Janji Sakral Ziya

By maulida_2113

573K 22.1K 2.5K

Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena ken... More

Prolog
1. Hukuman
2. Perjodohan
3. Permintaan Maaf
4. Perlombaan
5. Pertemuan
6. Sakit
7. Keraguan
8. Pemakaman
9. Lamaran
10. Pernikahan
11. Resepsi
12. Cemburu
13. Pulang
14. mertua dan menantu
15. Perhiasan Dunia
16. Hari Pertama
18. Ibu Kandung vs Ibu Sambung
19. Di Bentak
20. Bidadarinya Gus Zidan
21. Bucin
22. Mimpi Buruk
23. Perginya Cinta Pertama
24. Mengulang Masa-Masa Dulu
25. Anak Geng Motor
26. Kecoa
27. Poligami
28. Pernikahan
29. Berubah
30. Masalah
31. Berbaikan
32. Di Hukum
33. Bahan Omongan
34. Zalim
35. Konflik
36. Hasil?
37. Berpisah
38. Hilang
39. Menutup Mata
40. Sebuah Mimpi Belaka
41. Tausiyah
42. Hadiah
43. USG
44. Sunset
45. Berzina
46. Cambuk
47. Pergi?
48. Aqiqah

17. Vampir

9.9K 397 1
By maulida_2113

••• Bismillahirrahmanirrahim •••

Selamat membaca.

••|||••

*****

Bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu tapi Adzkiya dan teman-teman barunya belum juga berniat untuk pulang ke asrama mereka.

"Kiya ke asrama kami yuk" ajak Aqilla.

"Iya tuh bener" ucap Intan.

"Lain kali aja ya aku belum izin"

"Kamu apa-apa harus izin ya sama ortu kamu" Adzkiya mengangguk saja.

"Hm gak papa deh tapi lain kali harus mau ya kalo diajakin" ucap Aqilla.

"Insyaallah"

"Yaudah kita duluan ya" pamit Aqilla dan yang lain pada Adzkiya.

"Iya dah"

"Dah"

Setelah kepergian teman-temannya Adzkiya juga pergi dari sana berjalan seorang diri menuju Ndalem dengan cara sembunyi sembunyi.

Kakinya sudah sampai di pintu belakang ndalem, saat ia ingin masuk tidak sengaja ia bertemu dengan sang mertua.

"Nak"

"Ummi" Adzkiya meraih tangan sang mertua dan menciumnya.

"Kenapa mindik-mindik gitu"

"Takut ketauan santri ummi"

"Yaudah masuk-masuk"

Keduanya masuk dan ummi Zainab membawa Adzkiya keruang keluarga yang dimana di sana sudah ada Abi Zaid dan Gus Zidan suaminya.

Adzkiya menyalami Abi Zaid dan terakhir ke suaminya seperti biasa Adzkiya mendapatkan kecupan hangat di keningnya.

"Humaira sini duduk" Adzkiya duduk disamping sang suami.

"Lagi bahas apa kok pada ngumpul"

"Ada yang mau Abi bicarakan sama kamu"

"Ada apa bi kok kaya serius gitu"

"Abi cuman mau minta izin sama kamu nak"

"Izin apa Abi kenapa harus ke Kiya"

"Begini nak ada urusan pesantren yang harus suami kamu kerjakan, jadi Abi minta izin sama kamu untuk mengirim suami kamu keluar kota kamu gak papa kalo suami kamu pergi"

"Lama ngga bi" ucapnya dengan sendu.

"Nanti kamu ngomong sama suami kamu ya, Abi gak maksa kok kalo kamu gak izinin nanti Abi cari orang lain buat gantiin suami kamu" Adzkiya hanya diam.

"Zidan bawa istri kamu" ucap Abi Zaid menyuruh putranya.

"Humaira ayo"

Adzkiya hanya pasrah dibawa sang suami ia seperti tidak bertenaga setelah mendengar suaminya akan pergi untuk urusan pekerjaan.

"Abi ummi Zidan izin keatas ya" keduanya mengangguk.

Setelah sampai diatas keduanya sama-sama diam tanpa suara. Gus Zidan menatap istrinya yang menunduk.

"Humaira" panggil Gus Zidan tapi tidak direspon sang istri.

"Humaira sini" Gus Zidan merentangkan tangannya menyuruh sang istri untuk memeluknya tanpa pikir panjang Adzkiya langsung masuk kedalam dekapan sang suami.

"Gus beneran pergi ya" ucapnya dengan suara tercekat.

"Tergantung kamu"

"Kok tergantung Kiya"

"Kamu istri saya sudah seharusnya saya minta persetujuan dari kamu"

"Gus kan kepala keluarga kalo Gus mau pergi pergi aja ngga usah nunggu persetujuan dari Kiya"

"Harus Humaira saya sebagai suami juga harus menghormati keinginan istri, jadi saya diizinkan atau tidak" tanya Gus Zidan.

"Ngga tau" ucapnya mempererat pelukannya pada sang suami.

"Kamu kenapa Humaira"

"Kiya juga ngga tau Gus"

Gus Zidan tersenyum dengan tingkah sang istri.

"Hehehe" Gus Zidan terkekeh.

"Jangan ketawa ih" sebal Adzkiya.

"Maaf maaf"

"Duduk dulu" Gus Zidan membawa istrinya untuk duduk ditepi kasur.

"Sudah gak usah melow gitu saya gak akan pergi, nanti saya cari yang lain untuk mengganti saya"

"Jangan Gus, ini kan urusan pesantren Gus pergi aja Kiya ngga papa kok"

"Serius"

"Iya tapi harus kasih kabar terus, ngga boleh ngga kirim kabar sehari pun, kalo ngga Gus ngga boleh pulang" ucapnya.

"Iya iya, kamu kenapa jadi kaya gini Humaira kamu sudah mulai ada rasa sama saya" tanya Gus Zidan yang dimana Adzkiya hanya diam ia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

"Ana uhibbuki Fillah Zaujati" Adzkiya tetap diam dengan pikirannya.

"Humaira kalo saya bilang ana uhibbuki Fillah kamu harus jawab ya, saya ulang Ana uhibbuki Fillah Zaujati"

"Ahabbakalladzi ahbabtani lahu" balas Adzkiya dengan menunduk.

"Artinya: Semoga Allah swt mencintaimu, Dzat yang telah membuatmu mencintai ku karena-Nya”

Gus Zidan tersenyum mendengar balasan dari sang istri ia membawa kembali tubuh mungil sang istri kedalam dekapannya.

"Makasih Humaira"

"Makasih juga Gus"

Gus Zidan melepas dekapannya dan beralih menangkup kedua pipi chubby Adzkiya.

"Kamu cinta sama saya" Adzkiya langsung mengangguk.

"Kapan Humaira" kali ini gelengan yang diberikannya.

Setelah itu Gus Zidan menghujani seluruh wajah Adzkiya dengan ciuman bertubi tubi di seluruh wajah cantik sang istri dan terakhir dibibir ranum sang istri.

"Manis" ucapnya menggoda sang istri.

"Gus first kiss Kiya" ucapnya sambil memegangi bibirnya.

"Kenapa gak boleh ya"

"Ngga boleh, harus izin dulu" ucapnya menatap sang suami yang menahan tawa melihat wajah lucu sang istri.

"Oh harus izin dulu ya" diangguki Adzkiya.

"Yaudah saya izin ya"

"Hah"

Belum sempat berbicara suaminya sudah lebih dulu menyerang kembali bibirnya dan untuk kesekian kalinya gadis itu di buat terkejut dengan perlakuan tiba-tiba dari suaminya.

"Tetap manis"

"Gus ih bener-bener ya" dorong Adzkiya pada Gus Zidan.

"Maaf Humaira, tapi kan tadi saya udah izin"

"Tapi ngga gitu juga" ucapnya manyun.

"Yaudah maaf ya sini" Gus Zidan merentangkan tangannya menyuruh istrinya ini untuk kembali memeluknya.

Adzkiya langsung memeluk sang suami dengan erat dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya.

"Yaudah siap-siap dulu Humaira sebentar lagi Zuhur"

"Hm Gus ke mesjid aja"

"Loh saya kan mau jadi imam buat kamu"

"Tapi Kiya lagi ngga bisa sholat"

"Kamu kenapa lagi sakit" khawatir Gus Zidan.

Adzkiya menggeleng "ngga sakit Gus tapi itu.." ucapnya menggantung.

"Itu apa Humaira kasih tau saya jangan bikin saya khawatir"

"Hmm.."

"Apa Humaira"

"Kiya lagi dapet jadi ngga bisa sholat"

"Kapan"

"Tadi pagi"

"Udah baca doanya"

"Udah"

"Pinter" ucap Gus Zidan mengelus kepala sang istri.

"Ada yang sakit gak Humaira, perut atau pinggang gitu"

"Ngga ada Gus"

"Kalo sakit bilang ya, saya cuman khawatir sama kamu karena kebanyakan perempuan kalo lagi dapet itu suka sakit"

"Iya gusnya ngga usah khawatir sudah sana Gus siap-siap"

"Beneran gak ada yang sakit nih"

"Iya udah sana" dorong Adzkiya pada sang suami.

Kepergian sang suami membuatnya salting mengingat perlakuan suaminya tadi.

"Abi Kiya baper" teriaknya sambil guling-guling diatas kasur.

"Humaira kamu gak papa" tanya Gus Zidan diambang pintu kamar mandi pasalnya ia mendengar istrinya berteriak.

"Hah ngga papa Gus tadi ada kecoa" alibinya.

"Kecoa, dimana"

"Udah pergi Gus"

"Serius" diangguki Adzkiya.

"Saya udah selesai sekarang giliran kamu bersih-bersih setelah itu istirahat"

"Gus"

"Hm kenapa"

"Berangkat sekarang"

"Iya"

"Boleh ngga kalo Kiya..." ucapnya menggantung ia takut jika tidak diizinin.

"Kamu mau apa Humaira bilang aja sama saya"

"Hm boleh ngga kalo Kiya ke asrama"

"Memangnya kamu sudah punya teman"

"Iya udah ada dan mereka yang ajak Kiya ke asrama mereka"

"Oh udah mulai akrab ya kamu"

"Iya mereka semua baik Gus, jadi boleh ngga"

"Yaudah boleh tapi saya batasin waktunya ya"

"Kok pakai waktu"

"Harus Humaira, kamu itu udah punya suami kamu gak sebebas dulu Humaira"

Ucapan suaminya membuatnya tersinggung. Dimana itu disadari oleh Gus Zidan.

"Maaf Humaira bukan seperti itu maksud saya"

"Iya Kiya tau, Kiya juga ngga jadi pergi" Adzkiya langsung melenggang pergi menuju lemari dan mengambil pakaian setelah itu langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Astagfirullah"

*****

Di mesjid...

Sholat Zuhur berjamaah telah selesai, Abi Zaid dan Gus Zidan keluar mesjid bersamaan.

Diperjalanan pulang ke Ndalem Abi Zaid menanyakan keputusan dari sang putra.

"Nak gimana udah dapat izin dari istri kamu"

"Belum tau bi"

"Loh kok belum tau"

"Kurang yakin bi, nanti Zidan tanyain lagi"

"Yaudah Abi tunggu sore ini ya, kalo gak bisa nanti Abi langsung cari pengganti kamu"

"Iya bi"

Keduanya sampai di depan Ndalem.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh" jawab orang yang didalam.

"Ih udah pulang kalian" ummi Zainab menyalami sang suami disusul Gus Zidan menyalami sang ummi.

"Istri Zidan dimana ummi"

"Diatas, tadi setelah bantuin ummi masak terus minta izin buat istirahat katanya gak enak badan"

"Istri Zidan sakit ummi"

"Ummi juga kurang tau, ini baru ummi mau periksa"

"Yaudah kalo gitu Zidan keatas ya"

"Sok sana"

Gus Zidan buru-buru melangkah menaiki tangga.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam udah pulang Gus" ucapnya dengan mata tertutup tapi ia tahu jika yang datang itu suaminya.

Gus Zidan tidak menghiraukan pertanyaan sang istri ia lebih memilih melangkah mendekatinya.

Gus Zidan meletakkan telapak tangannya di dahi sang istri hangat yang pertama kali ia rasakan.

"Kamu sakit" tanyanya.

"Kiya ngga papa Gus" ucapnya dan bangkit dari duduknya dibantu sang suami.

Adzkiya meraih tangan Gus Zidan dan diciumnya.

"Udah makan Gus" tanyanya tapi dihiraukan sang suami.

"Kamu sakit apa, kita ke rumah sakit ya"

"Ngga usah Gus, Kiya cuman kecapean nanti setelah istirahat bakalan baik-baik aja kok"

"Tapi badan kamu panas Humaira"

"Gus udah makan" bukannya menjawab pertanyaan sang suami Adzkiya malah balik bertanya dan dibalas gelengan Gus Zidan.

"Makan dulu Gus"

"Kamu udah makan" kali ini yang menggeleng Adzkiya.

"Yaudah saya ambil makanan dulu, setelah itu kita makan bareng"

"Gus aja yang makan Kiya lagi ngga pengen"

"Kamu harus makan Humaira baru setelah itu minum obat"

"Sebentar ya" ucap Gus Zidan sebelum melenggang pergi masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaian.

Adzkiya kembali merebahkan badannya karena ia merasa lemas tidak bertenaga.

Gus Zidan keluar kamar mandi yang ia lihat istrinya sudah tertidur lelap.

Kakinya mulai melangkah keluar kamar, setalah turun tangga Gus Zidan berpapasan dengan sang ummi.

"Gimana keadaan istri kamu"

"Kayanya demam deh ummi, ummi ada obat penurun demam gak"

"Ada, tapi kenapa gak dibawa ke rumah sakit aja"

"Ummi tau kan istri Zidan keras kepalanya kaya gimana"

"Terus ini kamu mau kemana"

"Mau ke dapur ummi, mau bikinin bubur"

"Ummi udah bikin kamu tinggal ambil aja"

"Makasih banyak ummi"

"Iya kamu tunggu sini ummi mau ambilin obatnya dulu"

"Iya ummi sekali lagi makasih"

Gus Zidan menuang bubur kedalam mangkok ia juga mengambil makanan untuk dirinya dan menaruhnya di nampan tidak lupa dua gelas air putih.

"Nih obatnya, tapi usahain makan dulu baru minum obat"

"Iya ummi"

Gus Zidan kembali dengan nampan ditangannya, ia menghampiri sang istri yang tertidur pulas.

Sebelum membangunkan sang istri Gus Zidan menaruh nampan yang ia bawa tadi diatas laci.

"Humaira" panggilnya pelan sambil memegangi bahu Adzkiya.

"Eeghhh"

"Bangun dulu yuk kamu harus makan terus minum obat"

"Nanti Gus, Kiya masih ngantuk"

"Tapi kamu harus minum obat, bangun sebentar nanti dilanjut tidurnya"

"Iya Gus" ucapnya membuka mata.

"Sini saya bantuin" Gus Zidan membantu sang istri untuk duduk.

"Makan dulu ya setelah itu minum obat" Adzkiya hanya mengangguk.

"Buka mulutnya" Adzkiya melakukan apa yang disuruh sang suami.

"Bismillahirrahmanirrahim" ucap Gus Zidan memasukkan satu suapan kedalam mulut Adzkiya.

Baru beberapa suapan Adzkiya sudah mengeluh mual.

"Huek"

"Udah Gus Kiya eneg"

"Baru dua suapan Humaira"

"Tapi ngga enak Gus yang ada kalo dipaksain nanti Kiya tambah sakit" ucapnya tanpa bertenaga.

"Yaudah kalo gitu kamu mau makan apa" Adzkiya menggeleng.

"Kiya mau tidur aja Gus"

"Tapi minum obat dulu ya"

"Nih" Gus Zidan menyerahkan beberapa macam obat ditangan sang istri.

Adzkiya mulai menelan semua obat itu.

"Minum dulu"

"Gus"

"Iya kenapa"

"Nanti kalo udah selesai makan kopernya dicek lagi ya takutnya ada barang yang belum Kiya masukin"

"Saya gak jadi pergi"

"Tapi kenapa Gus"

"Kamu sakit saya tidak bisa ninggalin kamu dalam keadaan kaya gini"

"Kan ada ummi Abi juga"

"Tetap aja Humaira saya tidak tenang"

"Gus itu harus pergi" ucapnya sambil merebahkan badannya.

"Tapi Humaira"

"Udah ya Gus Kiya ngantuk, Kiya tidur duluan ya"

"Hm" Gus Zidan mengecup kening Adzkiya cukup lama.

"Syafakillah fii Amanillah Humaira, semoga Allah menyembuhkan mu secepatnya dengan kesembuhan yang tiada sakit selepasnya" ucap Gus Zidan sambil mengelus kening Adzkiya yang berkeringat.

*****

"Zidan Abi mau bicara"

"Bicara apa bi soal keberangkatan" Abi Zaid mengangguk.

Keduanya sedang duduk diruang tamu sambil ditemani teh hangat dan pisang goreng buatan ummi Zainab.

"Iya nak gimana"

"Abi tau sendiri istri Zidan lagi sakit rasanya Zidan gak bisa ninggalin dia bi dalam kondisi seperti ini"

"Abi juga mikirnya kaya gitu, tapi Abi udah minta bantuan sama ustadz-ustadz lain tapi pada gak bisa mereka juga ada urusan, jadi terpaksa kamu memang harus berangkat nak"

"Tapi gimana dengan istri Zidan bi"

"Kamu tenang aja Abi sama ummi bakalan jagain, sudah diizinin sama istri kamu kan"

"Iya udah bi, bahkan koper Zidan juga udah disiapin"

"Yaudah sekarang kamu temenin istri kamu"

"Iya bi"

*****

Gus Zidan baru selesai melaksanakan sholat ashar berjamaah di mesjid.

Gus Zidan membuka pintu kamarnya yang pertama ia lihat gadis cantik dengan rambut terurai duduk ditepi kasur sambil memegang handphone.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam udah pulang Gus"

"Hm"

Gus Zidan menghampiri sang istri dan memberikan tangannya langsung disambut gadis itu dan diciumnya dibalas kecupan hangat dikening.

"Udah enakan" tanya Gus Zidan sambil memegangi dahi sang istri.

"Iya Gus"

"Kenapa main handphone bukannya istirahat"

"Kiya udah lama tadi tidurnya Gus udah cukup itu istirahat nya"

"Kamu mau makan gak, kamu makannya cuman sedikit itupun bubur" Adzkiya menggeleng.

"Nanti aja Gus lagi ngga pengen makan"

"Kalo saya yang makan kamu boleh gak" tanya Gus Zidan spontan.

"Hah" cengo Adzkiya.

"Sudah lupain aja"

"Memang Kiya bisa dimakan Gus" tanyanya polos.

"Bisa, mau coba" tawar Gus Zidan dengan menaikkan sebelah alisnya menggoda.

"Ih serem banget, gusnya vampir ya suka makan manusia" ucap Adzkiya bergidik ngeri.

"Saya manusia Humaira"

"Terus kenapa tadi mau makan Kiya kalo bukan vampir"

"Kamu tidak mengerti maksud saya ingin memakan kamu hm"

"Ngerti, yang digigit gigit gitu kan lehernya kaya di film film kata orang-orang sih, Kiya cuman denger ngga pernah lihat soalnya Kiya takut" nyengir gadis itu dengan menampilkan giginya yang ada gigi gingsulnya sangat manis.

Gus Zidan dibuat cengo dengan penuturan istrinya yang polos ini.

"Bukan seperti itu maksud saya Humaira"

"Terus gimana" tanyanya masih dengan kepolosan gadis ini.

"Mau saya praktekin" Adzkiya mengangguk antusias.

"Yakin, memang sudah siap kasih keperawanan kamu ke saya"

"Heh" paniknya ia baru mengerti maksud dari suaminya.

"Kenapa"

"Hm Kiya kan lagi dapet jadi ngga bisa" ucapnya dengan degup jantung berdebar.

"Bisa"

"Mana bisa" paniknya.

"Bisa Humaira, seperti yang kamu bilang tadi"

"Kiya bilang apa" tanyanya dengan menatap sang suami dengan intens.

"Seperti digigit gigit dileher, kamu yang bilang kan tadi"

"Ngga bisa Gus ngga bisa, Kiya ngantuk mau tidur" ucapnya sambil membelakangi sang suami dimana Gus Zidan tersenyum melihat tingkah sang istri yang ketakutan.

Gus Zidan ikut naik keatas kasur dan merebahkan badannya disamping sang istri yang masih membelakanginya.

"Memang masih bisa tidur"

"Diem Gus"

"Hahaha" Gus Zidan puas tertawa.

"Jangan ketawa ih" akhirnya Adzkiya membalikkan badannya yang pertama kali ia lihat wajah suaminya yang puas menertawakannya.

"Maaf maaf habisnya kamu lucu"

"Huaaaa Kiya malu Gus" ucapnya sambil memeluk Gus Zidan dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya.

"Tidak papa Humaira" ucapnya sambil mengelus belakang sang istri.

"Jadi tidur" Adzkiya menggeleng dalam dekapan.

"Terus mau apa"

"Ngga tau, oh iya kopernya udah dicek Gus"

"Udah"

"Ada yang belum Kiya buat ngga"

"Udah semua Humaira makasih ya" Adzkiya menganggukkan kepalanya.

"Mau jalan-jalan gak"

"Kemana Gus"

"Hm sekitaran sini aja, saya maunya ajak kamu keluar tapi kamu lagi sakit jadi kita jalan-jalan sekitaran pesantren aja gimana"

"Ngga usah lah Gus kalo nanti ada santri yang liat bisa berabe"

"Yaudah kalo itu yang kamu mau kita kaya gini aja terus pelukan"

"Emang ngga cape pelukan terus"

"Gak akan cape kalo sama kamu Humaira"

"Berarti Gus ada niatan pelukan sama orang lain" dengan memicingkan mata kearah sang suami.

Tapi bukannya takut Gus Zidan malah makin dibuat gemes dengan ekspresi sang istri.

"Bukan gitu Humaira ya Allah"

"Awas aja ya"

"Iya maaf saya salah pengucapan" Gus Zidan lebih mempererat pelukannya.

Adzkiya juga tak kalah erat membalas pelukan sang suami.

Bersambung...

••|||••

Jangan lupa vote dan komen ya.

See you next part guys.

Terima kasih.



Continue Reading

You'll Also Like

18.7K 702 101
Muhammad Risky Mahendra "Menikah dengannya tidak mungkin!" Dea Putri Candrawati "Kami tidak mungkin menikah"
9.7K 1.8K 9
"Aku terus mengatakan, 'Aku tidak mencintaimu lagi,' dengan harapan bahwa suatu saat hal itu akan terwujud. Karena aku berhak mendapatkan cinta sejat...
248K 17.9K 23
ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT MASUK KE LAPAK INI. Mengisahkan seorang ustadz muda yang mendapatkan tugas u...
1.7M 62.2K 40
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...