Cinta Beda Rasa

By yeniagustin

4.3K 193 21

Setiap cinta pasti berbeda, setiap rasa pasti bisa berubah, entah beda sifatnya, wajahnya, penampilannya bahk... More

Prolog
#1
#2
#3
#4
#5
#6
#7
#8
#10
Another Note
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20 |Special Valentine
#21
#22
Another Note
#23

#9

108 7 0
By yeniagustin

"Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Karena hati tdk perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh."

(Perahu Kertas)

♡♡♡

~Rayya~


Minggu-minggu ini aku sering mengadakan belajar bersama bareng Randy, semua itu Randy lakukan karena minggu depan sudah menjelang UTS, dia ingin aku mendapatkan nilai yang bagus hasil sendiri, bukan karena hasil nyontek ke Fadil yang seperti biasa aku lakukan saat ulangan harian. Jika Randy melakukan hal seperti ini, mungkin lebih baik diadakan UTS di setiap hari saja, jadi aku bisa setiap hari menatap wajah Randy.

"Aku pulang ya. belajar yang bener Aya." Ucapnya sambil tersenyum memandangku, senyum yang indah dan ingin rasanya aku memeluk Randy ,tapi nggak mungkin aku melakukannya.

"Hati-hati Jho." Randy mengusap bahuku dengan lembutnya, lalu masuk mobil, dan pergi berlalu. Aku masih memandang mobil yang di kendarainya, hingga tak terlihat lagi.

♡♡♡

~Fadil~

Sudah senin lagi, upacara lagi, belajar lagi, tapi gue seneng, disekolah gue bisa ketawa lepas, ketemu temen-temen, dan ketemu pelajaran matematika yang gue sukai.

Hari ini tumben sekali Rayya ngajakin gue berangkat pagi-pagi, dia terlihat semangat, seragamnya yang dia pakai pun terlihat rapih, mungkin karena dasi dan kaos kaki putih yang sering sekali dia tidak pakai sekarang dia pakai dengan rapih, sesuai dengan peraturan sekolah. Gue suka lihat Rayya seperti ini. Sesampainya di sekolah, sebelum upacara dimulai Rayya meminta gue untuk mengajarkan dia pelajaran matematika, mungkin Rayya tersadar pelajaran matematika lah yang selalu membuatnya mendapatkan nilai buruk, atau mungkin karena Randy dia jadi semangat, tapi itu nggak penting bagi gue, yang jelas gue senang nglihat perubahan Rayya sedikit demi sedikit.

"Yura nggak masuk lagi." Ujar Rayya saat melihat layar ponselnya, gue rasa dia baru saja dapet kabar dari Yura melalui SMS. Gue bersikap biasa saja saat Rayya bicara seperti itu, tapi tidak untuk hati gue, entah kenapa gue jadi khawatir sama Yura, gue takut dia ketinggalan pelajaran karena seminggu lagi akan ada UTS.

Rayya menatap gue, tatapan aneh, seperti merencanakan sesuatu, "Fad lo kan pinter, gimana kalo lo tiap malam skype-an sama Yura, sekedar lo jelasin inti-inti yang terpenting aja soal pelajaran hari ini dan dua hari kedepan, kasian Yura dia pasti ketinggalan pelajaran." Mohon Rayya.

Bener apa yang gue bilang, pasti Rayya lagi merencanakan sesuatu, dan itu rencananya, "loh kenapa harus gue, lo aja ah !"

"Iihh Fadil, kalo saja gue sepinter lo, nggak mungkin gue nyuruh lo buat ngajarin Yura. Ayolah Fadil Yura kan juga sahabat kita, lo bilang kalo sesama sahabat harus saling tolong menolong." Mohon Rayya lagi.

Sebenarnya gue paling nggak suka lihat Rayya memohon seperti ini, tapi di satu sisi gue juga malu jika harus skype-an ke Yura. Nggak tahu sejak kapan gue punya rasa malu seperti ini, padahal gue sama Yura nggak ada apa-apa, tapi entahlah sejak Yura punya kesamaan sama gue, perasaan gue jadi beda kalau lihat wajah Yura.

"Fad lo harus mau ya ?" Lagi-lagi Rayya memohon, sambil mengguncang-guncangkan pundak gue. Rayya memang paling bisa kalau meminta mohon untuk hal yang menurutnya harus dilakukan. Dan akhirnya gue menuruti semua permintaannya, ini semua gue lakukan bukan karena permohonan Rayya tapi karena ucapan Rayya, untuk saling tolong menolong sama sahabat.

Upacara di mulai semua siswa berkumpul di tengah lapangan, membikin barisan serapih mungkin sesusai kelasnya. Gue dari tadi mencari Rayya biasanya dia berada dibarisan belakang bersama Dinda dan temen-temen lainnya, tapi saat gue tanya Dinda dia bilang Rayya ada di barisan paling depan. gue hanya tersenyum melihat tubuhnya dari belakang, walau gue tahu dia berubah bukan karena gue, tapi karena Randy.

♡♡♡

~Rayya~

Aku senang akhirnya Fadil mengikuti permohonan aku, itu semua aku lakukan untuk Yura, karena aku tahu sebenarnya bahwa Yura suka sama Fadil dan aku senang jika akhirnya Yura bisa jadian sama sahabat kecilku, Fadil. Maka dari itu aku memutuskan membuat rencana kecil tanpa sepengetahuan mereka berdua, selagi Yura masih di Bandung aku sengaja meminta Fadil untuk mengajarkan Yura via Skype, semua itu aku lakuan agar mereka semakin dekat dan semoga saja dengan ini Yura akan mendapatkan nilai bagus saat UTS karena adanya Fadil. Karena aku dan Yura sebelas dua belas nilainya jika ada ulangan, dan sejak adanya Randy rasa malasku untuk belajar pun hilang, dan aku rasa Yura juga harus ada penyemangat buat mendapatkan nilai bagus.

Memang, terkadang rasa sulit itu akan jadi mudah, jika dapat penyemangat dari orang yang di sukai. Seperti aku dan Randy. Aku berusaha akan mendapatkan nilai bagus, untuk membuktiin ke Randy bahwa aku bisa.

Setelah bel pulang berbunyi aku dan Fadil mulai bergegas untuk ke Cafè coklat, aku meminta Fadil melanjutkan mengajari aku pelajaran matematika di sana.

"Fad jangan pulang dulu, kata Oddy ada rapat osis mendadak." Ucap Nisa.

Oddy itu ketua osis, tapi dikit lagi jabatan dia akan digantikan oleh Fadil sebagai penerus tahun ajaran baru, aku sebagai sahabatnya senang mendengar itu, dan mendukungnya.
Fadil memang sangat hebat, dia pintar, baik, ganteng, tajir, perhatian, prestasi dimana-mana, tante Fika memang sangat beruntung mempunyai anak seperti Fadil, hanya satu kejelekan dari Fadil, ya sifat dinginnya itu.

"Yah Ray, lo pulang duluan aja kalo gitu, nanti malem gue bakal kerumah lo."

"Kalo gitu gue nunggu lo sampai rapatnya selesai." Aku nggak akan mau jika nanti malam, karena setiap malam itu aku cukup di ajarkan Randy, nggak boleh ada yang ganggu.

Fadil tersenyum menatapku, aku pun kembali tersenyum kepadanya.
"Bentar ya." Ucapnya sambil berlari kearah kantin. Aku nggak tahu Fadil mau ngapain ke kantin, padahal temen-temen osisnya sudah mulai memasuki ruang osis yang berada di lantai dua. Sambil menunggu Fadil aku lebih baik main basket, cuaca hari ini sangat mendukung, tidak terlalu panas, angin pun berhembus dengan pelan, jadi tidak masalah jika memain basket saat ini di lapangan outdoor.

"Ray ini, makan dulu, lo pasti bete juga nunggu gue." Ucap Fadil sambil memberikanku minuman, roti dan snack, lalu pergi berlari menuju ruang osis. Fadil memang sangat perhatian.

Aku mulai men-dribble bola berkali-kali dengan cara berputar sambil berlari kecil untuk pemanasan, situasi sekolah juga sangat sepi, paling hanya ada beberapa orang siswa yang melintas ke arah gerbang, mungkin baru pulang, dan murid-murid yang masuk siang pun belum datang.

Aku pun mulai melakukan shooting, sekali tidak masuk, dua kali meleset, ke tiga kali aku melakukan teknik set shoot satu tangan, dan berhasil masuk, ke empat kali teknik set shoot dua tangan, lagi-lagi masuk, ada senyum senang terlintas di bibirku, walau aku tahu, tidak ada yang melihat keberhasilan aku ini, ke lima kalinya aku mencoba dengan teknik lay up sambil berlari kecil lalu aku memasukan bola ke ring dan lagi-lagi masuk dengan sempurna.

Suara tepuk tangan terdengar jelas tepat di belakangku, aku pikir itu Fadil, tapi saat aku menoleh ternyata bukan, dia adalah Nickolas, cowok kelas IPA 2 yang sering dibicarakan para cewek-cewek karena cap playboy dan ketampanannya.

"Wow.." Sapa dia ke aku. Tak ada respon dariku, sebenarnya aku paling nggak suka melihat cowok yang sok playboy, cowok playboy itu hanya bisa mempermainkan perasaan wanita seenak hatinya, mentang-mentang dia ganteng. Tapi beruntung sekali walau Randy dan Fadil mempunyai wajah tampan, tapi mereka bukan seorang playboy.

"Hay gue Nickolas. Lo kapten basket tim cewek ya ?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya. Aku hanya membalas dengan senyuman.

"Gue kapten basket tim cowok." Ujarnya lagi.

Sombong banget sih dia, tanpa dia beri tahu, aku juga sudah tahu dia seorang kapten basket, rasanya aku ingin menjawab: kalo lo tim basket terus gue harus bilang WOW gitu ? Atau mungkin, hati gue bisa luluh gitu saat lo bilang lo kapten basket, terus gue dengan mudahnya jadi suka sama lo ?

Hah ? Dan itu nggak akan mungkin, karena aku sudah mempunyai cowok yang lebih tampan dan lebih setia dari pada Nickolas.

Aku hanya tersenyum kembali sambil memainkan bola basket di tanganku, tapi sama sekali aku tidak memandang wajahnya, bukan karena takut jatuh cinta, cuman aku nggak suka saja melihat wajah yang sok gantengnya.

"boleh gue ikut main sama lo ?" Kini Dia merampas bola yang aku pegang, lalu mulai men-dribbel, dengan terpaksa aku pun menyetujui dia ikut bermain.

Hampir lima kali bola masuk dengan sempurna ke dalam ring, tapi bukan aku yang memasukan melainkan Nickolas, sedangkan aku, aku hanya bisa memasukan bola sebanyak tiga kali.

Aku akui cara bermainnya Nickolas sangat hebat, belum lagi beberapa gaya yang dia tunjukan saat memasuki bola ke ring, dia memang terlihat cool, mungkin ini yang bisa membuat para wanita tergila-gila dengan Nickolas, dia memang terlihat keren dalam keadaan apa pun.
Ah.. tapi tidak bagiku.

"Rayya ?" Teriak Fadil dari lantai dua.

"Gue pulang dulu." Aku langsung meninggalkan Nickolas,

"Tunggu.." teriak Nickolas. "Lo belum kasih tau nama lo ?" Teriaknya lagi.

"Rayya." sahutku.

"Oke Rayya, next time kita bisa main bareng lagikan ?" Tanyanya sambil teriak.

Terserah. Batinku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Sepertinya Fadil mendengar percakapan aku dengan Nickolas, dia menatapnya tidak suka.

"Ngapain sih lo sama dia ?" Tanya Fadil. Sudah aku duga pasti Fadil tidak suka aku dekat sama cowok yang jelas-jelas terkenal playboy.

"Hanya main basket bersama."

"Gue bilangin Randy !"

Aku paling nggak suka jika Fadil sudah main ancam-ancaman, apa lagi jika sudah bersangkutan dengan Randy, lagi pula ini hal yang sepele dan Randy juga pasti mengerti.

"Fadil mulai deh, gue aja baru main sama dia, terus lo muncul, lagian nggak akan gue macem-macem sama cowok kaya dia. Ihh."

"Jangan bicara seperti itu, lo nggak pernah tau satu detik kedepan semua bisa aja berubah, termaksud perasaan."

"Terserah, gue sayang Randy dan hanya Randy pria yang tampan, pinter, dan setia." Ucapku kesal.

"Tapi nggak romantis." Ujar Fadil sambil memeletkan lidahnya seolah meledeku.

♡♡♡

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 136K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.1M 45.7K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
2.7M 279K 65
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?