TRY {Completed}

By -pillspotion

128K 6K 159

"Aku harus bisa ngelupain dia." [WARNING : FULL OF ALAY AND CHEESY STUFFS I APOLOGIZE FOR NOT EDITING THIS ON... More

ceann
dhá
trí
ceithre
cúig
seacht
ocht
naoi
deich
aon cheann déag
dhá cheann déag
trí déag
ceathair déag
cúig déag
déag
A/N
seacht déag
ocht déag
naoi déag
fiche
fiche ceann
fiche dó
fiche ceathair
fiche cúig
sé fiche
epilogue
bonus chapter
THANK YOU
O-M-aca-G
new story?
q&a

fiche cúig

2.4K 178 3
By -pillspotion

a/n : vote semakin berkurang duh duh :( aku jd agak gimana gitu pgn ngelanjutin :( tp aku bakal ngelanjutin dan hopefully vote dan comments di chapter ini ningkat lagi ya :3

ok btw, baca lagi ya author's note di akhir chapter thankyou!

xx t.

***
Author's POV

"Thiyya!!"

"Apaan sih, Yan?"

"Itu!"

"Itu apaan?"

"Dylan jalan sama Bianca!"

"Hah? Masa? Siapa?"

"Itu! Si Dylan!"

"Yang nanya!"

"Anjir, teman apa teman :')?"

"Aish! Gak usah bacot. Emang gue peduli sama Dylan and Bianca? Gak ada rasa simpati gue mah!" kata Thiyya.

Well, sebenarnya, Thiyya memang agak cemburu dengan Bianca. Kenapa harus Bianca yang mendapatkan Dylan?

"Gausah sok gak peduli kalau tetep ngeliatin!" cibir Ian.

"Apaan sih? Siapa coba yang ngeliatin?"

"Kamu, babe." kata Ian sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ganjen lo dasar! Gak ngerti lagi kenapa gue mau temenan sama lo :')."

"Karena gue ganteng!" kata Ian yang sangat percaya diri.

"Berisik! Eh, by the way, itu si anak monyet di mana belum dateng?"

"Lagi di jalan, mungkin? Ya udah sih, tinggal nunggu doang susah banget!" cibir Ian, lagi.

"Iya iya pak bos."

"Oh, gue bos lo, nih? Ya udah, asisten, beliin minum cepetan!" kata Ian dengan nada mengusir.

"Bodo amat! Gak waras!" cibir Thiyya. Lalu, Thiyya pun berlari ke kelasnya.

"Woy! Tungguin kek!" kata Ian sambil mengejar Thiyya.

Namun, Thiyya tetap saja berlari, menghiraukan teriakan Ian yang seperti 'maestro' itu.

***

"Good morning class!" kata Mrs. Robinson, guru sejarah mereka.

"Good morning, Mam!" jawab semua anak di kelas itu.

"Okay, so i have a good news for you all!"

"Kalian pasti sudah tak sabar kan? Okay, jadi, kami para guru dan kepala sekolah sudah menyepakati suatu pertukaran selama seminggu." kata Mrs. Robinson.

"Jadi, siswa laki-laki akan pindah ke kelas yang telah dijadwalkan selama seminggu." lanjut Mrs. Robinson.

"Dan, siswa kelas 10-B akan mulai belajar di kelas 10-A selama seminggu kedepan." lanjutnya lagi.

"Tak lupa, siswa-siswa yang akan menempati kelas kalian adalah siswa kelas 10-C."

"Mulai kapan pertukaran ini dilakukan, Mam?" tanya Ian.

"Sekarang. Jadi, siswa laki-laki segera bereskan peralatan tulis kalian, dan segera pindah ke kelas 10-A."

"Okay, Mam!" kata seluruh siswa laki-laki kelas 10-B.

Di saat siswa-siswa 10-B merapihkan peralatan-peralatan tulis mereka, siswa-siswa 10-C sudah terlihat menunggu di depan pintu kelas. Dan tebak siapa yang menunggu di paling depan? Yap, siapa lagi kalau bukan Dylan?

"Tuhkan, Dylan udah nunggu di depan kelas? Dari tadi ngeliatin lo mulu tuh!" kata Ian kepada Thiyya sambil menunjukkan raut muka mampus-deh-gebetan-lo-udah-nunggu.

"Apaan sih? Ngeliatin gue dari segi mana coba?" cibir Thiyya.

"Selamat mencoba untuk move on selama seminggu ke depan, baby boo!" kata Ian sambil berlari tunggang langgang ke luar kelas.

"SIALAN LO YAN!"

Thiyya hanya bisa mendengus kasar. Akhirnya, siswa-siswa kelas 10-C mulai memasuki kelas 10-B. Tentunya, siswa-siswa itu mulai mencari tempat duduk yang kosong.

Dylan tentunya juga ikut mencari tempat duduk dimana ia akan belajar seminggu ke depan. Namun, Dylan tidak berjalan seperti siswa yang lainnya. Dylan hanya diam sambil melihat kursi di sebelah Thiyya yang kosong.

'Aduh, jangan liat ke sini, dong!'

Dylan pun mulai berjalan ke arah kursi yang ditempati Thiyya.

'Please jangan!!'

Dylan pun semakin mendekat.

'Gak, please jangan ke sini!'

Dylan hanya tinggal beberapa langkah lagi agar sampai di tempat Thiyya.

'God please help me!'

"Uhm, gue boleh duduk di sebelah lo gak?"

'Shit.'

"Gak boleh, ya? Ya udah, gue cari tempat lain, deh." kata Dylan hendak beranjak pergi.

"Eh, gak apa-apa. Di sini a-aja b-boleh kok!" kata Thiyya ragu-ragu.

"Serius? Thanks!" kata Dylan lalu segera menaruh tas dan peralatan tulisnya di sebelah Thiyya. Dylan pun segera duduk.

"Apa kabar?" tanya Dylan tiba-tiba.

"Eh? Gue? Lo nanya gue?" tanya Thiyya ragu.

"Gue nanya orang di belakang lo." kata Dylan.

Thiyya hanya diam.

"Ya gue nanya lo lah-.-!"

"Eh? G-gue baik, kok!"

"Oh, bagus lah!"

Dan, situasi kembali canggung. Dylan sudah tidak tau harus membicarakan hal apa lagi. Begitu pula Thiyya. Gengsi dong? Mau move on tapi, orangnya ada di sebelah.

"Ya, mari lanjutkan pelajarannya." kata Mrs. Robinson.

***

"Gimana proses move on-nya? Gagal? Berhasil?" goda Nadia.

"Berisik lo!" kata Thiyya sambil terus mengunyah makanannya.

"Cie gagal move on!" goda Ian lagi.

"Shh!!"

"Jadi gimana tadi? Duduk di sebelah Dylan kan lo?"

"Nyebelin banget gila!" kata Thiyya sambil mendengus.

"Heleh, nyebelin tapi cinta, ya gak?" kata Ian.

"Shh!! Gue kan lagi dalam masa move on, inget?"

"Lo move on lama amat sih! Gue aja move on dari lo cepet banget, ya kan, Nad?" tanya Ian ke Nadia.

"Terserah." cibir Nadia.

"Ah, lo berdua gak asik!"

***

"Thiy, bilirubin itu apa?" tanya Dylan kepada Thiyya.

"Zat pewarna pada urine."

"Kalau urine sebenarnya terdiri dari apaan aja, sih?"

"Urea, NaCl, zat terlebih pada darah, terus zat warna empedu."

"Oh, terus kalau nefron itu artinya apa?"

"Are you kidding me? Itu pelajaran biologi kelas 9! Masa udah lupa?" tanya Thiyya sebal.

"Ya iyalah lupa! Itu pelajaran 1 tahun lalu! Lo ini bodoh atau gimana? Pelajaran 30 menit yang lalu aja gue lupa gimana yang 1 tahun lalu?"

"Huft, nefron artinya sel ginjal. Puas?"

"Belum!"

"Ya udah, lo mau nanya apaan lagi biar puas?"

"Hm, kalau lo bisa jawab pertanyaan ini dengan jujur, then, gue bakal puas."

'Perasaan gue kok gak enak ya?' batin Thiyya.

"Uhm, ya u-udah."

"Lo suka ga sama gue?"

'BOOM! Tuh kan firasat ga enak!'

"Uhm engh g-ga k-kok!"

"Serius? Kok lo gagu?"

"G-gak apa-apa, k-kok!"

"Thiy," Dylan pun memegang tangan Thiyya, "gue mohon lo jujur ke gue." sambung Dylan.

Thiyya yang tak tahan akan perasaan campur aduk yang dirasakannya, akhirnya pun memutuskan untuk berlari keluar kelas. Thiyya akhirnya menangis di toilet hingga jam pelajaran biologi habis.

'Kenapa harus kayak gini, sih?'

***

a/n : okokok

first of all hi guys!

and after 10361937190194738263817 years, finally i updated this again *cheers*

uhm guys, aku pengen ngomong nih (lebih tepatnya ngetik sih, whatsoever!)

ok, aku kayaknya bakal namatin TRY 2 atau 3 chapter lagi. Bukannya gimana-gimana sih, tapi aku punya alasan tersendiri juga.

alasan-alasan aku diantaranya :
1. aku sibuk banget sekolah dan lebih lagi, sekarang aku kelas 9
2. aku udah gak ada ide lagi kalau pengen ngelanjutin sampai 50 chapter
3. aku mau seriusin story aku yang Pielutonielle
4. and the last, VOTE DAN COMMENTS BERKURANG DRASTIS yang bikin aku jadi males untuk ngelanjutin story ini.

uhm, aku harap kalian gak marah sama keputusan aku. thanks banget readers aku yang udah ngasih vote dan comments selama ini!

i love u guys

xx t.

Continue Reading

You'll Also Like

13.2M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...