria itu dengan jemarinya yang sangat halus. Iqbaal menutup kedua mata indahnya, menikmati setiap sentuhan yang (namakamu) berikan kepadanya, dan sentuhan itu mulai (namakamu) hentikan,mata Iqbaal perlahan terbuka kembali. Dan menatap wajah yang sangat ia sukai, wajah dengan bibir yang tersenyum, mata coklat indahnya dan lesung pipi yang semakin membuat wajah itu nyaris sempurna. Lalu, entah ada magnet apa yang membuat Iqbaal mendekatkan wajahnya ke wajah insah itu, dan keduanya mulai memejamkan mata, lalu.....

'cup...' Iqbaal mengecup singkat bibir indah itu, bibir yang manis dan sudah lama tak ia cicipi kembali, dan cepat-cepat menarik kepalanya dan langsung menatap (namakamu) yang memasang muka kagetnya, dan perlahan tangan (namakamu) memegang bibirnya,

"ma,maaf (namakamu) aku ga bermaksud.." ucap Iqbaal menyesal.

"aku mohon keluar.."lirih (namakamu) pelan sambil sedikit menunduk.

"(namakamu) aku benar-benar minta maaf.." Iqbaal memegang kedua lengan (namakamu).

"baal, aku mohon sama kamu, mulai sekarang kita jaga jarak." Pinta (namakamu) menatap sendu Iqbaal yang dengan cepat menarik tangannya kembali ketempat aslinya.

"sekali lagi aku minta maaf, (nam..), sungguh, aku tak bermaksud."

"dan kumohon sama kamu untuk pulang dan meminta maaf kepada istri kamu." Sepertinya (namakamu) tidak mempedulikan permintaan maaf Iqbaal, mengusir pria itu dan meminta pria itu meminta maaf kepada istrinya.

Iqbaal menghembuskan nafas beratnya, lalu menunduk,dan mulai berjalan ke box bayi, mengecup lama kening peri kecilnya itu dan menatap wajah mungil peri kecilnya. "Diana, Peri kecil ayah, janji yah sama ayah untuk menjaga Bunda, karna, kayaknya Ayahudah ga bisa jaga Bundamu lagi. "Iqbaal tersenyum saat melihat kedua kelopak kecil itu mulai terbuka. "jadilah peri yang slalu menjaga orang yang kamu sayang, jangan hanya menjadi putri, namun harus menjadi peri yang memiliki seribu mantra hanya untuk menjaga orang yang kamu cinta." Ujar Iqbaal, lalu ia mulai beranjak menuju pintu keluar.

"Iqbaal.." merassa di panggil, Iqbaal pun menghentikan aktivitasnya, membuka pintu, dan menoleh ke sumber suara. "tolong jaga Dianty dan Diara, jangan sampai keduanya terluka seperti aku." Pinta (namakamu) yang membuat Iqbaal tersenyum dan mengagguk.

"tolong juga jaga peri kecil kita, dan jaga dirimu sendiri, ok?" (namakamu) mengangguk dengan pelan, dan iqbaal kembali tersenyum, dan membuka pintu lebar-lebar. "aku puang dulu ya." Ujar Iqbaal sebelum keluar dan menunggu anggukan (namakamu).

Mungkin hanya Nampak luar saja ia ingin pria itu tak hadir kembali ke kehidupannya, namun di lubuk hatinya, tak sanggup untuk meninggalkan pria itu. "huft..kamu harus tenang (namakamu), kamu ga boleh kayak gini, kamu udah pilih pilihan kamu, dan kamu harus jalaninnya.."  ujar (namakamu) pada dirinya sendiri. Lalu ia menoleh kearah box bayi, karna baby Diana terlihat sudah bangun dari tidurnya, bangkit dan langsung menghampiri peri kecilnya.

*~*~*~*~*~*~*~*~*~

Waktu begitu cepat berlalu, Diana Melody Dhiafakhri atau kini sang Bunda-(namakamu) memanggilnya Ana sudah menginjak 6 bulan, tertawa menjadi rutinitasnya setiap saat, apa lagi saat kedua kakak sepupunya sudah berbuat ulah yang mengundang peri kecil ini tertawa, dan tawanya slalu membut setiap orang yang melihatnya semakin gemas.

"(nam..), Diana masih kecil, kamu yakin mau pindah? Bunda ga tega kalo dia kamu bawa kemana-mana." Tanya Rike dengan khawatir.

(namakamu) tersenyum sambil terus menatap perinya yang sedang asik bermain dengan si kembar. "keliatannya juga Ana sudah senang ke butik dan aku ajak jalan-jalan, lagian aku ga enak juga sama Bunda dan tehh Ody."ucap (namakamu).

"lho, Bunda dan tehh Ody malah senang kamu slalu menitipkan Diana ke kami, dengan senang hati kami slalu menolong kamu.." ujar Rike sambil menggenggam kedua bahu (namakamu).

"masalahnya, aku ga enak sama Stella Nina McCartney bund, sudah lama beliau membeli rumah untuk (namakamu), namun tak (namakamu) pakai, lagian Ana juga sudah mulai besar." Jelas (namakamu). Ya, prestasi (namakamu) sudah mulai di kenal dunia, saking bangganya, beberapa disainer dunia sengaja memberi rumah yang mewah namun masih terkesan sederhana, dan mau tidak mau (namakamu) harus menerimanya.

Rikemenghembuskan nafasnya dengan berat. "kalo gitu, sering-sering kesini yah, biar Bunda juga ga terlalu kesepian." (namakamu) menoleh, tersenyum dan mengangguk pelan.

"(namakamu) usahakan yah.."lirih (namakamu) dengan senyuman yang masih sirna di sana.

"ya udah, kalo gitu kamu siapin semua buat pindahan, besokkan kamu mau pindahannya?" (namakamu) mengangguk pelan. Rike tersenyum, lalu mengusap pipi kanan (namakamu) yang membuat wanita itu merasa amat nyaman dengan sentuhan hangat itu. "Bunda yakin, Bunda Diana pasti sangat bangga sama kamu, karna Bunda sendiri merasakannya." Ujar Rike sambil terus tersenyum.

Air bening itu hadir kembali dari kedua kelopak mata (namakamu), rasanya sudah sering sekali cairan itu keluar, namun tak ada kata 'habis' cairan itu. "makasih bund.." (namakamu) langsung memeluk erat Rike, rasanya seperti memeluk ibunya sendiri.

"pasti saat kamu lahiran, kamu kangen Bunda Diana kan? Makannya bayi kamu di beri mana Diana? Iya kan?" mereka terkekeh bersamaan dalam pelukan hangat itu.

"bisa jadi begitu.." ujar (namakamu) sambil merenggangkan pelukannya.

" ya udah gih, siap-siap buat besok, nanti Bunda bantu." Ucap Rike, namun (namakamu) menggeleng.

" ga usah Bund, (namakamu) udah setengah jalan beres-beresnya, Bunda tolong jaga Ana aja yah."  Rike mangangguk lalu langsung beranjak menuju ketiga cucunya, bermain bersama cucunya yang sungguh menggemaskan itu.

(namakamu) tersenyum senang, lalu beranjak menuju kamarnya dan Diana, melanjutkan beres-beresenya yang setengah selesai.

Saat asik bermain dengan ketiga cucunya...

'tingting..' bell pintu terdengar nyaring, dan dengan cepat bi tuti-pembantu rumah tangga- membuka pintu, dan terdapat seorang pria dengan kemeja kerja yang ia bulung sampai siku dengan rapih dan dua kancing atas yang ia buka.

"eh, tuan Iqbaal, apa kabar den?" tanya bi tuti sambil tersenyum ramah.

"Assalamu'alaikum bi, Bunda ada?" tanya Iqbaal dengan senyumnya yang ia kembangkan juga.

"Wa'alaiukmsalam, ada den, di ruang keluarga sama si kembar dan Diana." Jawab bi tuti, Iqbaal hanya tersenyum dan langsung berjalan menuju Rike, kedua keponakannya dan peri kecilnya yang berada di ruang keluarga.

Baby Diana sedang asik mengigit mainan gigitannya, lalu senyumannya mengembang sempurna, kedua tangan dan kakinya bergoyang-goyang senang saat melihat sesosok pria yang sangat ia kenal dan ia rindukan, aksi bayi 6 bulan ini membuat orang-orang di sekitarnya semakin gemas saja.

"duh aduh, seneng banget kayanya cucu oma satu ini.." ujar Rike sambil mengangkat Diana dan menggendongnya dengan gemas. "ada apa sih sayang?" tanya Rike, dan sedikit bingung saat Diana menoleh kearah belakang, dan membuat wanita berjilbab ini menoleh kearah belakang. "eh, ada Ayah, pantes aja keliatan seneng banget.." ucap Rike sambil bangkit dan langsung menghampiri putra bungsunya dan melupakan si kembar yang mulai asik sendiri dengan mainan mereka masing-masing, Fadhillah dengan boneka barbienya dan Fadhil dengan robot-toborannya.

"Assalamu'alaikum bunda, Ana.." Iqbaal menyalami Bundanya, lalu langsung mengambil alih Diana, menggendong peri kecilnya yang terlihat sangan senang saat di gendong oleh sang Ayah. "Aduh, peri ayah udah makin besar dan berat yah.." ujar Iqbaal yang dilanjutkan kekehannya.

"udah selesai baal, kerjaannya?" tanya Rike sambil jalan berdampingan menuju sofa.

"udah bund, makannya Ale kesini.." jawan iqbaal sambil duduk di sofa dan memangku perinya yang masih terlihat amat senang. Iqbaal terkekeh melihat kelakuan Diana, begitu pun Rike yang sudah terduduk di sebelah Iqbaal.

"eh ya, keadaan cucu Bunda yang ketiga gimana? Baikkan?" tanya Rike sambil menggenggam tangan mungil Diana.

Iqbaal memasang muka tak sukanya, dan menghembuskan nafasnya dengan berat, berusaha tenang agar sang bunda tak curiga. "baik kok, bund.." jawab iqbaal dengan santai dan tersenyum. "hm.. bund, ngomong-ngomong, (namakamu) mana yah? Kan hari ini Sabtu, pasti (namakamu) liburkan? Tapi dari tadi Ale ga liat dia tuh.." tanya Iqbaal sambil terus memperhatikan peri kecil yang sedang berada di pangkuannya.

"di kamar, lagian siap-siap buat besok."

"emangnya besok ada apaan bund?"

Rike tersenyum sambil menoleh ke Iqbaal. "besokkan Diana dan (namakamu) mau pindah." Jawab Rike santai.

Iqbaal menoleh kearah sang Ibu, menatap Rike dengan tatapan tak dapat di artikan. Bangkit dari duduknya bersama Diana yang masih ia gendong, jalan menyusul (namakamu) di kamar, Rike hanya memperhatikan, lalu terkekeh dan bermain kembali dengan Fadhil dan Fadhillah.

Di kamar, terlihat seorang wanita masih sibuk dengan beberapa kotak yang ia isi dengan barang-barang, wanita dengan dress coklat dan rambut yang masih ia gerai. "kapan datangnya baal?" tanya (namakamu) tampa menoleh kearah Iqbaal dan Diana.

Iqbaal terkekeh, lalu menaruh Diana di box bayi dengan posisi telungkup, dan langsung menghampiri (namakamu) yang masih sibuk dengan isi kotak itu.

'gep..' memeluk tiba-tiba (namakamu) dari belakang dan menghirup dalam-dalam leher (namakamu) yang berbau bunga sakura yang sangat harum dan sedikit menyengat jika terlalu dekat seperti Iqbaal saat ini.

(namakamu) mencoba melepaskan kepala Iqbaal dari lehernya, merasa tak nyaman dengan tingkah Iqbaal. "baal, ku mohon.." (namakamu) terus memohon. Namun Iqbaal enggan untuk menghentikan aktivitasnya. "baal, kamu apaan sih? Aku ga enak.."ujar (namakamu) masih dengan berusaha menjauhkan kepala pria itu. "baal, ku mohon hentikan! Aku ga enak sama Dianty." Pria itu tak menghiraukan ucapan (namkamu), hingga wanita ini kehabisan kesabaran. "STOP BAAL!!!" bentak (namakamu), dan perlahan Iqbaal menjauhkan kepalanya dari leher putih itu, dan mulai merenggangkan pelukannya, mundur 3 langkah dan membuang muka kesembarang arah.

"kenapa kamu pindah?" tanya Iqbaal berusaha untuk dingin.

"gapapa," ujar (namakamu) santai sambil terus melakukan aktivitasnya.

Merasa bt karna di abaikan oleh (namakamu), Iqbaal mencari-cari sesuatu yang membuatnya tak bosan, dan ia melihat koper besar yang belum tertutup di atas kasur, mendekat koper itu dan tertera puluhan dress, baju kaus dan kemeja (namakamu) yang amat modis. "ini semua hasil disain kamu?" (namakamu) menoleh sejenak ke Iqbaal, mengangguk singkat dan melanjutkan beres-beresnya.

"ga semua sih, Cuma beberapa"Iqbaal membulatkan mulutnya, lalu ia meraih sebuah dress tosca dengan motif yang pasti sangat (Namakamu) sukai, Iqbaal meraih dress itu dan membuka lipetannya, senyumannya kembang bak bunga marah yang ada di taman Rike.

"masih ingat sama dress itu?" tanya (namakamu) dari belakang, entah sejak kapan ia berada di belakang Iqbaal.

Iqbaal mengangguk pelan. "jadi kangen jepang.." lirihnya pelan.

"yang aku kangen sejarah kita di sana.." Iqbaal terkekeh mendengar penuturan (namakamu) yang menatapnya dengan aneh.

Iqbaal membelikkan badannya, hingga mereka saling berhadapan. "kangen pas tempurnya yah.."

'buk..' dengan sedikit kerass (namakamu) memukul lengan Iqbaal.

"geer banget sih kamu, aku tuh kangennya pas kita foto-fotonya.." ujar (namakamu) sambil menyilangkan tangannya di dada.

"ah, jangan boong deh.." (namakamu) mulai garam dengan sikap Iqbaal, ia merapihkan koper itu dengan cepat, menutupnya dan menaruhnya di dekat lemari pakaiannya. Dan langsung mengambil tas hitam kecilnya, menggendong Diana dan langsung berjalan menuju pintu, tak mempedulikan Iqbaal yang terus memperhatikannya. "kamu mau kemana (nam..)?" tanya Iqbaal yang membuat (namakamu) spontan menghentikan langkahnya.

"pergi nyari peralatan buat rumah baru," jawab (namakamu). "mau ikut?"

Iqbaal mengembangkan senyumannya, lalu mendahului (namakamu) kebawah. "kalo mau bilang aja.." bisik (namakamu) lalu ia terkekeh, dan menyusul Iqbaal sambil mengecup pipi Diana dengan gemas.

~~~di perjalanan~~~

#Bersambung

Jangan lupa tinggal kan jejak kasih sayang kalian..^^

Continue Reading

You'll Also Like

193K 10.4K 26
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesenga...
105K 2.6K 24
Grace Pernahkah kamu merasa berada Dilema antara Sahabat kamu dan Pria yang sangat kamu cinta? Aku mencintainya dan menyayangi Sahabatku Rama Salahka...
495K 37K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
278K 17.3K 31
Prilly Aliana Putri seorang wanita berumur 26 tahun,bekerja sebagai Dokter Anak disalah satu rumah sakit di Jakarta Wanita yang sangat suka terhadap...