When Sunrise Come - Slow Upda...

By AyaniOwlet

16.5K 839 175

Ketika dua orang yang sedang belajar tentang apa itu arti cinta, bagaimana itu mencintai dan dicintai diperte... More

PROLOG
Bab I - New Day -
Bab II - Beginning -
Bab IV - Why?! -
Bab V - Again?! -
Bab VI - Falling in Love
Bab VII - It's Love -
Bab VIII - Love Love Love -
Pengumuman Karya Baru
Bab IX - Feeling -
Bab X - Hurt -
Bab XI - Crushed -
Bab XII - Test -
Bab XIII - Ambision -
Bab XIV - Conversation -
Bab XV - Gone -
Bab XVI - Chance -
Bab XVII - Come Back
Bab XVIII - Something
Pengumuman Karya Baru II
Author Announcement

Bab III - Closer -

905 66 15
By AyaniOwlet


- Rifan -

Aku menatap satu per satu para peserta MOS yang masuk sekolah sambil di periksa kelengkapan mereka. Aku tak turun untuk memeriksa, hanya mengawasinya. Aku sudah dua kali ikut kegiatan MOS. Rata-rata semuanya seperti ini. Tak ada yang menarik.

"Eh apa-apaan ini kepang? Ini kurang ini" suara salah satu cewek anggota osis tertangkap di telingaku. Aku menatap ke arah cewek itu. Dan senyumku tersungging melihat dengan siapa cewek yang sedang di marah-marahi itu.

Aku berjalan mendekati mereka. Mungkin ada pengecualian tentang ketidak-menarik-an yang aku cap di setiap kegiatan MOS jika ada satu cewek. Tidak. Satu anak kecil yang selalu membuatku sukses tersenyum geli walau hanya melihat ekspresinya.

"Kepang kamu kurang, ini 10. Seharusnya 11. Jadi kamu harus berdiri di barisan yang kurang lengkap" seru anggota osis yang sedang memarahinya. Aku sudah berada di hadapan mereka. Mereka belum menyadariku.

"Pas ini kok 11. Ini ada yang kecil." Jawabnya sambil mengangkat satu kepang kecil di samping kepalanya. Aku menahan tawa melihat bentuk kepangnya. Dia pasti buru-buru saat membuatnya.

"Ini gak di hitung terlalu kecil" anggota osis tersebut masih tak terima dengan pembelaanya.

"Di hitung kok kak. Anggap aja ini kepang masih tunas di antara pohon. Tunas pun ingin eksis kak. Hehehe" serunya lagi sambil nyengir lebar.

"Hahahahah" tawaku akhirnya meluncur tak bisa kutahan melihat tingkahnya. Sontak, mereka berdua; baik itu si kecil Kiran, -yang kutahu namanya dari daftar peserta MOS- maupun anggota osis yang memarahinya, melihatku. Aku pun menguasai diri kembali dan memasang tampang kalemku.

"Sudahlah. Itu tunas juga masuk hitungan. Selain itu, dia ada kurang gak?" Sahutku kini. "Gak ada si kak. Bener nih masuk hitungan?" Tanya anggota osis itu. Aku pun mengangguk mantap dan mengisyaratkan dengan kepala untuk membiarkannya lewat. Karena, para MOS yang kurang lengkap akan di pisahkan untuk di hukum. Sedangkan yang lengkap akan lanjut ke Aula.

Kiran pun terbebas dan berjalan masuk menuju Aula. Saat melewatiku, dia senyum manis dan membentuk kata "thanks" tanpa suara kepadaku kemudian melenggang masuk. Dan..

Blaaaaazzzzttthhhhhhh..!!!

Apa itu tadi?! Tubuhku seakan tersengat listrik saat melihat senyum manis Kiran tadi. Bahkan kini aku begitu kikuk. Sialan.

Eh tunggu, aku jadi teringat sesuatu. Aku pun berjalan mengikutinya dengan langkah cepat dan berdiri di depannya menghalanginya berjalan. Dia berhenti dan menatapku dengan kebingungan.

"Surat cinta yang sudah aku tugaskan sudah kamu buat kan?" Tanyaku padanya.

"Sudah kok kak. Tenang aja" sahutnya dengan santai. "Oke, pada akhir kegiatan. Kamu memberikannya langsung padaku. Jika tidak, kamu akan aku hukum besoknya. Jangan lupa" kataku sambil lagi-lagi menahan senyum melihat ekspresinya yang tiba-tiba berubah masam mendengar kata-kata awalku.

Kiran, beberapa hari ini kamu akan jadi mainanku. Tenang saja, hanya aku. Jika ada yang lain, maka mereka akan berurusan denganku.

***

- Kiran -

Aku merenggangkan tubuhku ke kiri dan ke kanan. Rasanya pegal sekali dua jam duduk mendengarkan materi orientasi tadi. Udah gitu di pantau lagi sama kakak-kakak osis. Dan di catat namanya siapa yang bercerita, siapa yang bermain dan siapa yang gak fokus saat materi. Setelah itu, akan di hukum saat istirahat.

Jadilah, aku diam membisu seribu bahasa yang sangat jarang terjadi. Well, tekniksnya tadi itu belajar. Mungkin aku bisa mentoleransinya karena aku suka belajar. Alhasil, aku terbebas dari hukuman.

Tak terasa, MOS hari pertama ini sudah hampir berakhir. Dari pagi sampai sekarang pukul 15.12 ini. Kita sudah melewati tiga kegiatan. Yaitu materi dan pengajaran baik itu seputar sekolah maupun kurrikulum. Sekarang, tinggal satu kegiatan sebelum pulang. Dan kegiatan yang menyebalkan. Yaitu; meminta tanda tangan kakak-kakak osis. Hedeh, udah kayak artis aja. Okelah kalau di minta tanda tangan mereka langsung kasih. Ini? Kayaknya kita bakal di kerjain ini itu dulu deh. Susah lah jadi junior. Mana nanti akan di periksa pula. Siapa yang kurang dari 20 tiap harinya bakal di hukum besok. Asem dah.

Seorang kakak osis pun memberikan pengumuman, jika kegiatan ini sudah dimulai. Kita hanya di beri waktu sejam untuk kegiatan ini dan silahkan mencari tanda tangan kakak-kakak osis.

"Sar, kita cari yang baik-baik hati aja yuk. Malas banget yang suka ngerjain" ajak ku pada sahabatku Sarah. "Iya yuk. Kita lihat aja dulu anak-anak yang lain. Kalau ada yang dapat dari kakak yang baik. Kita ikutan" sahut Sarah. Kita pun cekikikan karena ide makan tulang kita.

Aku dan Sarah pun mulai mengumpulkan tanda tangan. Kita memang berhasil mendapatkan beberapa yang baik, tapi banyak juga yang mengerjai. Seperti di suruh nyanyi dululah, joget dululah, baca puisi dululah. Hedeh, sompret banget dah.

Dan sialnya! Tiap harinya kita harus mendapatkan tanda tangan 5 struktur tertinggi di osis. Yaitu ketua osis, wakil, sekretaris umum, bendahara dan ketua panitia MOS. Dan kelimanya itu sangat susah di dapatkan tanda tangannya. Aku dan Sarah malah baru bisa ngumpulin keempatnya. Itupun dengan susah payah di kerjain habis-habissan. Tinggal satu. Sang ketua osis yang sedang berdiri di bawah tiang bendera di kelilingi oleh teman-teman peserta MOS yang katanya belum sama sekali mentanda tangani satu pun buku peserta MOS. Sedangkan waktu tinggal 30 menit.

Aku dan Sarah pun mendekat ke kerumunan itu. Jujur saja, aku belum tau siapa sih sang ketua osis sok belagu itu. Udah kayak presiden aja. Minta tanda tangan aja susah.

"Eh, kenapa sih ketua osisnya gak mau tanda tangan?" Tanyaku pada salah satu wanita yang berdiri ikut mengantri. Kita berdiri di di kerumunan paling belakang.

"Gak tau. Dia cuman bilang sedari tadi kalau belum saatnya dia kasih tanda tangan. Ganteng-ganteng belagu" jawab wanita itu. Ganteng? Oke, ku akui hampir semua anggota osis lelaki di sini ganteng. Tapi, menurutku yang paling ganteng cuman satu.

Penasaran, aku pun naik di salah satu gundukkan agar wajah ketua osis yang di tutupi kerumuman pengantre tanda tangan itupun dapat kulihat. Sontak aku terkesiap melihat siapa orangnya. Asem dah!! Tuh lelaki tampan yang membuatku tak berhenti melihatnya waktu itu. Dan well ya, dia memang sedikit menyebalkan. Karena seenaknya. Dan dia juga arogan. Tapi, ganteng sih.

Melihatnya, aku jadi ingat surat cinta yang dia tugaskan untukku. Katanya, aku harus memberikannya langsung. Jika tidak, aku akan di hukum besok. Aduh, mana masih banyak orang lagi.

"Sar, bagaimana nih aku harus kasih surat ini ke Kakak itu. Jika tidak, aku bakal di hukum besok" kataku pada Sarah sambil mengenggam surat itu dan menunjuk sang ketua Osis yang belum ku tahu namanya itu.

"Ya udah kasih gih sana. Nanti malah dihukum lagi besok" sahut Sarah sambil mendorongku. "Tapi kan aku malu Sar, masih banyak orang." Jawabku.

"Kan cuman kasih surat kan? Ya udah selesai. Siapa tau kamu bisa di kasih tanda tangannya. Coba aja gih" Sarah terus mendorongku untuk maju. Sebenarnya aku ragu, tapi aku juga malas banget besok harus di hukum.

Dengan modal kenekatan besar, aku pun maju meringsut di tengah kerumunan. Dan akhirnya tiba di barisan paling depan. Tiba-tiba, tatapan lelaki ganteng tapi songong itu bertemu denganku. Dia menyunggingkan senyum miringnya dan bergerak-berjalan ke arahku. Oh God. Apa yang akan dia lakukan?

"Tak lupa kan?" Tanyanya saat sudah berada di hadapanku. Dari lirikanku, semua pasang mata yang ada di sana; baik itu para peserta MOS maupun kakak-kakak osis. Menatap kami dengan tatapan penasaran.

"Gak kok kak. Nih" jawabku sambil menyodorkan surat cinta beramplopkan pink bunga-bunga itu padanya. Dia tidak mengambilnya. Kedua tangannya masih berada di saku celanannya. Dia hanya menatap surat itu yang tersodor lewat tanganku. Dan masih tersenyum miring.

"Bacakan untukku. Yang lantang!" Serunya dengan tegas.

What??!! Apa yang dia bilang? Bacakan yang lantang? Apa dia gila? Gak mau. Surat ini aku tulis sangat penuh dengan kata-kata cinta karena sesuai permintaannya dan Well, sedikit konyol. Bahkan aku menulis beberapa kalimat yang kuharap yang aku, dia dan Tuhan yang tau. Dan malah kini dia memintaku untuk membacanya? Oh tentu tidak!!

"Eh, kayaknya dalam tugas itu gak ada perintah bacakan dengan lantang di tengah kerumunan orang deh kak" sahutku sambil tersenyum kikuk.

"Jadi, kamu tak mau melakukannya?" Tanyanya dengan kening sebelah terangkat sempurna. Aku mengangguk kaku menangapinya.

Dia menggerakkan kepalanya maju mundur dengan tatapan mengerti. "Baiklah, kalau kamu tak mau. Aku juga takkan mentanda tangani satu pun buku para peserta MOS yang ada di sini. Dan bisa kau tebak kan? Besok kalian semuanya akan di hukum beramai-ramai." Sahutnya dengan sikap arogannya.

Sialan! Mahluk songong sialan! Terjebak aku. Alamak. Tak bisa mengelak ini. Riuh-riuh protes terdengar dari para peserta MOS. Bisa di demo aku ini jika aku menolak. Ini namanya aku dijadikan kambing congek. Menyebalkan.

"Ku beri kau waktu berfikir selama 5 menit. Setelah itu, aku bakal pulang dan besok, kalian semua pasti akan di hukum" serunya lagi masih dengan sikap arogannya yang luar biasa menyebalkan itu.

Riuh-riuh protes di sekelilingku makin terdengar, aku bahkan bisa mendengarkan ada yang berteriak, "sudah, bacakan aja" .Bacakan, bacakan pala lu muntah-muntah. Ini masalah harga diri cuy.. Kalau kalian di posisi aku juga kalian berat lah.

Aku mengigit bibirku. Mendongak menatap wajah si kak Rifan songong itu dengan tatapan mengiba. Bukannya dia mengiba. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara? Dia malah tergelak. Sialan! Si sompret itu kayaknya menikmati apa yang terjadi. Memangnya aku ini badut hiburannya apa?! Arrgh.. Menyebalkan!

***

- Rifan -

Aku benar-benar berusaha menahan tawaku melihat wajah anak kecil si pendek dan tembem itu yang kini menatapku dengan wajah yang benar-benar memelas. Bukan Rifan namanya jika hari ini aku takkan memaksamu untuk melakukan apa yang aku minta.

Aku menatap arlojiku. Menunjukkannya dengan sengaja dan menatap dirinya lagi dan memasang wajah seriusku.

"Waktu mu tinggal 1 menit. Jika kau tak mau membacakannya, maka aku akan pulang sekarang. Dan, selamat tinggal untuk tanda tangan, dan selamat datang untuk hukuman besok" Seruku dengan lantang.

Dari lirikanku, ku lihat teman-teman anggota osis menatapku dengan tatapan geli dan bingung. Ya bagaimana tidak, ancaman pulang itu hanya gertak sambal belaka. Orang setelah ini kita akan rapat untuk kegiatan besok kok. Hahaha.

Riuh-riuh protes dari peserta MOS makin menggema. Semua di tujukan pada satu orang yang sedang berdiri dengan memegang surat cintanya dengan tatapan kesalnya.

"Oke, time up! Aku pulang sekarang. Good bye" sahutku sambil berpura-pura berjalan balik meninggalkan mereka. Para anggota osis lainnya juga ikutan bersiap-siap berjalan balik mengikutiku. Para peserta MOS makin ribut dan panik di belakang sana.

"Oke. Oke. Aku akan membacakannya. Please jangan pulang dan tanda tangani semua buku kita" teriak suara cempreng milik si pendek itu. Aku tersenyum miring dan membalikkan lagi langkah ku dan berdiri di depan para peserta MOS.

"Oke, maju di depanku dan bacakan dengan lantang" perintahku sambil melipat tanganku di dada dan menatapnya dengan tatapan khas ku, yang katanya arogan itu.

Bisa kulihat dia memejamkan mata setelah itu menghembuskan nafas berat. Aku menahan senyumku lagi. Dia pasti sangat malu sekarang. Setelah akhirnya membuka mata, dia pun maju dengan langkah pelan hingga tiba di depanku.

Dia mendongak menatapku dengan kesal. Aku menyunggingkan senyum miringku. Dia mulai membuka suratnya, dan rona merah timbul dari pipinya.

"De.. Dear kakak kelasku yang paling ga.. Ganteng dan ta.. Tampan sejagat langit dunia" Kiran pun mulai membacakan surat cintanya dengan terbata-bata.

"Ehem. Bacakan yang baik. Kalau dengan terbata-bata begitu, bagaimana aku bisa dengar dengan baik?" Protesku. Kiran pun menghembuskan nafas lagi.

"Pertama kali melihatmu, aku benar-benar terpukau. Rasanya tubuh, dan seluruh anggota gerakku tak bisa berfungsi dengan baik. Kau menghipnotisku.." Lanjut Kiran kini dengan lancar tanpa terbata-bata. Aku berusaha fokus ke bacaannya dan wajahnya yang begitu imut dan manis saat merona seperti ini.

"Tak ada rangkaian huruf yang bisa ku bentuk dengan kata-kata untuk mengungkapkan perasaan ini. Tak ada proses logika yang bisa mencerna akan perasaan ini. Aku tak tahu, aku tak mengerti. Perasaan yang terus menjalar saat melihat mu. Perasaan yang tak berhenti mengalir saat kau menatapku. Meski aku berusaha belajar, tapi tetap saja aku menjadi bodoh akan rasa ini" lanjutnya lagi.

Aku tertegun mendengarnya, tiba-tiba jantungku berdegup kencang mendengarnya. Aku seperti mendengar sebuah ungkapan rasa yang begitu indah. Orang normal pun, mungkin akan terpukau mendengarnya. Bahkan bisa kulihat para anggota osis dan peserta MOS pun masa tertegun mendengarnya.

Dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan bait berikut dari surat cintanya itu. Dia kelihatan lebih malu saat ingin membacanya. Bahkan kini dia mengigit bibirnya. Dan menghembuskan nafas berkali-kali.

"Hanya segitu saja? Apa yang kau tunggu. Lanjutkan!" Desakku tak sabar. Benar-benar tak sabar.

"Akhirnya, aku pun mengerti kalau rasa ini ternyata rasa yang di sebut dengan perasaan jatuh cinta. Oh, kakak yang tampan. Aku jatuh cinta padamu. Sungguh jatuh sejatuh-jatuhnya" sambungnya kini dan memejamkan mata-malu di akhir kata. Aku menahan tawaku lagi. Lucu. Rasanya kata-kata cinta itu sudah biasa di dalam surat cinta, kenapa dia musti malu?

"Andai bumi bisa ku beli, akan ku beli untuk kakak. Agar hanya kita berdua saja yang tinggal di dalamnya. Akan ku usir semua mahluk. Khususnya mahluk yang berjenis kelamin wanita. Dan mahluk yang berstatus homo. Dan mahluk jadi-jadian. Agar tak ada lagi yang mengganggu kita berdua.." Kini dia menunduk saat selesai membacakan bait itu. Aku mengangkat kening sebelah ku. Ya, kali ini memang memalukan. Bahkan semua yang mendengarkan di sini tergelak. Entahlah, bagiku kata-kata itu tidak lucu. Justu, romantis.

"Jika masih ada lagi yang menganggu kita berdua setelah aku membeli bumi, maka aku akan membeli planet mars untuk kita tinggali. Toh di sana katanya ada oksigen dan nitrogen yang cukup untuk kita berdua tinggal. Bila perlu, akan ku usir para alien-alien itu. Dirimu terlalu ganteng kak, bisa-bisa para alien juga jatuh cinta denganmu.." Kiran melanjutkan lagi surat cintanya yang kini rasanya makin konyol. Semua orang tergelak, aku hanya tersenyum. Karena bagiku ini terlihat romantis. Kalau seandainya ini perasaannya yang sesungguhnya. Apa kata-kata yang tepat untuknya ya? Hmm.. So sweet?

"Lihat kak, aku rela membeli apapun untuk kakak. Saking aku jatuh sejatuhnya. Tapi, setelah ku pikir-pikir aku tak punya uang untuk membeli apapun. So, ku putuskan kita tetap tinggal di bumi dengan gratis. Oke, membayar pajak sih. Ya, tapi dengan orang-orang yang punya kesempatan untuk merebut kakak. Baik itu cewek-cewek normal, cabe-cabean, hombreng, maupun manusia jadi-jadian" lanjut Kiran membaca surat cintanya. Kini aku tak lagi menahan tawaku. Aku tertawa terbahak-bahak. Para peserta MOS dan anggota osis pun tertawa. Dan Kiran? Kebingungan melihat kita tertawa. Gadis konyol.

"Kurasa itu saja surat cintaku. Semoga kakak puas. Dan sangat puas sehingga tidak lagi memintaku menulis surat cinta. Maaf kak, aku bukan tipe romantis. Salam cinta, Kiran" tutupnya dan kemudian menundduk malu.

Tak di sangka, semua yang ada malah tepuk tangan untuknya. Aku mengatur lagi ekspresiku menjadi arogan. Dan menatapnya dengan tangan di saku celana. Salah satu anggota osis menyuruh semuanya diam dari riuh heboh akan surat cintanya Kiran.

"Aku belum puas. Besok, kamu buat lagi yang lebih bagus untukku dan bukan yang konyol seperti itu" Kataku pada Kiran. Dia tampak kaget dengan keputusanku dan akhirnya menghembuskan nafas pasrah. Aku menahan tawa lagi.

"Tapi, aku akan memenuhi janjiku. Mentanda tangani buku kalian. Silahkan antri satu-satu. Untuk Kiran, kamu terakhir" sambungku lagi. Mendengarku, Kiran mengembungkan pipinya yang tembem itu dengan muka cemberut yang benar-benar lucu. Hahaha. Anak ini terbuat dari apa sih.

Para peserta MOS pun kini mengantri untuk di tanda tangani bukunya dari ku. Sambil mentandatangani buku mereka, tatapanku tak terlepas pada sosok yang berdiri di belakang sekali yang sedang mengerutu di temannya dengan muka kesal dan cemberutnya yang imut. Kiran, kenapa aku tak bisa berhenti menatapmu? Mataku seakan tak rela berpindah dari dirinya. Oh apa ini? Sialan!

***

- Kiran -

Akhirnya, setelah mengantri bermenit-menit lamanya. Aku berada di barisan kedua juga. Sialan banget tuh si ketua osis kakak kelas songong Rifan itu. Aku benar-benar malu saat membacakan surat cinta itu. Surat cinta yang aku buat semalam dengan keadaan ngantuk dan bete. Akhirnya isinya konyol deh. Aku memang sengaja agar dia juga bacanya bete. Gak taunya dia malah suruh aku membacanya. Tau gitu aku bikin yang bagus-bagus dan romantis deh. Eh?

Aku pun kini tiba di hadapannya. Dan menjadi orang terakhir yang dia tanda tangani bukunya. Dia menatapku dengan senyum miringnya yang begitu menyebalkan bagiku. Padahal dengan ekspresi itu, dia begitu tampan.

Aku menyodorkan bukuku untuknya. Bukannya mengambilnya dia malah meletakkan kedua tangannya di saku celananya. Sialan. Apa lagi ini?!

"Mau aku tanda tangani buku kamu?" Tanyanya dengan ekspresi arogannya yang pengen bikin muntah. Untung aja dia ganteng. Aku mengangguk menjawabnya.

"Aku gak suka di jawab dengan anggukan. Gak sopan" sahutnya dengan intonasi kesalnya. Aku mengerutkan keningku. Elah.. Emang situ siapa sih? Songong banget.

"Iya kak. Aku mau kakak tanda tangani bukuku" jawabku sesopan mungkin. Padahal nih hati udah dongkol banget.

"Oke aku akan tanda tangan. Tapi, kamu harus melakukan sesuatu untukku besok." Jawabnya.

Aku menatapnya dengan kesal. Hedeh, apa lagi sih? Gak bisa orang lain apa? Kenapa aku mulu sih? Ku cabut lagi kata-kata kalau dia ini malaikat penyelamatku tempo lalu. Kenyataannya dia ini setan bertanduk ijo yang menyebalkan.

"Melakukan apa kak?" Tanyaku.

"Gini, ortuku sedang di luar negeri. Asissten rumah tanggaku sedang pulang kampung. Jadi, aku gak sarapan sudah berapa hari ini." Jelasnya kini. Hah?! Emang itu urusan aku gitu? Please deh.

"So, besok kamu harus bawain aku sarapan." Sambungnya. What??! Gile!! Emang aku siapanya dia sampe harus bawain dia sarapan? Oke, ku akuin dia kakak kelas yang kini harus di hormati. Tapi aku kan bukan pembokatnya woii..!!

"Ya, kalau gak mau bawa juga gak apa-apa. Tapi, aku gak akan tanda tangani buku MOS kamu. Hari ini ataupun hari-hari berikutnya. Oh, lebih tepatnya sampai selesai MOS." Sahutnya dengan intonasi santainya. Sialan. Sialan. Sialan. Ya sudahlah, hanya sarapan kan? Aku bisa beli roti pabrik sebiji dan susu kotak sebiji. Habis perkara.

"Eits, tapi aku gak biasa sarapan dengan roti atau makanan ringan. Aku harus makan nasi dan juice" seakan tau isi dalam pikiranku, dia pun memprotes dengan songongnya. Sompreeeeeeet!! Jadi apa? Aku harus masak pagi-pagi buat dia gitu?? Bikin juice pula?! Alamak, sial apa aku ketemu cowok sableng kayak dia ini. Ku kasih racun juga nih orang.

"Gimana? Mau gak? Kalau gak aku pulang nih. Tuh buku gak usah aku tanda tangan." Serunya kini. Aku menghembuskan nafas pasrah. Sudahlah. Turuti saja. Toh tinggal dua hari dan aku bisa bebas sama ini orang.

"Oke. Akan ku buatkan." Jawabku dengan ketus. Dia tersenyum miring mendengarku. Satu hal, di balik sikapnya yang menyebalkan. Jika aku menyahutinya atau menjawabnya dengan intonasi kesal atau ketus. Dia tak pernah marah. Malah tersenyum. Padahal aku sudah bersikap tidak sopan padanya. Aneh.

"Good girl. Sini bukunya" sahutnya sambil menyodorkan tangannya meminta bukuku. Aku pun memberikan bukuku padanya. Dia melihat-lihat seklias buku tanda tangan itu sambil mengangguk-angguk.

Aku menatapnya yang sedang meneliti bukuku. Cowok ini, jauh jauh jauh jauh di dalam dasar hatiku. Dia baik. Hanya dia memanfaatkan waktu-waktu MOS sialan ini untuk mengerjaiku. Aku tak tahu apa alasannya, tapi kenapa harus aku terus yang jadi mangsanya? Apa dia tidak bosan apa mengerjaiku.

Aku terus menatapnya hingga akhirnya sadar kalau tangannya sudah menyodorkan bukuku di hadapanku. Aku pun segera mengambilnya dan melihat hasil tanda tangannya.

"What????" Teriakku histeris seketika saat melihat apa yang terjadi dengan bukuku.

Si sompret mentanda tangani buku ku dengan sangat besar, satu halaman full. Halaman yang bisa muat untuk tanda tangan kakak kelas besok pun tak bisa lagi di pakai karena ulah tanda tangan raksasanya si sompret.

Arrgggh.. Rifan kutu kupret!! Padahal baru saja rasanya aku memujinya baik di dalam hatiku. Cih.. Aku tarik lagi kembali kata-kata baik itu. Dia tak ada baik-baiknya. Menyebalkan iya. Cepatlah berlalu MOS ini. Agar aku bisa jauh-jauh sama cowok menyebalkan ini. Huh!!

***

Jangan lupa vote dan komentnya. Kalau bisa di promo juga nih cerita hehehe.

See u next part~

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 10K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
362K 28K 59
Elviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya...
951K 88.1K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
392K 22.1K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...