Janji Sakral Ziya

Oleh maulida_2113

549K 21.2K 2.5K

Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena ken... Lebih Banyak

Prolog
1. Hukuman
2. Perjodohan
3. Permintaan Maaf
4. Perlombaan
5. Pertemuan
6. Sakit
7. Keraguan
8. Pemakaman
9. Lamaran
10. Pernikahan
11. Resepsi
12. Cemburu
13. Pulang
14. mertua dan menantu
15. Perhiasan Dunia
16. Hari Pertama
17. Vampir
18. Ibu Kandung vs Ibu Sambung
19. Di Bentak
20. Bidadarinya Gus Zidan
21. Bucin
22. Mimpi Buruk
23. Perginya Cinta Pertama
24. Mengulang Masa-Masa Dulu
25. Anak Geng Motor
26. Kecoa
27. Poligami
29. Berubah
30. Masalah
31. Berbaikan
32. Di Hukum
33. Bahan Omongan
34. Zalim
35. Konflik
36. Hasil?
37. Berpisah
38. Hilang
39. Menutup Mata
40. Sebuah Mimpi Belaka
41. Tausiyah
42. Hadiah
43. USG
44. Sunset
45. Berzina
46. Cambuk
47. Pergi?
48. Aqiqah

28. Pernikahan

11.2K 333 14
Oleh maulida_2113

••• Bismillahirrahmanirrahim •••

Selamat membaca.

••|||••

*****

Setelah sholat isya keluarga kyai Zaid sedang berkumpul dan kali ini Rayna juga ikut ada disana.

"Ada apa ini bi, ummi kok pada dikumpulin malam-malam" tanya Adzkiya bingung.

"Tebak nak" ucap ummi Zainab.

"Hm apa ya" Adzkiya nampak berpikir.

"Hm mbak Rayna mau dijodohin benar ngga ummi"

"Bener banget ih seratus buat kamu" semuanya tertawa akan hal itu.

"Serius ummi"

"Tanya aja mbak mu"

"Serius mbak" yang ditanya dari tadi hanya malu-malu.

"Ih lucu banget pipi mbak Rayna merah" heboh Adzkiya membuat Gus Zidan geleng-geleng kepala.

"Jangan digituin sayang nanti makin malu mbaknya" ucap Gus Zidan agar istrinya ini berhenti menggoda Rayna.

"Wih sama siapa, ketemu dimana, kapan, anak pesantren mana, Gus atau apa?" Pertanyaan Adzkiya mengalahkan pertanyaan dari seorang wartawan.

Semuanya di buat cengo dengan pertanyaan yang begitu banyak dari Adzkiya.

"Ya Allah nak satu-satunya nanyanya"

"Hehehe Kiya ngga sabar bi"

"Abdi negara nak" jawab Abi Zaid.

Adzkiya dibuat kaget dengan ucapan Abi Zaid.

"Abdi negara bi" Abi Zaid mengangguk.

"Ih lucu pasti nanti nikahnya ada pedang poranya"

"Ketemu dimana mbak" tanya Adzkiya kembali tapi yang ditanya dari tadi hanya diam mungkin karena malu.

"Mbak jawab dong ketemu dimana"

"Abi yang jodohin nak" jawab ummi Zainab.

"Abi!!, ketemu dimana bi ganteng ngga?"

"Kok kamu nanyain kegantengannya sih sayang" ucap Gus Zidan tidak suka dengan pertanyaan sang istri.

"Bukan gitu mas" cengirnya.

"Udah jangan ngambek maaf ya" bujuknya.

"Jangan tanya kaya gitu lagi, gak cukup kamu dengan kegantengan saya"

Penuturan Gus Zidan membuat keluarganya menatap Gus Zidan dengan tidak percaya apakah ini Gus Zidan beneran mereka baru tau jika bersama istri sifatnya berbanding terbalik dengan kesehariannya diluar.

"Cukup mas cukup" ucapnya memberikan senyum paling manis.

"Ayo bi ceritain lagi"

Baru juga di nasehatin sang suami Adzkiya kembali lagi bertanya akan laki-laki yang menjadi suami dari Rayna kelak.

"Saat itu dia nolongin Abi, Abi ngobrol lah disana dan sampai perjodohan itu terjadi, tapi Abi tanya dulu pada mbak mu eh langsung setuju setelah Abi bilang kalo yang mau Abi jodohin itu abdi negara" ucapan itu mampu membuat Rayna makin malu.

"Kayanya udah incaran lama deh bi" Adzkiya terkikik geli sendiri.

"Kayanya sih nak, soalnya udah beberapakali perjodohan datang dari anak kyai selalu dia tolak eh giliran abdi negara langsung setuju tanpa basa basi" disitulah tawa semuanya lepas tapi tidak dengan yang jadi bahan malam itu ia hanya menunduk karena malu.

*****

Hari ini adalah acara yang sudah ditunggu-tunggu oleh Rayna dan juga calonnya. Hari pernikahannya dengan seorang abdi negara. Pernikahan dilaksanakan satu Minggu setelah Abi Zaid memberi tahu keluarga akan perjodohan Rayna dan seorang abdi negara. Kedua mempelai tidak ingin menunda-nunda hal baik ini, jadi dengan persiapan seadanya mereka akan terima hasilnya dan tidak meminta hal yang lebih dari acara karena memang waktu yang cukup singkat untuk mempersiapkannya jadi jangan berharap akan semaksimal mungkin dekorasinya, keduanya siap menerima itu yang penting kata mereka sah menjadi suami istri sudah cukup untuk mereka.

Acara diadakan di gedung yang sudah di sewa pihak laki-laki.

"Sayang udah siap"

"Sebentar mas"

Gus Zidan menghampiri sang istri yang duduk di meja rias.

"Sayang kok cantik banget sih"

"Hah jadi mas ngga suka kalo Kiya itu cantik"

"Bukan begitu sayang, tapi saya gak suka aja kalo nanti ada yang melirik kamu saya gak ridho akan hal itu"

"Terus sekarang Kiya harus apa biar mas itu ridho"

"Kalo saya minta kamu pakai cadar kamu mau" Adzkiya langsung mengangguk.

"Serius sayang"

"Iya kan kecantikan Kiya hanya untuk mas, Kiya akan menjaga semampu Kiya"

"Makasih sayang" Gus Zidan berjalan ke arah lemari dan mengambil kain yang disebut cadar itu dan kembali mendekat ke sang istri.

"Saya bantuin pakai ya" Adzkiya kembali mengangguk.

Setelah kain itu menutup wajah Adzkiya dan yang hanya tersisa mata dan kening saja yang terlihat.

"Kok makin cantik sih" ucap Gus Zidan tidak bohong.

Adzkiya ini tipe pake apa aja akan cantik itu kan maksudnya Gus.

"Terus Kiya harus apa mas" Adzkiya mulai kesal ia sudah mau menuruti kemauan suaminya untuk pakai cadar tapi masih dibilang cantik. Bukan ia tidak suka suaminya itu bilang cantik tapi karena kecantikan itu yang membuat sang suami jadi overtingking terhadapnya.

"Yaudah gak papa deh lagian wajah kamu juga udah tertutup"

Akhirnya Adzkiya bisa tersenyum dibalik cadarnya tersebut.

"Yuk udah ditungguin Abi sama ummi"

Adzkiya menahan emosi pada suaminya. Padahal siapa yang membuat lama. Bayangkan saja baju yang dikenakan Adzkiya adalah pilihan dari suaminya yang berjam-jam memilihnya hanya karena agar sang istri ketika nanti tidak ditatap laki-laki lain karena pakaian yang digunakan. Alhasil Gus Zidan menjatuhkan pada baju abaya berwarna hitam sedikit ada hiasan dilengan, kerudung pashmina senada di tambah cadar warna senada juga.

Gus Zidan membawa tangan sang istri ke pergelangan tangannya untuk saling merangkul. Tangan Adzkiya merangkul tangan suami sedangkan tangan Gus Zidan merangkul pinggang sang istri.

Keduanya turun tangga tidak luput dari pandangan Abi Zaid dan ummi Zainab.

"MasyaAllah nak, ini anak ummi" ucap ummi Zainab menghampiri Adzkiya.

"Iya ummi" balas Adzkiya tersenyum dibalik cadarnya.

"Kamu makin cantik aja sih pakai cadar"

"Nah benar kan sayang apa yang saya bilang kamu itu makin cantik pake cadar itu"

"Iya mas iya"

"Suami kamu yang nyuruh ya"

"Iya ummi tapi Kiya suka"

"Alhamdulillah kalo kamu juga merasa tidak terbebani"

"Yaudah kita berangkat sekarang aja takut udah mulai" ucap Abi Zaid.

Semuanya keluar ndalem, Adzkiya tidak takut keluar karena sekarang santri-santri sedang dalam kelasnya.

Mereka berangkat bersama satu mobil dan Gus Zidan yang menyetir.

"Nak kamu duduk sama ummi ya" Adzkiya hanya mengangguk.

"Jangan ummi" bantah Gus Zidan.

"Loh kenapa kamu kan duduk kan sama Abi, jadi istrimu ini sama ummi"

"Gak, gak istri Zidan disamping Zidan"

"Aneh kamu"

"Biar semangat nyetirnya ummi"

"Ya udah yaudah terserah kamu aja" ummi Zainab lebih dulu masuk.

"Kamu sih ngambek tuh ummi" ucap Abi Zaid pada sang putra, dan kalian tau ekspresi yang dikeluarkan Gus Zidan biasa-biasa saja.

Durhaka gak sih Gus Zidan sama ummi nya hehehe becanda ya guys.

Lanjut...

"Mas kasian ummi" kali ini yang menegur sang istri tapi ya namanya juga Gus Zidan ya begitulah.

"Udah gak papa sayang masuk" Gus Zidan membukakan pintu untuk sang istri.

Mobil itu akhirnya sampai setelah setengah jam perjalanan, gedungnya memang jauh dari pesantren alhasil memakan waktu selama itu untuk sampai.

Pertama yang Adzkiya lihat gedung besar yang diluarnya berhias bunga-bunga berwarna putih dan juga abu-abu mungkin itu konsep bunganya putih abu-abu kaya seragam sekolah aja hehehe...

Adzkiya menatap kagum acara itu, acaranya besar, tamu undangannya juga banyak.

"Ayo sayang" Gus Zidan mengambil tangan sang istri untuk digenggam.

Keluarga kyai Zaid sudah duduk dikursi tamu khusus yang sudah dipersiapkan.

Mereka duduk paling depan, paling dekat dengan kursi akad nanti. Untungnya mereka belum telat menyaksikan Janji suci tersebut walau sudah ada mempelai pria, wali dari perempuan, bapa penghulu dan saksi. Tapi acara itu belum juga dimulai karena waktu nya sudah ditentukan, jadi berjalan sesuai rencana.

Hingga suara dari Abi mempelai wanita menyebut nama calon mempelai pria...

Acara akad telah selesai kini status Rayna sudah berubah menjadi seorang istri dan juga ibu perwira.

Kedua mempelai saat ini sedang berganti baju untuk acara selanjutnya yaitu acara pedang pora yang menjadi tradisi dalam mengantar seorang perwira kejenjang pernikahan sekaligus penyambutan untuk ibu perwira.

Adzkiya dan suami saat ini sedang memakan makanan prasmanan di acara itu.

"Acaranya seru ya mas" Gus Zidan mengangguk tangannya sambil membantu sang istri untuk makan.

Tiba waktunya yang ditunggu-tunggu banyak orang yaitu upacara pedang pora. Serangkaian acara pedang pora telah dilaksanakan dengan khidmat oleh anggota-anggota yang lain yang mengantar kedua mempelai.

Kedua mempelai sedang berdiri diatas pelaminan untuk menunggu para tamu yang ingin berfoto dengan mereka, pasangan Gus Zidan dan Adzkiya juga mengantri untuk berfoto dan tibalah giliran mereka.

"Mbak selamat ya"

"Terima kasih Ning"

"Mas mereka sepupu aku, yang aku ceritain" suami dari Rayna itu hanya mengangguk dan tersenyum.

Satu, dua tiga foto sudah diambil, dengan berat hati Adzkiya turun dari pelaminan itu padahal iya pengen berlama-lama disana tapi mengingat masih banyak orang yang mengantri di belakang mereka jadi dengan terpaksa mereka harus turun.

"Kok cemberut sayang"

"Kiya masih pengen ngobrol sama mbak Rayna"

"Nanti kan bisa kasian yang lain gak kebagian foto nanti, jangan sedih ya" Adzkiya mengangguk.

"Aduh duh mas aduh Aaww..." Adzkiya mengaduh kesakitan.

"Sayang" Gus Zidan memegangi pinggang sang istri.

"Kamu kenapa hei"

"Perut Kiya sakit mas"

"Yaudah duduk dulu" Gus Zidan membantu sang istri duduk.

"Sthhh awww sakit banget mas" Adzkiya mencengkram perutnya.

"Jangan digituin sayang nanti tambah sakit, sebentar saya cari ummi dulu biar kita pulang duluan, bentar ya sayang" Adzkiya hanya mampu mengangguk.

"Ummi" ummi Zainab yang sedang berbicara dengan ibu dari Rayna menengok.

"Iya nak kenapa"

"Sebentar ummi Zidan mau ngomong"

"Sebentar ya" ucap ummi Zainab pada lawan bicaranya.

"Ada apa nak" tanya ummi Zainab ketika keduanya sudah agak jauh.

"Zidan pulang duluan ya ummi, istri Zidan tiba-tiba perutnya sakit"

"Yaampun tapi gak papa kan"

"Ummi tenang aja ya Zidan mau bawa kerumah sakit ini"

"Yaudah sana-sana malah ditinggal istrinya kan bisa telpon"

"Kan panik yaudah Zidan pergi dulu nanti yang jemput kalian sopir pesantren ya ummi"

"Iya tenang aja ummi sama pulang mah gampang sana"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

Gus Zidan kembali menghampiri sang istri yang masih kesakitan.

"Saya kita pulang ya kamu masih bisa jalan kan, kalo gak saya gendong ya"

"Kiya bisa jalan kok mas" Gus Zidan membantu memapah sang istri menuju mobil.

Gus Zidan lebih dulu membantu sang istri dan memakaikan sabuk pengaman sebelum ia juga ikut masuk.

"Ummi sama Abi gimana pulangnya"

"Nanti supir pesantren jemput, kita kerumah sakit ya"

"Tapi mas.."

"Kali ini mau ya sayang masa khawatir sama kamu" akhirnya Adzkiya mau untuk dibawa ke rumah sakit.

Perjalanan kerumah sakit, rasa sakit yang dirasakan Adzkiya kini hilang tanpa sakit sedikitpun jadi sebelum benar-benar sampai rumah sakit Adzkiya langsung menghentikan sang suami.

"Mas"

"Hm kenapa sayang masih sakit" Adzkiya menggeleng.

"Udah ngga sakit mas, jadi kita pulang aja ya"

"Serius sayang"

"Iya, jadi kita putar balik pulang aja ya mas"

"Beneran gak ada sakit lagi" Adzkiya mengangguk.

"Udah nanggung sayang kita lanjutin aja sekalian kamu periksa"

"Tapi Kiya udah ngga sakit mas"

"Gak papa sayang untuk cek aja mau ya"

"Pulang aja yah"

"Yaudah kita pulang"

Akhirnya mobil yang mereka kendarai itu berputar arah menuju pesantren.

Sesampainya dipesantren keduanya langsung turun dari mobil dengan cepat-cepat agar tidak dilihat orang lain.

"Mas"

"Iya sayang"

"Mas atau Kiya yang duluan mandi"

Gus Zidan menatap jam ditangan yang dimana jam itu menunjukkan sebentar lagi waktu Zuhur tiba.

"Mandi berdua aja sayang biar hemat waktu"

"Ngga mau"

"Kok gak mau"

"Nanti masnya jail"

"Gak sayang"

"Pokoknya tetap aja ngga mau"

"Biar cepat sayang bentar lagi Zuhur"

"Kan ada kamar mandi dibawah, pas pakai yang dibawah aja"

"Gak bisa sayang, saya mau bareng sama kamu aja" Gus Zidan meraih Adzkiya dan membawa masuk ke dalam kamar mandi. Alhasil mau tidak mau Adzkiya pasrah dan jadilah mereka mandi bareng.

*****

Keduanya selesai melaksanakan sholat Zuhur, kini keduanya sedang berada di dapur karena permintaan Gus Zidan yang katanya ingin makan sesuatu.

"Mas mau makan atau cemilan aja"

"Cemilan aja sayang"

"Masnya mau apa"

"Mau apa ya" Gus Zidan sedang berpikir.

"Enaknya apa sayang"

"Hm Kiya bikinin cireng mau"

"Apa itu cireng?" heran Gus Zidan pasalnya ia baru mendengar nama itu.

"Mas ngga tau" Gus Zidan mengangguk.

"Cireng tuh Aci digoreng mas"

"Aci apa lagi itu sayang" Gus Zidan makin  bingung dengan nama-nama yang disebutkan sang istri.

"Itu loh mas makanan yang bahannya itu dari tepung tapioka atau biasa juga disebut tepung kanji bentuk sama varian isinya bisa kita sesuaikan kemauan kita"

"Oh coba bikin sayang" Gus Zidan mulai tertarik dengan makanan yang disebutkan sang istri.

"Yaudah tunggu ya mas"

"Saya bantuin ya tapi saya bantuin apa"

"Hm mas bantuin cuci ayam"

"Ayam untuk apa sayang"

"Ini untuk isiannya mas, Kiya tuh mau buat cireng isi ayam suwir"

"Oh oke" Gus Zidan melakukan apa yang disuruh sang istri. Ia membuka lemari es dan mencari ayam untuk ia eksekusi.

Gus Zidan membersihkan ayam itu sedangkan sang istri menyiapkan semua bahan-bahan. Dari batang sereh, daun salam, bawang merah, bawang putih, cabe merah keriting, cabe rawit, kemiri, kunyit, garam, kaldu, gila dan juga tepung tapioka bahan yang menjadi dasar dari yang namanya cireng.

"Sayang ini udah bersih terus diapain"

"Ayamnya dimarinasi dulu mas"

"Pakai apa sayang"

"Garam, kunyit bubuk, sama bawang putih halus semuanya udah Kiya siapin mas tinggal masuk-masukin aja tuh disana" tunjuk Adzkiya pada meja yang dimana semua bahan sudah disiapkan.

Gus Zidan mengambil semua bahan yang diperlukan untuk memarinasi ayam tersebut.

Sedangkan Adzkiya sedang mengulek bumbu halus untuk teman ayam suwir nanti ketika dioseng.

Yaitu bawang merah, cabai merah keriting, cabai rawit, dan kemiri diulek sampai halus.

"Sayang ini udah"

"Goreng sebentar mas setelah itu tunggu sampai dingin baru nanti disuwir ya mas" Gus Zidan mengangguk.

Adzkiya melanjutkan untuk membuat adonan cireng nya sambil menunggu ayam suwir itu dingin dan nanti dioseng dengan bumbu halus yang sudah Adzkiya ulek.

"Sthhh" Gus Zidan meringis kesakitan.

"Kenapa mas"

"Panas sayang"

"Lagian udah tau baru digoreng malah dipegang"

"Hehehe saya udah gak sabar sayang"

Adzkiya dibuat geleng-geleng kepala dengan tingkah sang suami.

Setelah menunggu beberapa menit ayam yang tadinya digoreng sebentar itu sudah tidak terlalu panas tapi bisalah untuk disuwir. Gus Zidan menyisir ayam itu hingga menjadi suwiran.

"Udah sayang" Gus Zidan menyerahkan mangkok yang berisi ayam suwir.

Adzkiya menggoreng bumbu halus sampai bau dari bumbu tersebut tercium harum dan setelahnya Adzkiya memasukkan ayam suwir tersebut mengoseng-ngoseng sebentar hingga dirasa sudah cukup Adzkiya memindahkan ayam suwir tersebut ke mangkok.

"Terus diapain lagi sayang"

"Tangan mas bersihkan"

"Iya"

"Mas ambil sedikit adonan" Gus Zidan menuruti ucapan suaminya. Adzkiya juga ikut melakukannya agar sang suami bisa mengikuti langkah-langkahnya.

"Terus dipipihin kaya gini" Gus Zidan mengikuti semua langkah dari sang istri.

"Setelah itu masukin deh ayam suwir nya"

"Terus tutup semua ayam suwir itu sama adonan jangan sampai ada yang bolong" Gus Zidan melakukan apa yang juga dilakukan sang istri hingga semua adonan itu habis dan ayam suwir nya juga.

"Tinggal digoreng deh mas"

"Urusan menggoreng biar saya aja ya sayang"

"Yaudah"

Karena sang suami menggoreng jadi Adzkiya membereskan semua kekacauan dapur itu dari mulai mengembalikan bahan-bahan tadi ketempatnya dan mencuci semua peralatan yang sudah dipakai untuk membuat cireng tersebut.

Cireng itu berhasil digoreng semuanya, mereka mendapatkan sepuluh cireng.

Keduanya duduk di meja makan saling berdampingan.

"Nah ini namanya cireng mas"

"Lucu ya bentuknya"

"Bikinan mas yang lucu"

"Hehehe gak simetris sayang"

"Ngga papa cireng itu emang terserah aja bentuknya"

Keduanya pun menyantap hasil buatan mereka berdua.

Adzkiya hanya memakan tiga dan sisanya kalian tau kan siapa ya Gus Zidan.

Adzkiya membiarkan suaminya itu lebih banyak karena melihat dari cara makan suaminya yang lahap sekali jadi itu tidak masalah untuk Adzkiya lagipula ia juga masih kenyang karena di acara nikahan Rayna.

"Habis sayang nanti kita buat lagi ya" Adzkiya mengangguk.

Keduanya kembali ke kamar setelah mencuci piring bekas mereka pakai tadi.

"Sayang mas izin ya" ucap Gus Zidan sambil mengganti baju.

"Kemana mas"

"Ke kantor keamanan sebentar"

"Ada masalah" Gus Zidan mengangguk.

"Apa mas"

"Biasa sayang santri yang membolos"

"Oh"

"Katanya kamu juga pernah membolos kan"

Adzkiya mengangguk mengiyakan.

"Iya, tapi saat itu gurunya ngga ada mas jadi yaudah keluar aja"

"Kemana kamu membolos nya"

"Kebelakang asrama sama sahabat Kiya terus makan mangga eh ketahuan sama bang Bizar"

"Teru kamu dihukum"

"Iya sampai masuk rumah sakit"

"Kok bisa sampai segitunya jahat banget bang Bizar"

"Kiya ngga makan pas ngerjain hukuman itu"

"Astagfirullah ada-ada aja kamu"

"Hehehe"

"Udah ya saya berangkat dulu" Adzkiya mengangguk.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

*****

Ternyata suaminya itu tidak pulang sampai sore membuat Adzkiya jengkel.

"Bilangnya sebentar ini udah ashar, lewat lagi"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

Gus Zidan menghampiri istrinya dengan takut-takut dan memberikan tangannya untuk dicium sang istri Adzkiya langsung mengambil tangan suaminya tapi ketika suaminya ingin mencium kening Adzkiya berlalu pergi dari sana.

Membuat Gus Zidan menghela napas.

"Astagfirullah" ucap Gus Zidan dalam hati sambil mengelus dadanya.

"Sayang maaf ya" bujuknya sambil mengetuk pintu kamar mandi.

"Sayang dengerin dulu saya akan jelaskan kenapa saya pulangnya telat"

Adzkiya keluar dan berjalan melewati suaminya, Gus Zidan langsung menyusul kemanapun istrinya berjalan.

"Sayang dengerin saya dulu dong"

"Kiya tau kok alasannya jadi mas ngga usah ngejelasin"

"Tapi kamu kaya marah gitu"

"Ngga, Kiya ngga marah"

"Beneran sayang"

"Hm"

"Gimana nanti malam kita jalan-jalan mau"

"Ngga, Kiya lagi males keluar"

"Yaudah saya ganti baju dulu ya" Adzkiya mengangguk.

"Ditinggal lagi" ucapnya pelan.

Bersambung....

••|||••

Sebelum lanjut jangan lupa follow, vote dan komen.

Makasih😊

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

4.6K 174 6
Jangan lupa follow dan vote ygy🤭 Info lebih lanjut ada di IGku faiz_bellzz Apa jadinya jika seorang mafia kejam malah jatuh hati pada gadis bercada...
520K 28K 34
Muhammad Alfarzan Azzaki, seorang Gus yang sudah menyebutkan nama bayi perempuan dalam sepertiga malamnya sejak umur 7 tahun. Dan dia, Aliyah Salsabi...
800K 80.6K 46
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
1M 78.1K 61
Assalamualaikum teman² ini cerita pertama aku jikalau ada kesamaan tokoh maupun alur ceritanya mohon di maafkan. - - - KISAH ini mengisahkan tentang...