Janji Sakral Ziya

By maulida_2113

550K 21.3K 2.5K

Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena ken... More

Prolog
1. Hukuman
2. Perjodohan
3. Permintaan Maaf
4. Perlombaan
5. Pertemuan
6. Sakit
7. Keraguan
8. Pemakaman
9. Lamaran
10. Pernikahan
11. Resepsi
12. Cemburu
13. Pulang
14. mertua dan menantu
15. Perhiasan Dunia
16. Hari Pertama
17. Vampir
18. Ibu Kandung vs Ibu Sambung
19. Di Bentak
20. Bidadarinya Gus Zidan
21. Bucin
22. Mimpi Buruk
23. Perginya Cinta Pertama
24. Mengulang Masa-Masa Dulu
25. Anak Geng Motor
26. Kecoa
27. Poligami
28. Pernikahan
30. Masalah
31. Berbaikan
32. Di Hukum
33. Bahan Omongan
34. Zalim
35. Konflik
36. Hasil?
37. Berpisah
38. Hilang
39. Menutup Mata
40. Sebuah Mimpi Belaka
41. Tausiyah
42. Hadiah
43. USG
44. Sunset
45. Berzina
46. Cambuk
47. Pergi?
48. Aqiqah

29. Berubah

10K 358 16
By maulida_2113

••• Bismillahirrahmanirrahim •••

Selamat membaca.

••|||••

*****

Pesantren Nurul An-Nur saat ini sedang dalam masa ulangan akhir semester dan ujian akhir bagi kelas enam.

Dan itu berlaku juga buat Adzkiya yang duduk di kelas lima.

"Kalian tadi jawabnya gimana" tanya Intan.

"Iya jawab aja" balas Amel.

"Ih bukan gitu, maksudnya gini loh tuh soal tadi termasuk mudah atau sulit"

"Mudah untuk orang yang belajar, sulit untuk orang yang tidak belajar" ucap spontan dari Adzkiya membuat orang-orang yang mendengar itu bertepuk tangan kagum.

"Wow gila menyala Adzkiya" ucap salah satu santri lainnya.

"Badas" ucap Amel juga ikut mengompori.

"Lanjutkan" ucap Janna juga tidak mau ketinggalan.

"Ke ulti gak tuh" ucap Aqilla mencoba menyindir seseorang.

"Hehehe maaf aku ngga bermaksud kaya gitu" ucap Adzkiya meringis dia juga tidak tau kenapa tadi dia berbicara seperti itu.

"Gak papa Kiya biar ada yang sadar diri" ucap Amel kencang.

"Kalian dari tadi nyindir aku" ucap Intan.

"Kita gak bilang ya" ucap Janna.

Wajah Intan sudah masam, tapi tak elak keempat temannya tertawa terbahak-bahak.

"Sudah-sudah maaf ya Intan aku ngga bermaksud kaya tadi Kok, sekarang kita ke kantin aja yuk"

"Iya nih gue laper banget dari tadi" ucap Amel.

Semuanya berjalan keluar kelas menuju kantin. Ternyata kantin saat ini sedang ramai-ramainya para santri yang sedang menikmati waktu istirahat.

"Gak ada bangku kosong lagi gimana nih" ucap Intan.

"Yaudah beli aja nanti kita bawa ke mana kek" usul Aqilla.

"Yaudah mau pesan apa nih" tanya Amel.

"Assalamualaikum" ucap seorang santri menghampiri Adzkiya dkk.

"Waalaikumussalam"

"Ada apa yah" tanya Aqilla mewakili yang lain.

"Saya tadi dititipin sama Gus Zidan untuk ukhti" santri itu memberikan uang berwarna pink pada Adzkiya membuat yang lain kebingungan tapi tidak dengan Adzkiya dan Aqilla.

"Oh makasih ya" ucap Adzkiya.

Dimana semua itu disaksikan oleh teman-temannya Adzkiya dan santri lain sehingga muncul pertanyaan diotak mereka masing-masing.

"Sama-sama" santri itu berlalu meninggalkan Adzkiya dkk.

"Kiya" panggil Intan.

"Hm"

"Gus Zidan ngapain kasih uang ke kamu" tanyanya.

"Hmmm i-itu titipan dari keluarga aku" ucap Adzkiya sedikit gugup.

"Lo kan pulang Kiya, pasti Lo kan dirumah dikasih kenapa harus dititipin segala"

Skakmat...

"Benar juga, aduh gimana lagi buat alasannya" ucap Adzkiya membatin.

"Itu dari keluarga yang asli" ucap Aqilla mencoba membantu mencarikan alasan yang pas.

"Hah emang ada keluarga palsu" tanya Janna bingung.

"Bukan itu maksudnya, Kiya kan tinggal disini sama keluarga jauhnya dia mah asli jakarta"

"Emang gitu Kiya" Adzkiya mengangguk.

"Oh yaudah yuk kita mesan sesuatu keburu waktu istirahat abis" Amel tak ambil pusing soal itu.

Semuanya pun mempercayai perkataan Aqilla tersebut.

Mereka tidak jadi membawa makanan itu ketempat lain dikarenakan ada meja kosong, mungkin santri yang duduk tadi sudah selesai.

Pesanan mereka sudah ada dihadapan kelima gadis itu. Tanpa basa basi mereka langsung menyantap apa yang mereka pesan. Setelah selesai mereka bergegas kembali ke kelas untuk melanjutkan ulangan selanjutnya.

"Hm kalian duluan aja ya ke kelasnya"

"Loh mau kemana Kiya" tanya Aqilla.

"Mau ke toilet bentar"

"Aku ikut ya" ucap Aqilla.

"Yaudah"

*****

"Qilla makasih yah tadi udah bantu jawab pas ditanyain soal uang itu"

"Tenang aja Kiya"

Keduanya sudah mau balik kekelas tapi sebelum itu mereka bertemu dengan Mawar yang sepertinya memang menghadang mereka.

"Ngapain lagi nih kakel" ucap Aqilla males.

"Udah ngga usah di ladenin kita langsung kekelas aja"

Saat ingin melewati, Mawar sudak lebih dulu  menghadang jalan mereka.

"Ada apa ya kak" tanya Adzkiya mencoba berbaik hati.

"Lo nanya ada apa, Lo ada hubungan apa sama Gus Zidan" Mawar langsung bertanya to the poin.

"Seorang santri dan seorang Gus" ucap Adzkiya yang memang ada benarnya.

"Pasti Lo ada apa-apanya kan"

"Ngga ada kak"

"Terus kenapa Gus Zidan ngasih uang ke Lo"

"Itu titipan keluarga aku" ternyata mawar juga melihat yang dikantin tadi pikirnya.

"Kenapa titipan harus ke Gus Zidan bukannya ke admin pesantren yang biasanya melakukan itu"

"Saya juga ngga tau kak"

"Pasti Lo ada apa-apanya kan ngaku Lo"

"Ngga ada kak cuman sebatas seorang pengajar dan pelajar"

"Gak mungkin cuman itu, jangan-jangan Lo itu udah ngerayu Gus Zidan ya biar dapet uang itu"

Adzkiya dan Aqilla dibuat tercengang dengan pola pikir dari Mawar.

"Maksudnya apa kak"

"Ya Lo kan santri yang gak jelas asal usulnya, tiba-tiba Lo masuk aja terus selama ini orang tua Lo juga gak pernah ngunjungin Lo, apa jangan-jangan Lo dibuang ya karena Lo perempuan gak baik-baik, ya kan ngaku Lo jadi demi memenuhi kebutuhan Lo disini Lo ngelakuin hal gak baik sama Gus Zidan ya kan"

"Astagfirullahalazim kak demi Allah saya ngga seperti itu"

"Alah gak usah bawa-bawa nama Allah Lo, ngaku aja Lo, udah berapa laki-laki ya Lo rayu dan berapa duit yang Lo dapet hah"

"Stop ya kak, kakak ada masalah apa sih sama saya, sampai segitunya kakak bilang saya ini perempuan ngga baik-baik, apa sehina itu saya dimata kakak"

"Gak usah banyak ngomong Lo, Lo itu emang perempuan gak baik-baik makanya Lo itu dibuang keluarga Lo kesini agar Lo berubah jadi orang baik, bukannya baik Lo disini malah jadi jalang hanya karena ingin hidup enak"

"Stop kak stop, salah saya apa sih kak, saya juga ngga pernah loh jahat sama kakak, tapi kenapa Kakak segitunya ingin menjatuhkan saya"

"Terserah mau bilang saya apa tapi jangan pernah bawa-bawa keluarga saya tentang mendidik saya, karena apa keluarga saya lebih bagus mendidik anak-anaknya dibandingkan keluarga kakak yang sama sekali tidak bisa menghargai orang lain, suka semena-mena sama orang, saya juga bisa memutarbalikkan fakta yang kakak omongin tentang saya menjadi tentang kakak, apa jangan-jangan kakak yang dibuang dipesantren ini oleh keluarganya karena sikap kakak yang seperti ini"

Skakmat Adzkiya benar-benar membuat mawar bungkam.

"Kenapa diam kak benar kan, saya kasih tau sama kakak, kakak ngga perlu tau dimana orang tua saya dan tentang didikan mereka terhadap saya karena mereka sudah berhasil mendidik putrinya ini, kakak itu ngga berhak atas hidup saya, kakak ngomong seperti itu sama aja udah ngehina Gus Zidan guru kita, dan untungnya buat kakak ngehina saya apa kak"

Ucapan Adzkiya menggebu-gebu karena menahan sesak di dadanya.

"Kok Lo yang marah sih"

"Emang cuman kakak yang bisa marah-marah tanpa alasan yang jelas, sudah cukup saya diamkan kakak yang semena-mena terhadap saya, kali ini ngga lagi kak jangan pikir saya diam selama ini karena saya takut, saya hanya tidak ingin keluarga saya menanggung malu karena kelakuan saya"

"Lah emang keluarga Lo pasti udah malu kan punya anak jalang seperti lo" Mawar semakin menjadi-jadi.

"Stop kak saya bilang stop cukup, terserah kakak mau bilang saya apa, perempuan ngga baik-baik, jalang atau apapun itu terserah saya tidak peduli selama saya tidak melakukan apa yang kakak ucapkan tentang saya, saya tidak peduli"

Adzkiya menarik tangan Aqilla untuk pergi dari sana, tapi kaki Adzkiya dihalang oleh kaki Mawar alhasil Adzkiya terjungkal.

Disanalah tawa Mawar pecah.

"Kalo udah jalang emang gak tau diri ya"

Adzkiya berdiri dibantu Aqilla.

"Kamu gak papa Kiya" Adzkiya mengangguk.

"Aku ngga papa Qilla"

Adzkiya mendorong bahu Mawar alhasil Mawar jadi mundur beberapa langkah.

"Oh udah mulai berani ya Lo" Mawar ingin membalas dorongan dari Adzkiya tapi ia melihat seseorang yang ingin ketempat itu terjadi alhasil...

"Aduhh.." ucap Mawar tiba-tiba duduk dilantai.

Membuat Adzkiya dan Aqilla bingung, ada apa dengan perempuan satu ini.

"Ada apa ini" suara bariton itu sangat dikenali Adzkiya.

"Gus" ucap Adzkiya dan Aqilla berbarengan.

"Sakit Gus mereka dorong saya" Mawar memfitnah Adzkiya dan Aqilla.

"Apa benar itu Adzkiya, Aqilla" tanya Gus Zidan.

Ya suara itu dari Gus Zidan.

"Ngga Gus bukan seperti itu" jawab Adzkiya.

"Bohong dia Gus, saya tadi ke toilet setelah saya keluar mereka menghadang saya mereka main keroyokan"

Hah Adzkiya dan Aqilla dibuat tidak bisa berkata-kata lagi dengan semua ucapan dari Mawar yang tidak benar adanya.

"Kamu kembalilah ke kelas biar mereka berdua urusan saya" ucap Gus Zidan dingin.

"Baik Gus, terima kasih" ucap Mawar tersenyum kemenangan.

"Kalian berdua ikut saya" Gus Zidan lebih dulu berjalan diikuti Adzkiya dan Aqilla dibelakang.

"Kiya aku takut"

"Udah kamu tenang aja, aku ngga akan melibatkan kamu"

Mereka berbicara berbisik agar tidak didengar Gus Zidan.

Ketiganya sampai di ruangan Gus Zidan.

"Duduk" Gus Zidan mempersilahkan keduanya duduk disofa sedangkan Gus Zidan disofa singgel.

"Udah mulai nakal ya kamu" ucap Gus Zidan menatap Adzkiya begitu dalam yang ditatap hanya menunduk.

"Maaf" Adzkiya hanya mampu mengatakan kata maaf.

"Saya juga minta maaf Gus" ucap Aqilla.

"Jelasin awal mulanya kenapa jadi seperti tadi"

Keduanya sama-sama terdiam.

"Siapa yang mau jelasin?" tanya Gus Zidan dingin.

Masih tidak ada suara dari keduanya.

"Kalo kalian berdua tidak menjelaskan saya anggap kalian berdua bersalah" ucap Gus Zidan tegas.

"S-sebenarnya bukan seperti itu dia duluan buat Kiya jatuh, terus Kiya dorong tapi demi Allah ngga sampai jatuh, tapi tiba-tiba dia ngejatuhin diri sendiri" ucap Adzkiya menggebu-gebu dengan air mata yang sudah tumpah.

Gus Zidan tersenyum melihat istrinya akhirnya menyuarakan kebenaran. Ia tidak marah ia hanya ingin istrinya berani bersuara.

"Hei gak usah nangis" Gus Zidan memegang tangan Adzkiya karena mereka duduk sangat dekat.

"Tapi dia jahat, dia udah bersandiwara Kiya ngga nakal, dia duluan yang mulai" ucapnya dengan tangis pecah.

"Iya iya sutthh udah yah gak usah nangis" Gus Zidan mendekatkan dirinya ke Adzkiya dan memeluknya.

Aqilla yang paham langsung menjauhkan dirinya dari kedua pasangan itu.

"Kiya ngga nakal dia duluan yang mulai, dia jahat banget Kiya ngga suka" tangisnya tersedu-sedu dalam dekapan sang suami.

"Kalo gitu saya kekelas dulu ya Gus" pamit Aqilla.

"Terima kasih ya sudah menjaga istri saya" ucap Gus Zidan.

Aqilla mendengar ucapan itu jadi tersenyum, jadi dari tadi Gus Zidan itu tidak marah pada mereka. Syukurlah.

"Aku duluan ke kelasnya" pamit Aqilla dan Adzkiya tidak menyahut.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam" jawab Gus Zidan.

Setelah kepergian Aqilla tangis Adzkiya juga sudah mulai mereda. Adzkiya langsung melepaskan pelukannya.

"Mas ngga marah sama Kiya" tanyanya takut-takut.

"Gak sayang"

"Terus kenapa tadi tatap Kiya kaya gitu, Kiya kan jadi takut"

"Maaf sudah membuatmu takut" Adzkiya kembali memeluk suaminya.

"Dia sering seperti itu?" tanya Gus Zidan.

"Siapa?"

"Mawar sayang"

"Ngga" jawab Adzkiya sedikit bohong.

Ia hanya tidak ingin buat masalah jika ia menceritakan semuanya akan berakibat ke pernikahannya nanti, pasti suaminya ini tidak akan tinggal diam dan alhasil pernikahan yang selama ini dirahasiakan akan terbongkar. Ia tau suaminya seperti apa jadi ia memilih opsi untuk tidak memberitahu semuanya.

"Yaudah hapus air matanya"

Adzkiya menghapus air matanya dibantu sang suami.

"Kiya ke kelas dulu ya mas"

"Udah disini aja"

"Tapi Kiya masih ada ulangan di kelas"

"Nanti saya minta sama pengawas ulangan biar kamu ngerjainnya disini"

"Curang dong"

"Kenapa curang"

"Ya kan Kiya bisa nanya mas kalo ngga bisa jawab"

"Emang saya mau membantu kamu"

"Oh ngga ya" tanya Adzkiya polos dengan wajah lemas.

Melihat itu Gus Zidan tersenyum "Saya nanti ngejelasin aja kalo kamu gak paham"

"Oh oke, Kiya mau cuci muka dulu" Adzkiya berdiri dan berjalan menuju toilet yang ada didalam ruangan tersebut. Setelah sang istri masuk ke toilet, Gus Zidan langsung menelpon seseorang. Selang beberapa menit ketukan pada pintu utama terdengar.

Tok...tok...tok...

"Masuk" ucap Gus Zidan.

"Assalamualaikum Gus"

"Waalaikumussalam"

"Mana" Gus Zidan langsung menagih sesuatu.

"Sabar napa sih Gus baru juga datang"

"Buat siapa Gus" tanyanya setelah itu.

"Gak usah kepo kaya perempuan Fik"

"Ya Allah Gus cuman nanya doang"

"Mana kertasnya"

"Iya sabar-sabar"

Fikri mengeluarkan kertas soal dan kertas jawaban dari amplop coklat.

Ya yang datang itu ustadz Fikri.

"Makasih, silahkan keluar" usir Gus Zidan pada temannya itu.

"Untung Gus" ucap Fikri sedikit pelan.

"Mas ngomong sama siapa?" tanya Adzkiya saat keluar dari toilet.

Ia kira sudah tidak ada orang lagi jadi ia berani bertanya seperti itu tapi ternyata masih ada alhasil ia jadi malu sendiri.

"Oh ada istrinya toh" ustadz Fikri jadi mengangguk-anggukkan kepalanya paham.

"Ustadz" sapa Adzkiya sopan, ustadz Fikri hanya membalas dengan senyuman.

"Ngapain senyumin istri saya seperti itu" tegur Gus Zidan.

"Istrinya nyapa Gus, ya saya senyumin lah"

"Gak ada yang boleh senyumin istri saya selain saya"

"Posisef amat Gus"

"Udah sana keluar ganggu orang aja" Gus Zidan kembali mengusir.

"Iya iya saya keluar assalamualaikum" tapi sebelum benar-benar melangkah ustadz Fikri menyempatkan berbicara sesuatu.

"Hati-hati loh Ning, Gus nya tuh suka makan manusia"

"Kiya tau kok ustadz" balas Adzkiya mampu membuat seorang ustadz Fikri tidak bisa lagi berkata-kata.

"Enak gak tuh balasan istri saya, kamu gak tau aja istri saya itu seperti apa" ucap Gus Zidan tersenyum penuh kemenangan.

Ustadz Fikri sudah tidak sanggup lagi dengan kedua pasutri itu.

"Assalamualaikum" pamitnya tanpa mendengar jawaban.

"Waalaikumussalam"

"Ustadz nya kenapa ya mas?"

Gus Zidan mengangkat bahu "saya juga tidak tau sayang, udah sini soalnya udah ada kamu tinggal jawab" tepuk Gus Zidan pada sofa disampingnya.

Adzkiya duduk disofa sendiri sedangkan sang suami duduk dikursi pangkatnya sebagai pengajar.

Adzkiya dengan serius menjawab soal tersebut begitupun Gus Zidan juga tak kalah serius melakukan aktivitasnya dengan laptopnya.

*****

"Nak"

Adzkiya yang baru datang sekolah pun menoleh ke arah sumber suara. Ternyata itu panggilan ummi Zainab yang berada di ruang makan.

"Iya ummi" Adzkiya menghampiri dan menyalami tangan ummi Zainab.

"Ummi cuman mau bilang, suami kamu tadi izin ke restoran bentar katanya nanti mungkin sore baru pulang"

"Oh iya makasih ummi"

"Kalo kamu mau makan dilemari ada makanan kamu tinggal panasin aja ya"

"Iya ummi Kiya masih kenyang, Kiya ke atas dulu ya ummi" ummi Zainab mengangguk.

Adzkiya berada dikamarnya seorang diri dengan ditemani handphone, wanita itu sedang melihat lihat sesuatu di aplikasi shoppe yang menampilkan berbagai macam benda-benda mulai dari peralatan rumah tangga, pakaian, bahkan makanan juga tersedia diaplikasi itu dan banyak lagi. Pencarian Adzkiya saat ini jatuh pada pakaian abaya.

"Wah ini cantik banget tapi mahal, Kiya ngga punya uang cari yang murah deh pasti ada tiruannya" Adzkiya tipe orang yang tidak suka yang mahal-mahal, kenapa harus mahal kalo ada yang murah tapi kualitas bagus. Tapi tangan nya tetap memasukkan baju itu ke troli belanjaan.

Perempuan emang suka gitu ya suka masukin tapi gak di beli sampai menumpuk tuh troli. Kalian gitu juga gak sih?

Lanjut...

Adzkiya asik-asik menscroll dan memasukkan baju-baju yang ia sukai kedalam keranjang tanpa terasa waktu ashar tiba. Ia menghentikan aktifitasnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat.

Adzkiya sudah selesai melaksanakan sholat ia turun kebawah karena perutnya agak sedikit laper.

Ia sudah berada di dapur kali ini ia pengen makan mie instan, Adzkiya mencoba mencari keberadaan mie instan tersebut namun nihil tidak ada satu pun.

"Emang ngga pernah nyetok mie instan ya" pikirnya.

Hingga seseorang datang menghampiri Adzkiya.

"Nak" panggilan itu membuyarkan pikiran Adzkiya.

Adzkiya menoleh dan mendapati sang Abi mertuanya.

"Abi"

"Lagi mikirin apa"

"Hm Kiya boleh nanya"

"Sok ada apa"

"Dirumah ini ngga ada mie instan ya bi"

Abi Zaid mengangguk "Iya nak gak ada, suami kamu paling gak suka kalo ada yang makan mie"

"Mas Zidan ngga suka mie Abi"

"Suka, tapi jarang banget kalo makan mie soalnya katanya gak baik buat kesehatan"

"Oh" Adzkiya mengangguk.

"Kamu nanyain kaya gitu kamu mau makan mie nak"

Adzkiya mengangguk "Iya bi"

"Yaudah kamu tunggu di sini Abi beliin dulu mie nya, suami kamu juga gak ada kan jadi kamu bebas makan mie"

"Biar Kiya aja yang beli Abi"

"Udah gak papa biar Abi aja yang beliin ya, kamu tungguin Abi"

"Serius bi"

"Iya tungguin ya"

"Makasih banyak bi"

Abi Zaid berlalu dari sana, sambil menunggu mie tersebut ada Adzkiya lebih memilih menyiapkan toping untuk mienya nanti.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

"Nih mie nya nak" Abi Zaid datang dengan sebungkus mie instan ditangannya.

"Aaaa makasih banyak bi" Adzkiya langsung memeluk Abi Zaid. Setelah merasa apa yang ia lakukan Adzkiya langsung bergegas melepas pelukannya.

"Maaf bi"

"Gak papa nak, yaudah Abi ke kamar dulu ya" Adzkiya mengangguk.

"Sekali lagi makasih bi"

*****

Adzkiya sudah menyelesaikan masakannya ia membawanya ke halaman belakang yang terdapat tempat untuk duduk santai yang biasanya di sebut gazebo.

"Hummhhh wangi banget" wanita itu mencium masakannya.

"Udah lama banget ngga makan mie seperti ini akhirnya kesampaian juga"

Mie soto dengan telur rebus setengah matang kesukaannya.

"Bismillahirrahmanirrahim"

Adzkiya memasukkan suapan pertamanya kemulut dan rasa panas yang ia rasakan.

"Hu ha hu ha panas" ucapnya sambil mengipas-ngipasi lidahnya.

Adzkiya sudah menghabiskan setengah dari mie tersebut tiba-tiba ada yang berdehem membuatnya panas dingin karena ia sangat mengenali deheman tersebut.

"Ekhmm"

Adzkiya berusaha setenang mungkin untuk membalikkan badannya. Setelah badannya berbalik sempurna ia melihat suaminya dengan wajah datar dan dingin.

"M-mas u-udah p-pulang" ucapnya terbata-bata.

"Siapa yang izinin kamu makan mie hm" tanya Gus Zidan dengan wajah dinginnya.

"Maaf mas Kiya lagi kepengen makan mie"

"Tapi tadi kamu disekolah juga makan mie, mie itu gak baik buat kesehatan kalo setiap hari dikonsumsi"

Adzkiya langsung menunduk.

"Maaf mas janji ngga lagi, ini yang terakhir"

"Apa saya bisa pegang janji kamu untuk tidak makan mie lagi"

"Iya mas Kiya janji ngga makan mie lagi"

"Yaudah masuk sekarang"

Adzkiya bangkit dari duduknya dan berjalan masuk Ndalem dengan menunduk.

"Hei nak kenapa" tanya ummi Zainab pada sang menantu.

"Ngga papa ummi"

"Abi ummi, Zidan udah bilang kan gak boleh ada yang makan mie dirumah ini" ucap Gus Zidan sedikit tegas.

"Iya nak memangnya kenapa" tanya ummi Zainab.

"Kenapa istri Zidan sampai makan mie siapa yang ngasih"

"Itu Abi..." ucapan Abi Zaid terpotong.

"Mas udah, Kiya sendiri yang mau" ucap Adzkiya sedikit takut.

"Masuk ke kamar sekarang" ucap Gus Zidan sedikit nyaring.

Adzkiya berjalan menaiki tangga dengan kepala tertunduk.

"Zidan kamu apa-apaan sih, gak usah kasar kaya gitu sama istrinya" tegur ummi Zainab.

"Zidan gak kasar ummi, Zidan cuman memperingati aja kalo gak boleh ada yang menentang omongan Zidan, sudah cukup ummi dia dimanjain ini juga demi kebaikan dia dia hampir tiap hari makan mie di sekolah dan dirumah masih makan itu gimana kesehatannya"

"Ummi ngerti tapi apa harus kamu keras bicara sama istri kamu seperti tadi hah, coba liat Abi apa pernah Abi kasar sama ummi gak pernah kan, ummi gak suka sikap kamu seperti tadi"

"Dia istri Zidan ummi, Zidan ngerti mendidik dia jadi ummi gak usah ikut campur, Zidan permisi assalamualaikum" Gus Zidan melangkah menaiki anak tangga.

"Waalaikumussalam" jawab kedua orang tuanya.

"Liat anak Abi siapa yang ajarin seperti itu" ucap ummi Zainab marah.

"Sabar ummi" Abi Zaid mencoba menenangkan sang istri.

"Ummi gak marah dia ngomong seperti itu, tapi ummi gak dia kasar sama istrinya"

"Udahlah ummi biarin jadi urusan Zidan"

"Tapi kalo berani ngomong kasar berarti juga berani main kekerasan"

"Astagfirullah ummi jangan ngomong kaya gitu, kita tau Zidan gimana ummi gak bakalan kaya gitu, udah ya ummi duduk dulu"

*****

"Assalamualaikum" ucap Gus Zidan masuk ke dalam kamar.

"Waalaikumussalam"

Yang tadinya duduk dipinggir kasur Adzkiya menghampiri suaminya.

"Hm mas, kalo mas mau mandi hm Kiya udah siapin air hangat hm buat berendam" dengan susah payah satu kalimat itu terucap dari mulut Adzkiya.

Gus Zidan langsung berlalu dari sana menuju kamar mandi.

"Mas Zidan kenapa ya, kok sampai semarah itu padahal kan Kiya cuman makan mie" tanyanya pada diri sendiri.

Gus Zidan keluar dengan rambut basah dan tubuh yang hanya diselimuti handuk sepinggang yang dimana perut kotak-kotak miliknya terekspos.

Adzkiya yang saat itu sedang membaca buku langsung menatap kearah sang suami.

"Bajunya udah Kiya siapin mas" ucapnya tersenyum tapi tidak dapat ekspresi apapun dari sang suami.

Gus Zidan langsung memakai baju yang sudah disiapkan sang istri setelah itu menghampiri Adzkiya yang sedang duduk ditepi kasur dengan buku yang berserakan diatasnya.

Merasa ada yang menghampiri Adzkiya menghentikan aktifitasnya dan menoleh.

"Mas"

"Saya mau keluar mungkin nanti setelah isya saya baru balik jadi kamu gak usah nungguin saya ya, kalo ngantuk langsung tidur, assalamualaikum"

"Waalaikumussalam" Adzkiya yang ingin menyalami tangan sang suami tidak jadi lantaran suaminya sudah lebih dulu pergi.

"Mas Zidan kenapa berubah, segitu besarkah kesalahan Kiya sampai mas diemin Kiya kaya gini" ucapnya menahan tangis melihat kepergian suaminya.

Agar tidak selalu memikirkan itu Adzkiya memilih membersihkan dirinya.

Waktu maghrib dan isya sudah berlalu, saat ini Adzkiya sedang membantu ummi Zainab menyiapkan untuk makan malam bersama.

"Suami kamu belum pulang nak"

"Belum ummi" ucapnya tersenyum.

"Kamu gak papa kan"

"Ngga papa ummi, emangnya kenapa ummi"

"Gak, gak papa suami kamu gak kasar kan sama kamu"

"Ngga ummi"

"Udah beres ummi" ucapnya mengalihkan pembicaraan.

"Makasih ya, kalo gitu kamu makan duluan aja nak" ucap ummi Zainab.

"Nanti aja ummi nunggu mas Zidan pulang"

"Sekarang aja nak, kalo suami kamu pulangnya lama nanti kamu kelaperan"

"Ngga kok ummi, Kiya nunggu mas Zidan pulang aja"

"Yaudah"

"Kiya keatas ya ummi" ummi Zainab mengangguk.

"Awas aja kalo kamu pulang Zidan" ucap ummi Zainab setelah sang menantu sudah berlalu.

Bersambung...

••|||••

Jangan lupa follow, vote dan komen.

Terimakasih.


Continue Reading

You'll Also Like

409K 19.5K 62
FOLLOW DULU SEBELUM BACA !!! ⚠️IDE ITU SANGAT MAHAL!⚠️ ⚠️DILARANG PLAGIAT!!!⚠️ "Nak, apakah engkau bersedia jika Abi menikahkanmu dengan putra kam...
79.6K 3.2K 15
SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW ❗❗❗ WARNING ⚠️⚠️ BUKAN CERITA PLAGIAT DAN TIDAK ADA PLAGIATAN⚠️⚠️ ✿✿✿✿✿⁠ kisah tentang gadis pintar bernama zalsa, zalsa M...
964K 46K 50
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ PREQUEL (BACA INI DULU!!)
13.6K 662 19
Dimana hari kelulusan sekolah adalah hal yang dinanti nantikan oleh semua siswa-siswi, tapi tidak dengan Aisyah ia malah mendapat kabar bahwa sang ay...