PRIA ARAB MAJIKANKU

By Tuamenggoda

561K 16.3K 1.8K

🥇NO.1 di #Ceritagay (18 Februari 2024) Ibrahim merantau ke Arab Saudi untuk menjadi seorang TKI disana, beke... More

Ch.1 Intro dan Perkenalan
Ch.2 Pria Misterius Dalam Pesawat
Ch.3 Bertemu Abuya Gagah
Ch.4 Pak Damar Tak Malu Malu
Ch.5 Legit gak Pak ?
Ch.6 Bulu Lebat Abuya
Ch.7 Berkenalan Dengan Bogem Emir
Ch.8 Tragedi Keluarga Abuya
Ch.9 Jatah Bulanan Pak Damar
Cast/Karakter Utama
Ch.10 Traktiran Emir
Ch.11 Abuya Hussein Sakit
Ch.12 Membasuh
Ch.13 Membasuh part 2
Ch.14 Tuan Emirhhhhh
Ch.15 Panas Di Dalam Mobil
Ch.16 Setelah Insiden
Ch.17 Sebuah Kegagalan Yang Serba Nanggung
Ch.18 Terbayarkan Pak Damar
Ch.20 Nakalnya Emir
Ch.21 Abuya Mulai Menggoda
Ch.22 Hadiah Dari Emir
Ch.23 Abuya VS Emir
Ch.24 Abuya Tak Se-Kasar Emir
Ch.25 Sebuah Perjanjian
Ch.26 Berbalas Kecup
Ch.27 Siapa Lagi Kalau Bukan Bapak Lokal
Ch.28 Cemburu Kah Aku?
Ch.29 Perawan Lagi Karena Abuya
Ch.30 Abuya Yang Nakal Dan Manis
Ch.31 Abuya Aftermath
Ch.32 Para Security
Ch.33 He Knows
Ch.34 Abuya Juga Tahu?
Ch.35 Abuya Minta Pijat
Ch.36 Coklat
Ch.37 Ice Cream
Ch.38 Kejutan Dari Abuya
Ch.39 Permulaan Honeymoon
Ch.40 Honeymoon I
Ch.41 Honeymoon II
Ch.42 Damai?
Ch.43 Hari Yang Santai
Ch.44 Ternyata Malapetaka
Ch.45 Call The Lawyer
Ch.46 Langkah Selanjutnya ?
Ch.47 Sedikit Lupa
Ch.48 Ada Tamu
Ch.49 Bimbang
Ch.50 Permintaan Undangan
Ch.51 Hanya Sebuah 'Katanya'
Ch.52 Setelah Sekian Lama
Ch.53 Calon Keluarga Baru
Ch.54 Keputusan Dan Saudara Emir
Ch.55 Perkenalan Yang Mengagetkan
Ch.56 Hari H
Ch.57 Pria Dingin Dan Galak
Ch.58 Siapa Yang Menikah, Siapa Yang Bulan Madu
Ch.59 Sepi Yang Mulai Terasa
Ch.60 Sebuah Keputusan
Ch.61 Isi Kotak
Ch.62 Kita Ini Apa?
Ch.63 Untuk Sementara Saja (TAMAT)
BONUS FOTO CAST

Ch.19 Hadiah Dari Abuya

9K 281 22
By Tuamenggoda

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.19

“Ibra, Ra, Ibrahim, bangun, udah pagi.” Terdengar suara seseorang ditelingaku, aku membuka mata ku, melihat ke arah samping, Pak Damar, ahhh, aku baru ingat, semalam aku menginap di kamar pak Damar dan kami bercinta hingga kami ketiduran saking lelahnya, pak Damar tersenyum ke arahku.

“Mandi yuk, keburu Abuya berangkat, bapak kan harus nyupir.” Ujarnya, aku mengangguk kemudian meregangkan badanku, terasa masih sedikit lengket dibagian badanku.

“Bapak, aku lupa semalam nggak dicuci pantat aku.” 

“Iya, semalem keburu capek Ra, sekarang aja, hayu mandi bareng.” Ujarnya sambil menarik tanganku agar ikut bangkit dan mengikutinya ke kamar mandi.

Aku dan pak Damar sudah dikamar mandi, kami mengguyur badan kami masing masing, pak Damar menyabuni badanku, busa yang banyak membuat badanku licin, sesekali pak Damar mencubit putingku keras, membuatku berjengit dan memukul tangannya, sabun cair ia kucurkan ke tangannya kemudian membasuh pantatku, mengusapnya, menggosoknya, kemudian jari nya masuk dan mengobel sisa sisa cairan cinta miliknya yang tertanam didalam pantatku.

“Kamu kalo cewek udah pasti hamil ini Ra.” Ucap pak Damar.

“Untung aku cowok ya pak, jadi bapak gak usah tanggung jawab haha.” Jawabku sambil memeluk badan licin pak Damar, kami saling menggesekan badan kami, licin sabun membuat kami kenikmatan menikmati setiap gesekan dalam sentuhan kulit kami, penis pak Damar kembali menegang, terasa di perutku, aku membilas badan kami berdua dengan air, setelah dirasa kesat, aku kemudian berjongkok dihadapan pam Damar, bermain dengan penisnya yang kini sudah tegang sempurna.

“Mau dikeluarin dulu pak ?.” 

“Keburu gak yah?, Ada setengah jam lagi, yaudah sok di emut Ra!.” Ujar pak Damar, aku kemudian mengocok penis pak Damar, kemudian memasukan penisnya ke dalam mulutku, mengemutnya kencang, lidahku berputar di kepala penis pak Damar, saking nikmatnya, pak Damar berpegangan ke bak mandi, keluar masuk penis pak Damar didalam mulutku, wangi sabun yang manis dan florar menusuk hidungku, namun rasa asin dari precum pak Damar mengalahkan segala sensasi wewangian di kamar mandi ini, aku terus menghisap dan menjilat penis pak Damar membuat dia hanya bisa melenguh dan mendesah, seperti biasa, aku keluarkan jurus andalanku, deepthroat maksimal, memasukan seluruh batang penis pak Damar kedalan mulutku, hingga menyentuh tenggorokan ku, hidungku bersentuhan dengan bulu jembut pak Damar yang basah, menahannya selama beberapa detik didalam tenggorokanku kemudian mengeluarkan lalu mengocoknya dengan tanganku, ku ulangi gerakan itu hingga beberapa menit, kemudian kurasakan tangan pak Damar menahan kepalaku ketika aku melakukan deepthroat itu, badan pak Damar mengejang sedikit, lalu dia melepaskan kepalaku, memegang penis nya dan mengarahkannya ke wajahku.

“Jangan diwajah pak, dimulut aja, sayang banget.” Ujarku cepat sambil kembali memasukan penis pak Damar, kepalanya saja yang masuk, lalu ku hisap dengan kuat kepala penis pak Damar, kurasakan semprotan demi semprotan pejuh pak Damar, mengumpul didalam mulutku, kudiamkan hingga penis pak Damar berhenti berdenyut dan menyemprot, setelah itu kulepaskan kepala penis pak Damar, ia mengusap pipiku sambil tersenyum ke arahku, aku membuka mulutku kemudian menunjukan genangan pejuh nya yang terkumpul, ia kemudian menutup mulutku rapat rapat memaksaku untuk kemudian menelannya, kutunjukan kembali mulutku yang kali telah kosong sepenuhnya, pejuh pak Damar sudah beralih ke perutku, ia kemudian mengangkat badanku dan mengalungkan handuk ditubuhku, mengusapkan dan mengeringkan tubuh kami berdua, aku dan pak Damar berjalan keluar dari kamar mandi, memakai baju kami masing masing, lalu aku mengecup bibirnya pelan sambil keluar dari kamar pak Damar.

_______

Jam dua belas siang, rumah begitu sepi, Abuya dan Emir bekerja, Amihan dan Nala sudah selesai masak dan berada di kamar masing masing, aku, masih berkutat dengan setrikaan, baju Emir dan Abuya yang besar besar sedikit menyusahkanku, apalagi gamis/thob mereka yang panjang, benar benar menguras tenaga.

Hingga setelah ashar atau sekitar jam 4 sore aku selesai dengan semua tugasku, aku memutuskan untuk mandi dan makan lalu kembali ke kamarku setelah membereskan pakaian Abuya dan Emir ke kamar mereka masing masing, menelpon ibu dan bang Daud, menanyakan bagaimana keadaan dikampung, bercengkrama dengan keduanya, haah betapa rindunya aku dengan Ibu dan bang Daud, tidak terasa kami berbincang lewat telfon sudah habis sekitar satu jam, baterai handphone ku habis, jadi aku harus menyudahi percakapan kami dan menyambungkan handphoneku dengan charger.

______

Jam enam sore terlihat mobil Abuya memasuki gerbang rumah, aku yang sedang berada diruang tengah segera menghampiri pintu, menyambut kedatangan Abuya, ia masuk kedalam rumah, mengusap rambutku pelan, aku kemudian mengambil koper kerja Abuya lalu mengikuti Abuya berjalan ke arah sofa di ruang tengah, Abuya duduk lalu dengan sigap aku berjongkok dihadapan Abuya, membukakan sepatu Abuya lengkap dengan kaus kakinya, memijat telapak kaki nya sebentar kemudian berjalan ke kamar Abuya dan menyimpan koper kerjanya di meja kamar, aku kembali berjalan ke arah Abuya.

“Mau saya siapkan air panas di kamar mandi anda Abuya ?.” Tawarku kepada Abuya.

“Tidak perlu, kita akan berangkat belanja, tapi sebelumnya biarkan aku istirahat dulu sebentar, sekalian buatkan aku secangkir teh panas dengan susu.” Ujar Abuya, kita ?, Belanja? Hmmm sangat amat tumben sekali, tapi ntah lah, terserah Abuya saja, aku kemudian berjalan kedapur dan membuatkan teh untuknya, menyajikannya kepada Abuya sekalian dengan biscuit sebagai snacknya, Abuya berterima kasih kepadaku kemudian menyuruhku untuk bersiap siap.

Aku memakai baju paling bagus yang ada didalam lemariku, menyemprotkan parfum andalanku, kemudian kembali menuju Abuya, hanya sekitar sepuluh menit aku bersiap, secepat itu pula Abuya menghabiskan secangkir teh hangat dengan susu dan beberapa biscuit, terlihat Abuya sedang berdiri didepan pintu rumah, masih mengenakan pakaian kerja nya.

“Abuya.” Ujarku, ia menatap ke arahku, memandangku sejenak.

“Sudah siap ?.” Tanya Abuya, aku mengangguk, Abuya menyuruhku mengikutinya, didepan pintu rumah sudah terdapat mobil Abuya, sepertinya Abuya sengana menyuruh pak Damar untuk parkir disini, agar memudahkannya untuk berangkat.

Abuya membukakan pintu depan mobil untukku, ahh, gentle nya pria idamanku ini, setelah aku duduk di seat, Abuya menghampiriku, memasangkan seatbelt kepadaku lalu berjalan kearah tempat dia duduk, lalu kami keluar dari gerbang rumah.

“Emir belum pulang ya?.” Tanya Abuya.

“Belum Abuya, tidak tahu tuan Emir apakah akan pulang atau tidak hari ini.” Jawabku.

“Hmmm, sudah biasa.” 

“Kita mau kemana Abuya?.” 

“Kemarin saya janji akan membelikan kamu parfum yang seperti saya kan?, Hari ini saya akan menepatinya.” Jawab Abuya, sialan, sudahlah raga dari pria matang disampingku ini adalah benar benar tipeku, sempurna dan paripurna, ternyata sifatnya juga lebih baik, tidak sedingin yang aku kira, perhatian dan pemerhati, beruntung sekali wanita yang akan mendapatkanmu wahai Abuya.

“Saya kira Abuya bercanda, kemarin.” 

“Saya tidak pernah bercanda soal ucapan saya, apa yang keluar dari mulut saya adalah mutlak, apalagi tentang janji, saya selalu berusaha menepati janji saya.” Jawab Abuya, aku tidak menjawab apapun, hanya memandang Abuya dengan tatapan kagum dan makin terjatuh lebih jauh dalam angan angan memiliki Abuya, dari samping wajah tampan Abuya terlihat tegas dan berwibawa, kumis lebatnya membingkai wajahnya dengan sempurna, mata coklat gelapnya fokus menyetir kedepan, tangan dan jaringa yang berurat memegang kendali atas mesin yang membawa kami menjalani dilatasi waktu menuju sebuah lembah kapitalis bernama mall.

“Ada sesuatu yang salah dengan wajah saya Ibrahim?.” Tanya Abuya tiba tiba.

“Y-a Ab-buya ?.” 

“Kenapa memandang saya seperti itu, lekat sekali, apa ada sesuatu yang menempel di wajah saya?.” Tanya Abuya.

“Ti-tidak Abuya, saya hanya kagum melihat Abuya.” Jawabku gugup.

“Kagum eh?.” 

“Y-ya Abuya, pria seperti Abuya yang selalu memegang ucapannya, meskipun hanya kepadaku seorang hamba sahaya sangat jarang ditemukan.” 

“Ahh, hal seperti ini adalah bare minimum bagi seorang pria harusnya, tidak se-istimewa yang kamu fikir.” Jawabnya merendah.

“Begitu ya Abuya.” 

“Hmmm, selama bekerja bersama saya dirumah, bagaimana pengalaman mu?.” Tanya Abuya kembali.

“Tidak ada kata yang bisa menjelaskannya Abuya, semua tidak sesuai ekspektasi saya.”

“Tidak sesuai ekspektasi? Memangnya apa ekspektasimu?.” 

“Ekspektasi saya bekerja di Saudi itu akan benar benar menguras tenaga, dengan majikan yang super galak dan jahat, seperti di tv, tapi ternyata itu tidak sesuai, saya mendapatkan rumah dengan pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan, dan dengan majikan yang sebaik dan setampan Abuya.” 

“Saya tampan huh?.” Tanya Abuya, sial, aku keceplosan.

“M-maksud ssaya sebaik dan sebijaksana Abuya.” Ralatku.

“Hahaha, saya memang tampan Ibrahim, apalagi ketika saya masih muda, berapa banyak ayah yang datang ke rumah saya untuk menawarkan anak perempuannya untuk dinikahi, mungkin setiap minggu selalu ada, waktu berjalan begitu cepat, sekarang, waktu benar benar membuat saya merendah, badan dan wajah saya termakan garis waktu, dan sebagian rambut saya sudah mulai memutih.” Ujar Abuya panjang, sial, mengapa dia berfikir bahwa garis waktu memakan keperkasaan dan ketampanannya, jujur, di usia Abuya yang memasuki pertengahan lima puluh, ia tidak terlihat termakan waktu, bahkan dimataku Abuya masih terlihat sangat amat tampan dan mempesona, serta tentu saja, gagah, jika boleh jujur, dibandingkan dengan Emir, Abuya lebih berkharisma dan menarik, mungkin karena pengalaman atau yang lainnya, Emir juga sepertinya akan seperti Abuya jika nanti menua, semoga saja.

“Abuya masih tampan dan gagah juga sekarang.” Ujarku pelan, Abuya memindahkan fokusnya dari memandang ke depan menjadi memandang ke arahku, memandangku lekat kemudian tangannya yang berada di persneling mengusap rambutku sambil tersenyum, lalu kembali mengarahkan fokusnya ke depan.

“Kamu memang paling bisa Ibrahim.” Ujar Abuya.

Tidak terasa kami sudah sampai di mall, tempat yang sama saat Emir membawaku berbelanja, aku dan Abuya masuk kedalam mall, aku mengikuti Abuya dibelakangnya, ia kemudian berhenti berjalan, lalu menuntun tanganku, kami berjalan sambil saling berpegangan tangan, orang tidak akan menganggap hal seperti ini aneh, apalagi dengan tinggi badanku, mereka pasti menganggap kami ayah dan anak.

Abuya membawaku masuk kedalam sebuah tenant parfum, bercengkrama dengan pegawai tenant, kulihat pegawai tenant itu berjalan kebelakang lalu kembali lagi sambil membawa sebuah kotak kecil yang kutebak itu adalah parfum, Abuya mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, membayar lalu mengambil tas kecil berisi parfum itu dan memberikannya kepadaku, aku berterimakasi lalu menerima pemberian Abuya.

“Kita langsung pulang Abuya?.” Tanyaku.

“Kamu tidak lapar?.” Tanya Abuya, aku menggelengkan kepalaku.

“Kasihan Amihan dan Nala yang sudah memasak Abuya, jika kita makan diluar, nanti masakan mereka tidak termakan.” Ujarku, Abuya mengangguk setuju.

“Sebentar, ada satu barang yang harus saya ambil, milik seseorang.” Ujar Abuya yang kembali menuntunku, kami berjalan kembali, tidak terlalu jauh dari tennant parfum, kami masuk kedalam sebuah tennant yang menjual berbagai macam pakaian, Abuya kembali berbicara dengan pegawai tennant tersebut, pegawai tersebut membawakan sebuah kantong kertas berisi barang yang Abuya maksud, Abuya tidak mengeluarkan uang, mungkin sudah dibayar sebelumnya, entahlah, Setelah selesai aku dan Abuya kembali menuju parkiran dan kami bergegas pulang, sebetulnya aku masih ingin berduaan bersama Abuya, tapi aku merasa kasihan, dia baru saja pulang kerja, kemudian harus berkendara ke mall ini demi sebuah parfum untukku, jadi kita lebih baik langsung pulang saja, agar Abuya bisa beristirahat.


****************

Hello!!!! Update Chapter baru nichhhh!!! Hahahaha.

Anyways kalian juga jangan lupa dong buat baca, vote dan komen di cerita aku yang satunya "MENGGODA BAPAK" makasih ya yang selalu hadir dan baca cerita ceritaku.

Semoga kalian suka chapter ini yaaaa.
Jangan lupa vote dan komen yaaa.
Ilysm guyssss!!!!

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 61.5K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.2M 16.9K 36
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.4K 129 6
‼️Read This‼️ • Character Dalam Fanfic ini Sepenuhnya Milik Muneyuki Kaneshiro (Blue Lock) dan Haruichi Furudate (Haikyuu) • Ada beberapa Char Tambah...
2.5M 271K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...