Janji Sakral Ziya

By maulida_2113

549K 21.2K 2.5K

Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena ken... More

Prolog
1. Hukuman
2. Perjodohan
3. Permintaan Maaf
4. Perlombaan
5. Pertemuan
6. Sakit
7. Keraguan
8. Pemakaman
9. Lamaran
10. Pernikahan
11. Resepsi
12. Cemburu
13. Pulang
14. mertua dan menantu
15. Perhiasan Dunia
16. Hari Pertama
17. Vampir
19. Di Bentak
20. Bidadarinya Gus Zidan
21. Bucin
22. Mimpi Buruk
23. Perginya Cinta Pertama
24. Mengulang Masa-Masa Dulu
25. Anak Geng Motor
26. Kecoa
27. Poligami
28. Pernikahan
29. Berubah
30. Masalah
31. Berbaikan
32. Di Hukum
33. Bahan Omongan
34. Zalim
35. Konflik
36. Hasil?
37. Berpisah
38. Hilang
39. Menutup Mata
40. Sebuah Mimpi Belaka
41. Tausiyah
42. Hadiah
43. USG
44. Sunset
45. Berzina
46. Cambuk
47. Pergi?
48. Aqiqah

18. Ibu Kandung vs Ibu Sambung

9.3K 374 6
By maulida_2113

••• Bismillahirrahmanirrahim •••

Selamat membaca.

••|||••

Adzkiya sedang menunggu sang suami pulang dari mesjid, padahal waktu isya udah selesai 15 menitan yang lalu terus ini kemana suaminya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam kemana aja sih lama banget" kesal Adzkiya.

"Ya Allah Humaira saya baru pulang bukannya disambut dengan yang manis-manis ini malah dapet omelan"

"Gusnya sih lama banget ngga tau apa istrinya ini bosen ngga ada teman"

"Sabar Zidan istri mu ini lagi dapet jadi moodnya suka berubah-ubah" ucap Gus Zidan dalam hati.

"Maaf ya" Gus Zidan berjalan ke arah lemari untuk mengambil baju ganti.

"Gus" panggilnya sedikit keras.

"Iya kenapa"

"Gus itu ngga liat ya"

"Apalagi Humaira" Gus Zidan juga ikut tersulut emosi pasalnya kan ia baru datang cape tapi malah kena omel sang istri.

"Ih kok Kiya dibentak"

"Astagfirullah" Gus Zidan menghampiri istrinya yang sedang menunduk.

"Maaf ya Humaira bukan saya bermaksud untuk membentak kamu" Gus Zidan membawa tubuh mungil istrinya untuk ia dekap.

"Gus cape ya punya Kiya yang tingkahnya kaya anak kecil" ucapnya tiba-tiba bertanya seperti itu.

"Tidak Humaira tidak, saya suka tingkah kamu seperti ini maafin saya ya"

"Maafin Kiya juga udah mengeraskan suara sama Gus nya"

"Saya maafkan, saya ngerti hormon kamu lagi berubah-ubah saat ini"

"Huaaaa Kiya cape Gus"

"Sudah jangan nangis perutnya sakit ya"

"Iya"

"Yaudah rebahan dulu, saya mau ganti baju setelah itu saya elusin perutnya bentar ya" Gus Zidan mengelus kepala Adzkiya.

"Bajunya udah Kiya siapin Gus" tunjuknya kearah sofa.

Gus Zidan langsung mengikuti arah tunjuk sang istri dan tersenyum.

"Makasih ya" Adzkiya mengangguk.

Adzkiya merebahkan badannya diatas kasur sembari menunggu sang suami ganti baju.

Gus Zidan keluar kamar mandi menggunakan baju kaos oblong hitam dan juga celana panjang menutup lutut.

Gus Zidan berjalan menuju kasur dan ikut merebahkan tubuhnya setelah menaruh baju ditempatnya.

"Sini deketan" suruh Gus Zidan pada Adzkiya untuk bersandar.

Adzkiya menurut ia menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya.

Gus Zidan mulai mengelus-elus perut sang istri.

"Sakit banget ya"

"Iya gerak dikit sakit"

"Saya pakaikan minyak kayu putih ya" Adzkiya hanya mengangguk sambil memejamkan matanya karena menahan rasa nyeri.

Gus Zidan mulai menyingkap baju yang dikenakan Adzkiya membuat gadis itu membuka matanya dan langsung menepis tangan sang suami.

"Gus mau ngapain, jangan mencari kesempatan dalam kesempitan ya Gus"

"Ya Allah bukan begitu Humaira saya hanya ingin memakaikan ini" perlihatkannya pada botol minyak kayu putih dihadapan gadis itu.

"Oh kirain"

"Lagian kalo saya mau ngambil juga gak masalah kan itu juga sudah jadi hak saya"

"Tapi Kiya ngga izinin"

"Nolak ajakan suami itu dosa Humaira"

"Emang iya ya Gus" tanyanya menatap sang suami.

Gus Zidan mengangguk "Iya Humaira"

"Berarti Kiya dosa dong"

"Kenapa"

"Tadi siang kan Gus ajakin Kiya tapi Kiya nya nolak"

"Kan kamu lagi halangan"

"Jadi ngga papa nih Gus"

"Iya"

Adzkiya kembali memeluk sang suami dengan erat sedangkan Gus Zidan sudah berhasil mengoleskan minyak kayu putih itu ke perut sang istri.

"Gimana perutnya"

"Udah lumayan"

"Alhamdulillah"

"Sekarang tidur" gadis itu hanya mengangguk dalam dekapan sang suami. Yang mana Gus Zidan masih setia mengelus perutnya.

"Gus" ucapnya parau

"Kenapa hm, masih sakit perutnya"

"Iya masih sakit jadi gak bisa tidur"

"Sabar ya Humaira, semoga rasa sakit yang kamu rasakan diganti dengan pahala yang besar buat kamu" Gus Zidan menyikap kembali baju yang dikenakan sang istri dan mulai membacakan doa.

"Bismillahirrahmanirrahim...Allahumma adzhibil ba'sa rabban naasi wasyfi fantasy syaafii laa syiffaa 'an syifaa 'uka syifaa 'an laa yughaadiru saqama" tangan Gus Zidan terus mengelus-elus perut sang istri.

'Artinya: "Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit dan sembuhkanlah. Engkau adalah Pemberi kesembuhan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit'

"Udah Humaira insyaallah sakitnya akan berkurang, sekarang tidur ya udah malem ini"

"Peluk"

"Kalo saya meluk kamu, perutnya gak dielus lagi"

"Ngga papa peluk aja"

"Yaudah sini"

Adzkiya memeluk sang suami begitupun Gus Zidan juga membalas pelukan sang istri tangan satunya mengelus belakang Adzkiya.

Hingga keduanya tertidur saling berpelukan.

*****

Pukul 03.00 dini hari Adzkiya terbangun dari tidurnya, gadis itu merasakan lapar mungkin karena tadi malam ia tidak makan.

Gadis itu menatap laki-laki disampingnya yang masih setia memeluk pinggangnya.

Tangan gadis itu mulai jahil, pertama jari-jari mungil Adzkiya mengukir pahatan wajah dari sang suami. Dimulai dari hidung, beralih ke mata dan terakhir bibir sang suami.

Merasa ada pergerakan dari sang suami, buru-buru gadis itu pura-pura tidur kembali.

"Humaira kamu sudah bangun" tanyanya dengan suara khas orang bangun tidur.

"Masih tidur ya" ucapnya menatap sang istri yang masih memejamkan matanya.

Gus Zidan mencium kening Adzkiya cukup lama sebelum ia bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi.

Merasa sudah aman Adzkiya membuka matanya. Ia tersenyum mengingat apa yang dilakukan suaminya jika ia masih tidur. Aaaaaa Adzkiya baper.

Ceklek...pintu kamar mandi menampakkan seorang laki-laki yang wajahnya bersinar dan basah mungkin karena air wudhu.

"Udah bangun" Adzkiya mengangguk.

"Saya sholat dulu ya" Adzkiya kembali mengangguk.

Sementara sang suami sholat Adzkiya memilih untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai dengan semua urusannya Adzkiya keluar dan menatap sang suami yang masih setia duduk di sajadah dengan menengadahkan tangannya.

Adzkiya duduk kembali di kasur menunggu sang suami selesai, matanya tidak bosan menatap ke arah sang suami.

"MasyaAllah begitu sempurnanya laki-laki bersama saya saat ini" ucapnya dalam hati sambil memandang takjub kearah suaminya.

Hingga Gus Zidan selesai dengan urusannya dan membereskan alat sholat sebelum menghampiri sang istri.

"Kenapa liatin saya kaya gitu" Adzkiya menggeleng.

Gus Zidan memberikan tangannya, dan disambut antusias gadis itu dan dibawanya untuk dicium dibalas Gus Zidan dengan kecupan hangat dikening gadisnya.

"Perutnya gimana Humaira"

"Udah ngga sakit lagi Gus"

"Alhamdulillah"

"Iya Alhamdulillah"

"Gus"

"Kenapa hm"

"Kiya laper"

"Laper" diangguki gadis itu.

"Yaudah kamu tunggu sini saya buatin sesuatu"

"Kiya ikut ya"

"Disini aja"

"Tapi kiya mau ikut"

"Yaudah yuk" raih Gus Zidan pada tangan Adzkiya.

Keduanya turun dari kamar saling bergandengan tangan.

Tidak disangka diruang tamu sedang ada seseorang selain keluarga Ndalem.

Membuat semua mata tertuju pada pasutri yang turun tangga.

Adzkiya dibuat terkejut dengan seseorang yang berada diruang tamu adalah orang yang ia kenali.

Buru-buru gadis itu melepaskan genggaman tangannya dengan sang suami.

"Aqilla" ucap Adzkiya membuat suaminya menatap sang istri.

"Kiya" ucap Aqilla.

Adzkiya buru-buru turun dari tangga menghampiri Aqilla dan meninggalkan sang suami.

"Aqilla kamu kenapa" tanyanya pasalnya ia melihat teman barunya ini menangis.

"Abah aku Kiya"

"Abah kamu kenapa"

"Duduk nak" suruh Abi Zaid Adzkiya langsung duduk disamping Aqilla.

Gus Zidan baru sampai disofa dan menundukkan dirinya disofa samping sang ummi.

"Abah kamu kenapa Aqilla"

"Aku baru aja dapat kabar kalo Abah kecelakaan dan meninggal"

"Innalilahi wa innailaihi Raji'un aku turut berduka cita ya"

"Makasih ya"

"Jadi kamu pulang"

"Iya nunggu supir pesantren" ucapnya sedikit pilu.

"Gus"

"Hm iya"

"Boleh ngga Kiya temenin Aqilla" tanyanya pada sang suami.

"Memang kondisi kamu udah pulih"

"Udah Gus"

"Pergilah"

"Beneran"

"Hm"

"Makasih Gus"

"Iya, maaf ya saya gak bisa nemenin kalian saya harus pergi nanti"

"Gak papa Gus" balas Aqilla.

Aqilla sebenarnya bertanya-tanya apa hubungan teman barunya ini dengan keluarga dari Kyai Zaid. Kenapa gadis ini berada di keluarga Ndalem. Tapi rasanya menanyakan itu ia tidak ada niatan untuk sekarang.

"Aqilla kamu tungguin aku ya" Aqilla hanya mengangguk.

Adzkiya memandang suaminya setelah sang suami mengangguk baru ia melangkah menaiki tangga.

Tidak lama sopir pesantren datang.

"Assalamualaikum pak Kyai, Bu nyai Gus"

"Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh"

"Sudah siap pak" tanya Gus Zidan.

"Ngeh Gus"

Bertepatan saat itu Adzkiya sudah turun dan kembali menghampiri keluarganya dengan berpakaian sedikit rapi.

"Humaira"

"Iya"

"Jangan sampai kecapean ya"

"Iya Gus tenang aja Kiya pamit ya" ucapnya menyalami sang suami dimana mata Aqilla terus melihat interaksi keduanya.

"Sana pamit ke Abi sama ummi" suruh Gus Zidan.

"Abi ummi Kiya pamit ya"

"Iya nak hati-hati ya" balas ummi Zainab.

"Semuanya kami pamit dulu Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh"

*****

Kurang lebih 30 menitan didalam mobil hingga mobil itu berhenti disebuah pemukiman warga. Tepatnya didepan rumah berlantai dua yang dimana halaman dari rumah tersebut ramai orang-orang.

"Aqilla kamu ngga papa kan"

"Gak papa, masuk yuk"

"Iya"

"Ning saya nunggu diluar ya"

"Iya pak makasih ya"

Kedua gadis itu keluar dari mobil dimana mata semua orang tertuju pada dua gadis itu terutama pada sosok Aqilla, banyak yang memandang iba pada gadis itu.

"Yang sabar ya nak" ucap ibu-ibu menghampiri Aqilla. Aqilla hanya membalas dengan senyuman.

Keduanya masuk kedalam rumah dimana diruang tamu disana banyak orang yang melayat.

Aqilla berlari ke tengah-tengah orang itu dimana disana ada jasad sang Abah dari Aqilla.

Aqilla memeluk dan menangis sejadi-jadinya.

"Abah kenapa ninggalin Qilla, Qilla gak punya siapa-siapa sekarang" Adzkiya terus berada disamping Aqilla.

"Aqilla kamu tenang ngga boleh kaya gini"

"Tapi Abah ninggalin aku Kiya, sekarang aku gak punya siapa-siapa lagi"

"Nak" ucap seseorang menghampiri Aqilla dan merangkulnya.

"Kan ada ibu, Abang kamu juga ada jadi jangan merasa sendiri ya"

"Makasih ya Bu, ibu udah mau ngerawat Qilla"

"Ibu akan jagain kamu terus nak"

"Hiks...hiks" Aqila menangis tersedu-sedu didalam pelukan yang dipanggilnya ibu.

"Udah ya nak ikhlas kan Abah, kita doain Abah dari sini"

"Iya Bu, Abang gak pulang Bu"

"Pulang tapi masih dalam perjalanan"

*****

Aqilla dan Adzkiya kedua gadis itu sedang berada didalam kamar milik Aqilla. Kedua gadis itu tidak ikut mengantarkan jenazah ke pemakaman karena tidak diizinkan. Jadi mereka hanya berada didalam kamar. Rumah juga sepi karena semua orang sedang mengantar jenazah ketempat terakhir.

"Aqilla udah ya jangan kaya gini" ucap Adzkiya menenangkan sang teman karena dari tadi Aqilla terus menangis.

"Aku lagi berusaha ikhlas akan takdir ini Kiya"

"Aku yakin kamu bisa"

"Makasih ya kamu udah nemenin aku"

"Iya"

"Kiya kamu tau gak" Adzkiya mulai mendengarkan semua kisah dari teman barunya ini.

"Aku anak yang dari kecil udah dibuang sama ibu kandung aku sendiri, ibu kandung aku sendiri Kiya, ibu kandung aku sendiri gak mau urus aku aku gak tau apa penyebab ia tidak mau menerima kehadiran aku"

Sakit itu yang dirasakan Adzkiya mendengar pengakuan gadis didepannya ini.

"Tapi Abah terus menguatkan aku, Abah selalu ada disamping aku ketika ibu aku membenci aku dalam hidupnya, Abah sangat sayang sama ibu begitupun ibu juga sayang sama Abah tapi karena kehadiran aku merenggut kebahagian mereka, Abah sering membujuk ibu untuk menerima aku tapi ibu kekeh tidak menyukai aku sampai disitu Abah sama ibu aku terus bertengkar hingga Abah udah gak sanggup melihat perlakuan ibu terhadap aku hingga akhirnya Abah memilih untuk berpisah dan disitu aku makin membenci diriku sendiri" ucap Aqilla dengan menahan rasa sesak di dadanya terlihat dari gadis itu terus memegangi dadanya.

Adzkiya membawa gadis untuk ia peluk, ia memberikan pelukannya untuk gadis rapuh ini.

"Berarti yang kamu panggil ibu pagi tadi itu bukan ibu kandung kamu"

"Bukan, dia ibu sambung aku, dimana ibu kandung aku sendiri membenci aku, tapi dia tidak dia menerima aku dengan lapang dada, menjadikan aku putrinya menyayangi aku layaknya seorang anak kandung, memberikan kasih sayang seorang ibu, dia memberikan semuanya"

"Berarti itu harus kamu syukuri"

"Iya Kiya aku selalu bersyukur ternyata tidak semua ibu seperti ibu kandung aku, dia beda dia memberikan kehidupannya untuk aku bahkan anak kandungnya sendiri jarang diperhatiin"

"Kamu tau ngga Qilla aku juga ngga pernah ngerasain gimana rasanya pelukan seorang ibu" ucap Adzkiya sendu.

"Maksud kamu"

Adzkiya tersenyum sebelum menjawab pertanyaan "Ummi aku pergi setelah melahirkan aku, aku juga membenci diri aku sendiri saat itu, aku berpikir bahwa aku penyebab kematian ummi aku sendiri, tapi Abi aku selalu yakinkan aku kalo semua itu udah takdir, takdir yang harus kita terima, mau tidak mau, sesakit apapun itu kita harus terima"

"Aku dibesarkan tanpa sosok seorang ibu hanya ada Abi dan juga abang-abang aku, mereka memberikan semuanya untuk aku agar aku ngga merasakan kekurangan kasih sayang, tapi nyatanya kita tetap perlu sosok seorang ibu disamping kita" pecah tangis keduanya.

Keduanya sama-sama merangkul saling menguatkan.

"Maaf ya Qilla aku jadi curhat"

"Gak papa Kiya, ternyata kamu juga menyimpan luka, kamu gadis hebat Kiya"

"Tapi kamu jauh lebih dari aku Qilla"

Keduanya melepas pelukan satu sama lain dan menghapus air mata mereka masing-masing.

Ternyata dua gadis yang terlihat ceria selama ini tidak menjamin kehidupannya selalu bahagia nyatanya mereka menyimpan luka yang teramat menyakitkan jika membahas soal itu.

"Kiya aku boleh nanya sama kamu"

"Nanya apa"

"Apa hubungan kamu dengan keluarga Gus Zidan"

Deg...

"Menurut kamu apa"

"Gak mungkin kamu anak dari pak Kyai dan Bu nyai, karena setahu aku mereka hanya memiliki satu orang anak dan itu Gus Zidan, dan gak mungkin juga kan kamu anak angkat dari mereka kalo kamu anak angkat dari mereka pasti para santri banyak yang tau apalagi yang mengabdi disana"

"Jadi"

"Jadi kamu itu istrinya Gus Zidan kan"

"Alasannya"

"Aku gak sengaja dengar obrolan kamu sama Gus Zidan dan mendengar kalo Gus Zidan manggil kamu Humaira dimana panggilan itu yang biasanya Rasulullah SAW berikan pada istri beliau Siti Aisyah jadi panggilan Humaira itu di berikan suami kepada istrinya, benar kan kamu istri Gus Zidan"

"Hm sebelumnya aku minta maaf yah udah ngga jujur sama kalian juga kamu, iya aku memang istri dari Gus Zidan"

"Kok bisa karena perjodohan ya" Adzkiya mengangguk.

"Terus terus"

Drtt...Drtt...Drtt...dering handphone Adzkiya berbunyi.

Adzkiya melihat benda pipih persegi panjang itu dimana disana tertera tulisan Habibi yang artinya kekasihku. Sebenarnya bukan dia yang membuat nama itu tapi suaminya sendiri pas awal-awal membeli handphone tersebut.

Membuat Aqilla tersenyum melihat nama yang tertera didepan layar handphone itu. Adzkiya meringis malu. Malu lah nanti dikira dia yang bucin padahal ia sih hehehe...

Lanjut...

"Aku angkat telpon dulu" Aqilla mengangguk.

"Halo assalamualaikum" telpon terhubung.

"Waalaikumussalam Humaira"

"Kenapa Gus"

"Udah pulang"

"Belum masih dirumah Aqilla, gusnya udah berangkat"

"Iya ini dalam perjalanan"

"Oh"

"Kapan kamu pulang"

"Belum tau lagi nunggu keluarga Qilla pulang dari pemakaman"

"Kamu gak ikut kepemakaman kan"

"Ngga Gus ini lagi bareng Qilla di kamarnya"

"Jangan cape-cape ya, kalo mau pulang kabari saya"

"Hm iya Gus"

"Saya tutup telponnya Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

"Sini cerita lagi" ucap Aqilla sambil menepuk-nepuk kasur miliknya.

Adzkiya menghampiri kembali Aqilla yang duduk bersila diatas kasurnya.

"Cerita lagi, cerita awal awal pertemuan kamu sama Gus Zidan"

"Gimana ya ceritanya"

"Ceritain aja semuanya"

Disitulah Adzkiya menceritakan semuanya mulai dia tanpa sengaja bertemu dengan seorang Gus, dan berakhir menikah diusia muda.

Bersambung...

••|||••

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya.

Sampai ketemu lagi di part selanjutnya.

Makasih❤️






Continue Reading

You'll Also Like

1.2K 136 29
Cowoknya cool abis tapi jahil, ceweknya emosian dan keras kepala kira-kira gimana yaa kalo mereka disatuin??? kisah cinta Maba tengil dan senior gala...
747K 39.7K 45
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...
578K 21.6K 43
[SUDAH TERBIT] TERSEDIA DI SHOPEE Wanita dijaga dengan sebaik-baiknya jangan kamu kotori dengan mengajaknya pacaran udah zina dosa juga -Aisfa Humai...
1.6M 57.7K 38
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...