Janji Sakral Ziya

By maulida_2113

547K 21.1K 2.5K

Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena ken... More

Prolog
1. Hukuman
2. Perjodohan
3. Permintaan Maaf
4. Perlombaan
5. Pertemuan
6. Sakit
7. Keraguan
8. Pemakaman
9. Lamaran
10. Pernikahan
11. Resepsi
12. Cemburu
13. Pulang
14. mertua dan menantu
15. Perhiasan Dunia
16. Hari Pertama
17. Vampir
18. Ibu Kandung vs Ibu Sambung
19. Di Bentak
20. Bidadarinya Gus Zidan
21. Bucin
22. Mimpi Buruk
23. Perginya Cinta Pertama
24. Mengulang Masa-Masa Dulu
25. Anak Geng Motor
26. Kecoa
27. Poligami
28. Pernikahan
29. Berubah
30. Masalah
31. Berbaikan
32. Di Hukum
33. Bahan Omongan
34. Zalim
35. Konflik
36. Hasil?
37. Berpisah
38. Hilang
39. Menutup Mata
41. Tausiyah
42. Hadiah
43. USG
44. Sunset
45. Berzina
46. Cambuk
47. Pergi?
48. Aqiqah

40. Sebuah Mimpi Belaka

13.5K 637 248
By maulida_2113

••• Bismillahirrahmanirrahim •••

Selamat membaca.

••|||••

*****


"J-jangan tinggalin m-massss, b-bangun sayang bangunn" Gus Zidan terbangun dari tidurnya keringat dingin membasahi pelipis pria itu.

"Mas kamu kenapa?" tanya Adzkiya khawatir melihat suaminya tiba-tiba berteriak seperti itu.

"Sayang" Gus Zidan langsung turun dari brangkar dan melepas selang infus ditangannya dan memeluk sang istri begitu erat.

"Jangan di lepas mas" tetap saja selang infus itu terlepas dari tangan sang suami.

"Hei kamu kenapa mas" Adzkiya membalas pelukannya tak kalah erat.

"Ini beneran kamu" tanya Gus Zidan masih dalam pelukan sang istri.

"Iya ini Kiya kamu kenapa mas" Adzkiya mengelus punggung sang suami yang bergetar hebat.

"Kamu gak ninggalin mas kan"

"Ngga mas, mas kenapa sih hm?"

"Ini beneran kamu?" Gus Zidan menangkup kedua pipi sang istri.

Gus Zidan masih belum percaya dengan apa yang telah terjadi.

Adzkiya menganggukkan kepalanya.

"Kepala kamu gimana, pelurunya udah keluar?"

"Hah" Adzkiya dibuat cengo dengan pertanyaan yang dilontarkan sang suami kepala, peluru apa maksudnya.

"Ada yang sakit gak sayang, bilang sama mas dimana" Gus Zidan memastikan seluruh tubuh sang istri.

"Mas Kiya ngga papa" kali ini Adzkiya yang menangkup wajah sang suami.

Gus Zidan menatap dengan puas wajah sang istri yang begitu ia rindukan.

"Ini beneran kamu, kamu gak ninggalin mas" Adzkiya mengangguk kembali.

"Mas gak mimpi kan sayang"

Adzkiya dibuat gemes dengan pertanyaan sang suami yang itu-itu aja, ia pun mencubit lengan sang suami.

"Aww sakit sayang" ucap Gus Zidan mengelus tangannya tepat dimana sang istri mencubitnya.

"Sakit kan, berarti mas itu gak mimpi"

"Ini bener kam..." ucapan Gus Zidan terhenti saat sang istri memberikan pelototan.

"Mas nanya lagi, Kiya marah ini" ucap Adzkiya mengancam.

Gus Zidan langsung ciut mendengar ancaman dari sang istri.

"Tapi kamu beneran gak papa kan sayang"

"Mas Kiya itu ngga papa, mas itu kenapa sih" Gus Zidan bungkam tidak mau menceritakan mimpi buruk tersebut. Ia hanya kembali memeluk sang istri.

"Mas mimpi buruk yah" Gus Zidan mengangguk di pelukan sang istri.

Adzkiya mulai paham kenapa sikap suaminya seperti ini ternyata sang suami mengalami mimpi buruk, entah mimpi seperti apa yang menghampiri suaminya.

"Udah yah mas Kiya ngga papa kok, Kiya ngga ninggalin mas Kiya masih sama mas, masih bisa peluk mas kan, Kiya juga ngga terluka cuman tangan sih tapi udah di obati sama dokter" mendengar kata tangan Gus Zidan melepaskan pelukannya dan beralih ke tangan sang istri yang di perban.

"Pasti sakit yah sayang"

Adzkiya menggeleng. "Ngga mas"

"Maafin mas yah sayang, mas gak bisa melindungi kamu" Gus Zidan menitihkan air matanya. Ia merasa gagal menjadi seorang suami untuk melindungi sang istri.

"Hei mas udah yah" Adzkiya menghapus air mata suaminya.

"Sini Kiya peluk lagi" Gus Zidan langsung kembali masuk ke dalam pelukan sang istri.

Adzkiya memberikan elusan demi elusan untuk menenangkan sang suami.

"Assalamualaikum" ucap seseorang memasuki ruangan kedua pasutri tersebut.

"Waalaikumussalam" balas keduanya pelan.

"Udah bangun nak" tanya ummi Zainab yang diangguki Adzkiya.

"Suaminya kenapa nak" tanya Abi Zaid.

"Mimpi buruk bi" ucap Adzkiya nyaris berbisik tapi masih dimengerti Abi Zaid.

Kedua orang tuanya pun mengangguk.

Mereka memilih untuk duduk disofa membiarkan kedua pasutri itu melepaskan kerinduan satu sama lain.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap seseorang masuk keruangan Gus Zidan dan juga Adzkiya.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"

Ternyata yang datang itu teman-temannya dari Gus Zidan.

"Mas ada teman-temannya tuh, lepas dulu yah"

Gus Zidan menggeleng. "Gak mau"

"Kembali tuh bucinnya" ucap Abi Zaid bergurau semuanya dibuat terkekeh.

"Gak papa Bu bos, biarin bos manja-manja dulu" ucap salah satunya.

"Mas udah ayo lepas ngga enak dilihatin" dengan perasaan jengkel Gus Zidan akhirnya melepaskan pelukannya dari sang istri.

"Mas mending pindah deh ketempat tidurnya jangan disini takut dimarahin sama dokter"

"Gak mau, mas mau disini aja" ucap Gus Zidan menggeleng.

"Sempit mas"

"Muat kok sayang badan kamu kan kecil nanti mas peluk kamu kan bisa"

Adzkiya dibuat malu dengan tingkah suaminya yang mode manja begitu.

"Mas sana ih Kiya mau tidur" usir Adzkiya kembali. Tapi yang namanya Gus Zidan lagi mode manja maka tidak bisa diubah keputusannya.

"Tinggal tidur aja sayang" Adzkiya menghela nafas pasrah.

Tok...tok...tok...

"Masuk" ucap orang dalam.

"Wah pengunjungnya rame yah" ucap seorang dokter kaget karena diruangan itu begitu banyak sekali orang-orang.

"Iya dok" balas mereka dengan cengiran.

"Saya mau periksa Bu Adzkiya dulu yah"

"Silahkan dok" ucap mereka semua.

"Bapak bisa pindah ke kasurnya, biarkan pasien istirahat, bapak juga harus banyak-banyak istirahat" usir dokter tersebut dengan hati-hati takut menyinggung perasaan.

"Sayang mas gak mau" adunya pada sang istri.

"Kesana dulu yah mas nanti kalo udah selesai periksa boleh kesini lagi" ucap Adzkiya begitu lembut.

Akhirnya Gus Zidan mau menuruti ucapan sang istri untuk kembali ke kasurnya sendiri.

"Alhamdulillah semuanya normal, Bu Adzkiya sudah bisa pulang besok"

"Alhamdulillah" ucap syukur semuanya.

"Dok" panggil Gus Zidan.

"Iya pak"

"Istri dan anak saya gimana dok, mereka berdua baik-baik aja kan"

"Alhamdulillah ibu dan anaknya sangat kuat jadi mereka berdua baik-baik aja dan juga sehat keduanya"

"Alhamdulillah" mereka kembali berucap syukur.

"Baiklah kalo gitu saya permisi, mari semua" semuanya menganggukkan kepalanya.

"Makasih dok" ucap Gus Zidan.

"Iya" dokter itupun keluar dari ruangan tersebut.

"Mas tau Kiya hamil?" tanya Adzkiya.

Gus Zidan mengangguk. "Maaf yah sayang mas udah gak percaya sama kamu"

Adzkiya tersenyum menanggapi. "Udah lupain aja mas yang itu, Kiya ngga mau ingat-ingat itu lagi, Kiya ngga mau pisah sama mas lagi"

Gus Zidan tersenyum mendengar penuturan sang istri.

Sesuai ucapan sang istri Gus Zidan kembali menghampiri istrinya dan ikut duduk di brankar milik sang istri.

"Nak Abi sama ummi mau cari makan dulu yah, kalian mau nitip apa" tanya ummi Zainab.

Adzkiya menggeleng. "Kiya lagi ngga pengen makan ummi"

"Loh jangan gitu sayang kamu harus makan, sekarang yang perlu asupan bukan kamu aja tapi anak kita" ucap Gus Zidan tiba-tiba mengelus perut istrinya.

"Yaudah apa aja deh ummi, makasih yah ummi" Adzkiya tidak mau egois kali ini ia harus memikirkan kesehatan janinnya juga.

"Iya nak" kedua orang tuanya berlalu dari sana hanya tersisa teman-teman Gus Zidan dan kedua pasutri itu.

"Mereka gimana?" tanya Gus Zidan mengarah pada semua orang disana.

"Semuanya sudah diamankan sama polisi bos, mereka juga udah tau kebenarannya" ucap salah satunya.

"Alhamdulillah"

"Mereka siapa mas" tanya Adzkiya.

"Kamu mau dengar" tanya balik Gus Zidan dan langsung mendapatkan anggukan kepala dari sang istri.

"Tapi mas mau nanya sama kamu lebih dulu"

"Nanya apa mas"

"Bagas itu siapa, kamu kenal dimana"

Adzkiya mengulum senyum mendapat pertanyaan seperti itu, ia paham sekarang suaminya sedang cemburu.

"Ketawa aja Bu bos jangan ditahan" ucap teman Gus Zidan melihat gemas pasangan satu itu.

"DIAM KAMU" bentak Gus Zidan laki-laki itu langsung menciut.

"Mas ngga boleh gitu" tegur Adzkiya pada sang suami.

Semuanya tertawa melihat wajah bos mereka saat di tegur istrinya.

"PUAS KALIAN"

"Mas ngga boleh teriak-teriak ih" tegur Adzkiya kembali.

"Habisnya mereka ngeselin sayang, pergi kalian dari sini" usir Gus Zidan pasalnya gara-gara mereka ia terus saja ditegur sang istri.

"Pergi"

"Mas ngga boleh ngusir orang kaya gitu" sudah berkali-kali Gus Zidan mendapatkan teguran dari sang istri.

"Sayang kamu bela mereka"

"Bukan gitu mas"

"Serah kamu lah" Gus Zidan langsung merebahkan badannya dan menutupi seluruh badannya dengan selimut rumah sakit tersebut.

"Bos" panggil pria yang berbaju kotak-kotak.

"Pergi sana"

"Iya iya kami ingin pergi juga kok assalamualaikum"

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab kedua pasangan tersebut.

"Mas" panggil Adzkiya.

"Gak mau, mas marah sama kamu"

"Loh kenapa jadi marah ke Kiya sih"

"Habisnya kamu bela mereka"

"Yaudah Kiya minta maaf yah mas, ayo keluar dulu"

"Gak mau"

"Ayo mas"

"Gak mau sayang" Gus Zidan masih setia dengan posisinya di dalam selimut.

Adzkiya punya rencana supaya suaminya itu keluar.

"Aww mas" Adzkiya merintih kesakitan.

"Sayang kamu kenapa" panik Gus Zidan.

Benarkan suaminya itu keluar dari persembunyiannya.

"Becanda kok mas" ucap Adzkiya dengan senyum cantiknya.

"Jangan kaya gitu" ucap dingin Gus Zidan.

Adzkiya meringis melihat respon sang suami. Ternyata waktunya gak tepat untuk bercanda dengan sang suami.

"Maaf yah mas"

"Jangan main-main soal itu sayang"

"Iya Kiya minta maaf, dimaafin kan" Gus Zidan mengangguk.

"Sini peluk" dengan senang hati Adzkiya memeluk suaminya.

"Kamu belum jawab pertanyaan mas"

"Pertanyaan apa yah mas"

"Kamu itu pura-pura lupa apa gimana hm" Gus Zidan sudah berancang-ancang ingin menggelitik perut sang istri.

"Ampun mas" Adzkiya lebih dulu mengangkat tangannya menyerah sebelum berperang.

"Ayo jelasin sayang"

"Oke Kiya jelasin" Adzkiya membenarkan duduknya menjadi saling berhadapan dengan sang suami.

"Siapa?" tanya Gus Zidan.

"Bagas itu santrinya Abi mas"

"Udah itu aja" tanya Gus Zidan.

"Emang mau jawab apalagi mas"

"Kenapa kamu bisa akrab sama dia"

"Mana ada akrab mas"

"Sayang mah"

"Apa mas"

"Kalian sering bicara" Adzkiya menggeleng.

"Terus kenapa dia suka sama kamu"

"Mana Kiya tau mas"

"Bohong pasti kamu sering ngobrol kan sama dia di pesantren"

"Ya Allah ngga yah mas, yang ada kaki sama tangan Kiya lepas dari badannya"

"Kok bisa"

"Dipenggal sama Abi atau abang-abang Kiya"

"Oh iya juga yah, tapi beneran kan kamu gak kenal lebih selain hanya sebatas santri Abi"

"Iya mas"

"Terus mas yang jawab pertanyaan Kiya"

"Apa sayang"

"Mereka-mereka semua siapa mas, mereka asing di kehidupan Kiya"

"Kamu yakin mau dengar" Adzkiya langsung mengiyakan.

"Mas ceritain yah kamu jangan sela sampai mas selesai ngomong, setelah itu kamu juga bisa bertanya sama mas" Adzkiya kembali mengangguk.

Gus Zidan mulai menceritakan asal muasal kenapa sampai kejadian istrinya itu diculik.

"Dulu mas ikut dalam sebuah geng motor yang dimana mas sendiri jadi ketua di geng tersebut, kamu jangan berpikir bahwa geng motor itu bikin kerusuhan tidak sayang, kami bikin geng motor itu untuk mengajak dalam kebaikan, dalam geng itu ada satu perempuan yang sangat dijaga dan di ratukan"

"Perempuan itu masih sepupuan dengan Reynaldi laki-laki yang sudah menculik kamu, mas sebenarnya agak risih ada perempuan diantara kami semua, tapi karena dia sering ikut Reynaldi ketika berkumpul mas gak tega ngomong untuk berhenti membawa perempuan itu"

"Hingga suatu kejadian merubah semuanya, Reynaldi ternyata menyukai sepupunya itu, mereka resmi berpacaran Reynaldi jadi posisef terhadap kami semua, kami tidak mempermasalahkan akan hal itu kami menganggap hal itu wajar"

"Sampai suatu hari Reynaldi dengar bahwa kekasihnya itu menerimanya hanya karena rasa kasihan tidak cinta sedikitpun, tapi Reynaldi tetap bertahan dengan hubungan itu meski ia tahu bahwa kekasihnya tidak mencintainya, sampai ia kembali mendengar bahwa dirinya dimanfaatkan oleh sepupunya itu agar selalu bisa ikut geng motor kami, dia juga tau alasannya apa sampai dia dimanfaatkan seperti itu dan alasannya itu adalah mas sendiri, ternyata yang disukainya selama ini itu adalah mas" hati Adzkiya terasa teriris mendengar ada perempuan selain dirinya menyukai sang suami.

"Dan disitu awal mula kesalahpahaman terjadi"

Gus Zidan sudah menjelaskan semuanya ke sang istri.

"Claudia, Claudia kan namanya mas" Gus Zidan mengangguk.

"Sekarang dia dimana"

"Dia sudah lebih dulu pergi"

Deg...

"Maksud mas?"

Bukannya menjawab Gus Zidan malah seperti sedang mencari sesuatu.

"Kamu cari apa mas"

"Kamu tau handphone mas dimana sayang"

"Di Laci itu mungkin mas"

"Sebentar yah" Gus Zidan turun dari brangkar menuju laci tempat brangkar miliknya. Dan benar ternyata didalam sana ada barang-barangnya.

Setelah menemukan apa yang di cari dan sudah dapat Gus Zidan kembali menghampiri sang istri dan mendudukkannya kembali berhadapan.

"Coba kamu lihat rekaman ini sayang" Gus Zidan memperlihatkan sebuah video kepada sang istri.

Adzkiya menyimak isi video tersebut, tiba-tiba air mata Adzkiya jatuh begitu saja membasahi pipinya.

Gus Zidan tau apa yang di rasakan sang istri ia hanya mampu menghapus air mata itu tanpa mau menghentikannya. Biarkan istrinya itu melihat semuanya. Biar nanti kedepannya tidak akan ada lagi kesalahpahaman.

"Ini Claudia" tanya Adzkiya yang langsung diangguki sang suami.

"Dia segitunya yah cinta sama mas" ucap Adzkiya memandang wajah suaminya setelah selesai menonton video tersebut.

"Sini sayang" Gus Zidan membawa sang istri ke pelukannya.

"Udah yah jangan nangis"

"M-mas"

"Iya sayang"

"Dia rela bunuh diri hanya karena cintanya gak di bales sama mas" Adzkiya semakin menangis tersedu-sedu.

"Udah dong sayang"

"Dia cantik yah mas"

"Cantikan kamu"

"Dia pasti baik yah mas"

"Kamu lebih baik"

"Pasti sifat dia lebih dewasa dibandingkan Adzkiya yang seperti anak kecil ini"

"Mas sukanya seperti kamu"

"Huahh Kiya ngga suka mas" Adzkiya memukul mukul badan tegap sang suami.

"Dengerin mas dulu"

"Ngga mau ngga mau" Adzkiya masuk ke pelukan sang suami.

Gus Zidan memberikan ketenangan kesang istri dengan mengelus punggung yang bergetar itu.

"Mas pasti juga suka kan sama dia"

"Gak sayang"

"Tapi kalian sering ketemu"

"Mas gak pernah berinteraksi sama dia selain di video itu, dan di video itu juga mas hanya niat nolongin dia"

"Beneran" tanyanya menatap mata sang suami mencoba mencari kebohongan disana tapi sayang ia hanya melihat ketulusan dimata itu.

"Iya sayang"

"Udah yah sayang, masa lalu akan jadi masa lalu, tapi kamu akan selalu menjadi masa depan mas" Gus Zidan mengecup kening Adzkiya cukup lama.

Air mata Adzkiya kembali tumpah, bukan tangis kesedihan akan tetapi tangis kebahagiaan betapa beruntungnya dia memiliki suami seperti suaminya ini.

*****

Adzkiya kedatangan para sahabat-sahabatnya dari Jakarta.

"Kiya kita kangen sama kamu" ucap Laras memeluk Adzkiya begitupun yang lain juga ikut.

"Iya Ning, saat kami dengar kalo Ning itu diculik kami langsung panik terus memohon sama Gus Abizar biar bisa ketemu sama Ning"

Adzkiya dibuat senyum mendengar semua keluh para sahabat-sahabatnya ini.

"Terus gimana disetujuin langsung sama Abang aku ngga" tanya Adzkiya.

"Berjuang dulu kami, baru bisa" ucap Afifah.

"Kaya gimana tuh berjuangnya" tanya Adzkiya lagi.

"Jelaskan Laras" oper Afifah.

"Kamu aja" ucap Laras.

"Kamu aja ras"

"Kamu aja deh fah"

"Gak kamu aja"

"Iihh kamu aja"

"Udah diem biar Lisa yang jelasin" Lisa angkat bicara ia sudah muak mendengar perdebatan Laras dan Afifah.

"Monggo silahkan neng Lisa" ucap Suci.

"Kami berempat bertekuk lutut dihadapan abang-abang nya Ning Kiya, sambil bilang kami gak akan pergi dari sini sebelum kami bertemu sama Ning jadinya kami semua dibawa kesini deh" jelas Lisa memang benar adanya.

"Terus sampai-sampai kesini malah dapat kabar kalo Ning masuk rumah sakit, ke khawatiran kami makin bertambah" sambung Lisa lagi yang dimana yang lain mengangguk membenarkan ucapan Lisa.

Adzkiya jadi terharu memiliki sahabat seperti Laras, Afifah, Suci dan Lisa.

"Aaaa sayang deh sama kalian" Adzkiya kembali melebarkan tangannya.

"Sayang juga" mereka kembali berpelukan melepas rindu karena lama tak bertemu.

Kelima sahabat itu mengobrol asik, sedangkan Gus Zidan sedang berada diluar bersama orang tuanya dan juga keluarga sang istri.

*****

Kelima sahabatnya sudah pulang ke pesantren, mereka tidak bisa berlama-lama keluar karena mereka seorang santri jadi harus mengikuti sesuai aturan.

Kelima sahabatnya pulang, berganti temannya yang datang bersama dengan ibunya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, masuk"

"Ibu" panggil Adzkiya.

"Nak"

Adzkiya menyalami punggung tangan wanita itu sedangkan Gus Zidan hanya menangkupkan kedua telapak tangannya.

Adzkiya memeluk erat wanita itu. Setelah itu beralih pada Aqilla.

"Qilla"

"Kiya" keduanya saling berpelukan.

"Gimana nak keadaan kamu"

"Alhamdulillah kata dokter besok boleh pulang"

"Alhamdulillah" ucap Aqilla dan ibunya bersamaan.

"Sayang" panggil Gus Zidan.

"Kenapa mas"

"Mas keluar dulu yah biar kalian nyaman ngobrolnya" Adzkiya mengangguk.

Sebelum pergi Gus Zidan menyempatkan mencium kening sang istri membuat Aqilla dan ibunya senyum-senyum melihatnya.

"Semoga nanti anak ibu satu ini juga dijadikan ratu sama suaminya" ucap ibu dari Aqilla setelah kepergian Gus Zidan.

"Aamiin" ucap Adzkiya dan Aqilla.

"Mau dicariin ngga" tanya Adzkiya.

"Boleh tuh nak"

"Ih ibu, Aqilla kan masih sekolah"

"Kalo setelah menikah kamu juga masih bisa sekolah sama seperti aku"

"Nah bener tuh nak"

"Ihh gak mau" Aqilla jadi pusing sendiri mendengar pembahasan ini.

"Oke aku cariin"

"Kiya ih apaan sih gak ada cari-cari"

"Tetap bakal aku cariin, lagian aku juga minta pendapat kamu dulu ngga langsung aku jodohin"

"Udah ada pandangan siapa nak" tanya ibu dari Aqilla.

"Seorang ustadz Bu"

"Kok ustadz sih pasti tua" ucap Aqilla.

"Heh kalo ngomong" tegur sang ibu.

"Ngga tua Qilla masih seumuran sama suami aku, dia ustadz yang udah ngabdi di pesantren Abi aku"

"Tuh dengerin"

"Tetap aja gak mau aku Kiya"

"Oh atau ngga kamu mau yang Gus, boleh nanti aku cariin"

'kalo Aqilla gak mau aku aja deh Ning, kalian mau juga para readers'

"Udah dong Kiya, Gus mah terlalu sempurna buat aku"

"Jangan suka merendah qil"

"Tetap aja udah ah jangan bahas ini"

"Yaudah kalo gitu aku tetap cariin"

"Serah kamu aja, tapi aku gak akan nerima"

"Iya iya"

Ibu Aqilla dibuat tersenyum dengan tingkah anak-anaknya.

*****

"Mas"

"Dalem sayang" Gus Zidan sibuk membenarkan kerudung sang istri.

"Kiya boleh nanya"

"Mau nanya apa hm"

"Mimpi yang mas alami"

Tangan yang tadinya sibuk dikepala sang istri langsung berhenti setelah mendengar kata mimpi.

"Mas, mas kamu kenapa"

"Hah apa sayang"

"Iih Kiya tuh pengen tau mimpi mas apa?"

"Mas takut ceritainnya sayang"

"Masa sama istri sendiri ngga mau berbagi"

"Bukan seperti itu sayang"

"Ayolah mas, kalo mas ngga mau cerita Kiya ngambek ini" Adzkiya sudah menekuk wajahnya.

"Jangan dong"

"Yaudah cerita mas"

"Hm"

"Yeah"

Gus Zidan dibuat senyum dengan melihat sang istri gembira.

"Yaudah sambil rebahan kamu yah" Adzkiya mengangguk.

Adzkiya merebahkan badannya.

"Sini mas" tepuk Adzkiya disampingnya.

Tanpa disuruh pun Gus Zidan akan naik ke brankar sang istri.

Gus Zidan memeluk sang istri, Adzkiya juga tak mau kalah ia juga memeluk sang suami walau agak ribet karena tangan satu di infus tangan satunya lagi diperban.

Gus Zidan mulai menceritakan semua mimpinya, air matanya kembali turun mengingat saat-saat mimpi itu datang. Adzkiya juga menitihkan air matanya terharu. Ia tidak menyangka sebegitu besar rasa cinta suaminya terhadap dirinya.

"Mas" Adzkiya mencoba menghapus air mata suaminya tapi cairan bening itu tetap saja luruh membasahi pipi sang suami.

"Sayang mas boleh minta sesuatu" Adzkiya hanya mampu mengangguk.

"Berjanjilah jika kamu pergi ajak mas bersamamu, mas gak mau sendirian mas gak bisa tanpa kamu, berjanjilah sayang"

"Mas kita ngga tau umur ini sampai mana, kita juga ngga tau siapa yang lebih dulu pergi entah itu Kiya yang dipanggil lebih awal atau sebaliknya" air mata keduanya tumpah bersamaan dengan keheningan malam yang sedang diguyur hujan.

"Kiya ngga bisa janji untuk itu, tapi Kiya akan selalu bersama mas disisa umur Kiya"

"Selalu sama-sama yah sayang sampai jannah nya Allah" Adzkiya mengangguk.

Keduanya saling mengeratkan pelukan satu sama lain.

Pukul 02.00 dini hari Gus Zidan terbangun dari tidurnya karena sedikit terganggu dengan pergerakan seseorang disampingnya.

Dan ternyata itu istrinya yang seperti gelisah dalam tidurnya.

"Sayang hei tenang yah" Gus Zidan mengelus pipi sang istri untuk menenangkannya. Adzkiya kembali nyaman dengan tidurnya mungkin karena elusan dari sang suami.

Setelah merasa sang istri sudah lebih tenang Gus Zidan turun dari atas brankar menuju toilet.

Gus Zidan keluar dengan sedikit lebih segar, rambut dan wajahnya yang basah membuat ketampanan Gus Zidan sungguh MasyaAllah mata memandang.

Gus Zidan ingin melaksanakan sholat tahajjud, ia sengaja tidak membangunkan sang istri mengingat kondisinya seperti itu, mungkin nanti kalo sholat subuh baru dia bangunkan.

Gus Zidan menggelar sajadahnya tepat disamping brangkar milik sang istri dan mulai sholat dengan khusyuk.

Selesai sholat Gus Zidan berdzikir dan berdoa begitu panjang di panjatkan laki-laki itu, bahkan dibarengi dengan tangisan, entah doa seperti apa yang membuat laki-laki itu menangis.

"Mas" panggil Adzkiya.

Ia sudah bangun karena mendengar Isak tangis seseorang setelah ia membuka mata dan ternyata suara itu berasal dari suaminya ia tidak ingin suaminya berlarut dalam kesedihan jadi ia memanggil sang suami.

Merasa ada yang memanggil Gus Zidan langsung menyelesaikan doanya dan menengok ke arah sang istri yang duduk memberikan senyum manisnya membuat hati Gus Zidan damai melihatnya.

"Sayang udah bangun" Adzkiya mengangguk.

Gus Zidan berdiri merapikan peralatan sholatnya dan menghampiri sang istri.

"Maaf yah udah bikin kamu bangun" Adzkiya menggeleng.

"Mas nangis"

"Gak sayang" Gus Zidan memeluk sang istri meletakkan kepalanya di bahu istrinya.

Adzkiya mengelus rambut hitam legam milik sang suami.

*****

Harini hari kepulangan Adzkiya dari rumah sakit seluruh keluarga sudah lebih dulu pulang, saat ini Gus Zidan sedang membereskan pakaian dirinya dan juga sang istri saat menginap dirumah sakit ini.

"Kiya bantuin yah mas" tawar Adzkiya saat melihat suaminya sedikit kesusahan.

"Udah kamu duduk aja biar mas yang ngerjain sendiri"

Sudah berkali-kali Adzkiya menawarkan dirinya untuk membantu tapi sang suami tetap menolak dirinya, alhasil ia hanya pasrah.

"Ayo sayang udah selesai" Gus Zidan meraih pinggang sang istri untuk ia rangkul sedangkan tangan sebelahnya ia gunakan untuk membawa tas.

"Ayo kita pulang Kiya udah kangen sama pesantren" Gus Zidan tersenyum mendengar penuturan sang istri.

Keduanya pulang menggunakan mobil mereka. Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan pagi yang masih tidak banyak kendaraan yang lewat.

"Mas kita kemana" tanyanya pasalnya ini bukan jalan menuju pesantren suaminya.

"Mas mau bawa kamu kesuatu tempat"

"Kiya mau dibuang yah mas" tanyanya dengan wajah polos menatap sang suami.

"Ngaco kalo ngomong, mana rela mas buang istri mas yang cantik ini" gus Zidan menyempatkan diri menoel dagu sang istri.

"Gombal" Adzkiya memalingkan wajahnya karena salting.

Gus Zidan dibuat tersenyum melihat tingkah sang istri yang salting itu.

"Kamu salting sayang"

"Mana ada" ketus Adzkiya.

"Kalo salting bilang aja sayang, jangan disembunyiin"

"Ngga, orang ngga salting mas mending diem aja deh"

Saat itu juga tawa Gus Zidan pecah.

"Lucu banget istri mas"

"Puas ketawanya" akhirnya Adzkiya membalikkan badannya kembali menghadap ke sang suami dengan mata yang memicing.

Membuat Gus Zidan langsung menghentikan tawanya ketika melihat wajah sang istri.

"Maaf sayang"

"Lanjut jalan" ucap Adzkiya sedikit ketus.

Gus Zidan memilih opsi mengalah dari pada sang istri ngamuk kan bisa berabe.

'mengalah apa takut istri nih Gus, xixixi'

Mobil itu sampai di depan rumah bertingkat dua tempatnya memang tidak jauh dari pesantren masih satu komplek.

Didalam mobil Adzkiya menatap bangunan di depannya dengan takjub, tidak besar tapi tingkat dua sangat minimalis.

"Keluar sayang" karena melamun menatap rumah tersebut Adzkiya sampai tidak sadar kalo sang suami sudah berada di depannya membukakan pintu mobil untuk dirinya.

Adzkiya keluar dengan tangan yang di genggam sang suami.

"Rumah siapa ini mas" mata Adzkiya tidak pernah lepas dari rumah tersebut.

"Rumah kamu"

"Hah"

"Rumah kamu sayang" ulang Gus Zidan.

"Rumah Kiya, Kiya ngga pernah beli mas"

Gus Zidan di buat terkekeh. "Memang bukan kamu yang beli tapi mas yang beli buat kamu"

"Mas yang beliin terus dikasih ke Kiya" Gus Zidan mengangguk.

"Kenapa dikasih ke Kiya mas"

"Loh emang gak boleh mas kasih buat istri mas sendiri?"

Adzkiya masih bingung harus berkata apa lagi, saat ini ia syok dan entahlah apa itu.

"Sebenarnya rumah ini mahar untuk kamu" Adzkiya kembali dibuat terkejut dengan ucapan sang suami.

"Mahar"

"Iya sayang, rumah ini salah satu mahar yang mas berikan saat pernikahan kita"

"Tapi pas ijab qobul mas ngga nyebut"

"Memang gak disebut sayang, tapi Abi tau soal rumah ini yang mas berikan untuk kamu" Adzkiya mencoba berdamai dengan otaknya.

"Kamu pasti bertanya-tanya kenapa baru dikasih sekarang ya kan"

"Ngga ada yah mas" ucap Adzkiya sewot.

Gus Zidan tersenyum. "Oh kirain kamu mau nanya"

"Tapi penasaran juga sih" cengir Adzkiya.

Gus Zidan mengelus kepala sang istri karena gemes.

"Mas kasih tau alasannya, sebenarnya mas mau ngasih kamu diawal pernikahan kita sayang tapi mas gak mau nanti kamu gak dekat sama ummi, mas biarin kamu dulu akrab sama orang tua mas, baru nanti kita pindah" Adzkiya mengangguk paham.

"Paham sekarang"

"Makasih yah mas"

"Makasih kembali sayang, yaudah ayo kita masuk"

Keduanya masuk kedalam rumah bertingkat dua tersebut, ternyata tidak hanya diluar didalam pun Adzkiya kembali dibuat takjub akan isinya yang ternyata sudah ada furniture-furniturenya.

"Selamat datang sayang, semoga kamu suka yah" ucap Gus Zidan.

"Suka banget mas, makasih" Adzkiya memeluk sang suami dengan tiba-tiba karena itu Gus Zidan hampir saja terjungkal kebelakang.

"Makasih kembali"

"Aaa makin cinta deh Kiya sama mas" Adzkiya dengan berani mencium bibir sang suami cukup singkat.

"Kamu cinta uang mas atau mas nya"

"Dua-duanya boleh ngga mas"

"Boleh dong sayang, karena uang mas adalah uang kamu juga"

Adzkiya hari ini begitu senang, mendapatkan hadiah dari sang suami begitupun sebaliknya Gus Zidan juga senang bisa melihat sang istri senang, karena kebahagian sesungguhnya ialah melihat istrinya bahagia.

Bersambung...

••|||••

Sebelum aku berbasa-basi, aku mau meminta maaf terlebih dahulu karena kemaren malam aku gak jadi up, dimaafin yah guys🙏😥

Mari mulai dengan basa-basinya😅🙏

Karena ada kesalahan dari aku sendiri sebagai penulis Janji Sakral Ziya yang udah membocorkan chapter selanjutnya, yah begitulah namanya manusia tidak luput dari kesalahan, jadi sebagian sudah ada yang sadar kelanjutannya seperti apa yah seperti inilah, sesuai dengan dugaan kalian bahwa Gus Zidan itu hanya mimpi, ya benar Gus Zidan hanya mimpi nih senang kan kalian gak jadi mati. Senang pasti.

Sebenarnya tak pengen ubah alurnya, tapi otak sama tangan aku tidak menyanggupinya, dan aku juga takut sama kalian yang meminta untuk tidak sad end, malang sekali nasib mu wahai author🤧

Tapi ya sudahlah semoga aja gak ada kejadian seperti ini lagi.

Jangan lupa follow, vote dan komen sebanyak mungkin biar aku semangat nulisnya.

Selamat menikmati kebucinan pasangan ZIYA yah guys semoga kalian suka yah, eh harus suka sih.

See you next time.

Terimakasih❤️

Continue Reading

You'll Also Like

407K 19.4K 62
FOLLOW DULU SEBELUM BACA !!! ⚠️IDE ITU SANGAT MAHAL!⚠️ ⚠️DILARANG PLAGIAT!!!⚠️ "Nak, apakah engkau bersedia jika Abi menikahkanmu dengan putra kam...
510K 23.7K 35
Abizar menghela nafas panjang sebelum Aliza duduk di sebelah nya. "Qobiltu nikaha wa tazwijaha bil mahril madzkur hallan." Ucap Abizar. Bahkan Abiza...
7.4M 439K 54
⚠️FOLLOW DULU SEBELUM BACA! ⚠️Rawan Typo! ⚠️Mengandung adegan romans✅ ⚠️Ringan tapi bikin naik darah✅ Neandra Adsila gadis cantik yang berasal dari d...
51K 2.9K 42
"Bagiamana jika suatu saat semesta memisahkan kita?" "Semesta tidak sejahat itu, namun jika itu terjadi, maka yang terkubur hanya raga, cintanya jang...