Janji Sakral Ziya

By maulida_2113

548K 21.2K 2.5K

Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena ken... More

Prolog
1. Hukuman
2. Perjodohan
3. Permintaan Maaf
4. Perlombaan
5. Pertemuan
6. Sakit
7. Keraguan
8. Pemakaman
9. Lamaran
10. Pernikahan
11. Resepsi
12. Cemburu
13. Pulang
14. mertua dan menantu
16. Hari Pertama
17. Vampir
18. Ibu Kandung vs Ibu Sambung
19. Di Bentak
20. Bidadarinya Gus Zidan
21. Bucin
22. Mimpi Buruk
23. Perginya Cinta Pertama
24. Mengulang Masa-Masa Dulu
25. Anak Geng Motor
26. Kecoa
27. Poligami
28. Pernikahan
29. Berubah
30. Masalah
31. Berbaikan
32. Di Hukum
33. Bahan Omongan
34. Zalim
35. Konflik
36. Hasil?
37. Berpisah
38. Hilang
39. Menutup Mata
40. Sebuah Mimpi Belaka
41. Tausiyah
42. Hadiah
43. USG
44. Sunset
45. Berzina
46. Cambuk
47. Pergi?
48. Aqiqah

15. Perhiasan Dunia

10.2K 393 1
By maulida_2113

••• Bismillahirrahmanirrahim •••

Selamat membaca.

••|||••

*****

Keduanya selesai melaksanakan sholat isya berjamaah.

"Gus"

"Hm kenapa Humaira"

"Kata ummi malam ini ada kajian rutin ya"

"Iya memangnya kenapa"

"Kata ummi itu untuk semua santri boleh ngga kalo Kiya ikut"

"Boleh"

"Serius Gus" terlihat jelas wajah bahagia Adzkiya.

"Hm"

"Yeah"

"Sudah sana siap-siap kita berangkat bareng"

"Iya Gus, tapi sebelum itu ada pertanyaan yang terlintas di otak Kiya"

"Apa itu?"

"Ini kan acara kajian buat santri-santri terus yang berhalangan hadir misalnya lagi dapet gimana Gus"

"Oh mereka masih bisa dengar dan lihat proyektor lewat layar lebar gitu Humaira"

"Hah serius Gus wih keren keren" ucap Adzkiya dengan ekspresi menggemaskan.

Gus Zidan yang melihat itu dibuat gemes sendiri dan pengen cepet-cepet menerkamnya tapi kenyataan menamparnya.

Andai saja istrinya ini ah udahlah lupain aja biar Gus Zidan sama Allah saja yang tahu pikirannya....😂

Lanjut...

"Kenapa kamu seantusias ini sih Humaira"

"Kiya ngga pernah ikutan beginian Gus jadi senang aja sekarang bisa ngerasain"

"Memangnya dipesantren kamu tidak pernah ada acara kajian rutin kaya gini"

"Ada Gus"

"Nah tuh, katanya gak pernah ikutan"

"Ya memang ngga pernah ikut gus"

"Kenapa"

"Abi ngga pernah izinin Kiya buat ikut, sholat berjamaah aja jarang kata Abi dirumah aja"

"Alasannya"

"Katanya Abi ngga mau Kiya kenapa napa"

"Memangnya pesantren kamu gak aman"

"Aman tapi Kiya juga kurang tau apa yang membuat Abi ngga izinin Kiya"

"Yaudah lupain aja lah Gus"

"Hm"

"Gus tetap izinin Kiya kan buat ikut"

"Iya memang kenapa"

"Kirain berubah pikiran setelah Kiya ngasih tau tadi"

"Abi ngelarang karena gak ada yang jagain kamu, sekarang kan ada saya yang jagain kamu"

"Gitu ya Gus"

"Iya sudah sana siap-siap pakai abaya hitam ya"

"Anjuran disini ya Gus kalo ada acara" Gus Zidan menggeleng.

"Terus" tanya Adzkiya.

"Begini Humaira sebenarnya pakaian berwarna apapun itu boleh, saya hanya tidak ingin perempuan saya ditatap laki-laki lain selain saya jadi saya minta kamu berpakaian hitam karena warna hitam jauh dari kata perhiasan. Tidak banyak yang memandang kamu karena pakaian kamu tidak berwarna mencolok. Tapi sebenarnya warna hitam juga bisa menarik perhatian laki-laki jika perempuan itu tidak menggunakannya sesuai aturan agama Islam dalam berpakaian" Gus Zidan tersenyum melihat wajah serius istrinya saat mendengarkan penjelasan darinya, sepertinya istrinya ini tertarik dengan pembahasan kali ini.

"Jadi berpakaian seperti apa Gus yang dianjurkan dalam islam"

"Yang jelas bersih, menutup aurat bukan membungkus aurat, dan sopan sesuai akhlak sebagai seorang muslim"

"Mengerti Humaira" Adzkiya diam karena masih ada kata-kata dari suaminya yang tidak ia pahami.

"Belum paham" tanya Gus Zidan Adzkiya langsung menganggukkan kepalanya.

"Apa yang gak kamu pahami"

"Menutup aurat bukan membungkus aurat maksudnya apa Gus"

"Sekarang banyak seperti itu Humaira karena mengikuti trend mereka banyak meninggalkan ajaran Islam tentang perempuan dalam berpakaian, seperti berpakaian tapi telanjang maksud dari sini ia berpakaian tertutup tapi pakaian yang mereka pakai membentuk lekuk tubuh mereka atau ketat dan berlenggak lenggok dihadapan laki-laki sehingga timbul syahwat, berkerudung tapi tidak menutup dada seperti dililit dileher kepala mereka seperti punuk unta"

"Rasulullah SAW bersabda: Dua golongan penghuni neraka dari umatku yang aku belum pernah melihat mereka, yakni para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak lenggok, dan kepala mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk surga dan tidak bisa mencium baunya"

"Sekarang mengerti kan Humaira"

"Iya Gus"

"Coba kamu bacakan kandungan surah An nur ayat 31"

Walaupun sedikit heran dengan suruhan suaminya ia tetap membacakannya "Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat" ucap Adzkiya membacakan kandungan surah An nur ayat 31.

"Nah dalam kandungan surah tersebut perempuan boleh memakai pakaian apapun tapi dengan yang mahram baginya seperti dihadapan suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra- putra suami mereka, atau saudara laki-laki mereka, atau putra saudara laki-laki mereka"

"Tapi kalo diri saya pribadi saya tidak akan mengizinkan istri saya dilihat laki-laki selain saya walau itu mahram baginya" dimana Adzkiya mengulum senyum mendengar pengucapan suaminya.

"Humaira jadilah sebaik baiknya perhiasan dunia, dimana hanya saya yang boleh melihatnya"

"Iya Gus"

"Humaira" panggil Gus Zidan.

"Kenapa Gus" kaget Adzkiya.

"Tidak ada yang pernah melihat mahkota kamu kan sebelumnya" Adzkiya menggelengkan kepalanya.

"Abang-abang kamu" tanya kembali Gus Zidan.

"Kiya ngga pernah buka kerudung walaupun lagi dikamar Gus"

"MasyaAllah" ucap Gus Zidan tersenyum.

"Boleh saya melihatnya" Adzkiya langsung terdiam mendengar permintaan suaminya. Ia harus apa ia tidak mengerti. Tolong...

"Gak boleh ya" tanya Gus Zidan pasalnya istrinya ini hanya diam.

"Tidak papa Humaira saya mengerti kamu belum siap" Gus Zidan ingin bangkit dari duduknya tapi langsung ditahan Adzkiya dan gadis itu berkata.

"Boleh Gus" dimana ucapan itu langsung membuat Gus Zidan tersenyum berseri-seri.

"Boleh" ulang Gus Zidan Adzkiya menganggukkan kepalanya pelan.

"Iya" ucapnya gugup.

"Saya buka ya Humaira" Adzkiya mengangguk kembali.

Gus Zidan mulai mendekatkan dirinya dengan sang istri dan mulai mengangkat mukena yang dikenakan sang istri.

"Bismillah" ucap Gus Zidan melepas mukena sang istri.

Pertama kali yang ia lihat rambut lurus berwarna hitam, panjang dan lebat terurai.

"MasyaAllah" ucap Gus Zidan kagum.

Padahal ia sudah pernah melihatnya tapi hanya sesaat kali ini ia bisa puas memandang ciptaan tuhan yang begitu indah dari apapun di dunia ini selain melihat istrinya.

Kulit wajah yang bersih, hidung mancung, bibir tipis dengan dihiasi rambut yang begitu lebat itulah gambaran dari sosok Adzkiya dimata Gus Zidan. Sempurna.

"Makasih ya Humaira sudah menjaganya untuk saya" Adzkiya membalasnya dengan senyuman walau masih ada kegugupan disana.

"Iya Gus" ucapnya masih gugup.

"Yaudah kita turun dulu, saya laper Humaira"

"Hm ngga jadi ke kajian gus"

"Mungkin mereka saat ini sudah menyantap makanan yang dibagikan Humaira"

"Hah"

"Kita udah setengah jam berbicara setelah selesai sholat isya Humaira"

"Hah" Adzkiya langsung memandang jam dinding dikamar itu dan benar selama itu kah mereka berbicara.

"Maaf Gus, karena Kiya banyak nanya Gus ngga bisa ikut deh"

"Kamu juga gak jadi ikut kan, tapi lain kali saya ajak kamu"

"Makasih ya Gus, malam ini Kiya dapat banyak sekali pelajaran"

"Alhamdulillah"

"Pakai dulu kerudungnya kita ke bawah saya sudah laper" ucap Gus Zidan memegangi perutnya.

"Iya Gus"

Adzkiya memakai kerudungnya sedangkan Gus Zidan membereskan alat sholat mereka tadi.

"Sudah" tanya Gus Zidan langsung diangguki Adzkiya.

Keduanya turun kelantai satu lebih tepatnya menuju dapur.

*****

Keduanya sampai di dapur, Gus Zidan membuka tudung saji dan ternyata tidak ada makanan apapun yang bisa mereka makan, mungkin ummi nya mengira mereka ikut kajian itu dan akan dapat makanan dari acara tersebut itu sebabnya tidak ada tersisa sedikitpun makanan.

"Yah gak ada makanan Humaira, kamu gak papa kan tunggu saya masak dulu"

"Biar Kiya yang masak Gus"

"Jangan kamu duduk aja"

"Boleh ya Gus Kiya yang masak, izinin Kiya buat melayani suami Kiya ya" Gus Zidan mengangguk dan tersenyum mendengar penuturan sang istri katanya mau melayani suami.

Adzkiya mulai membuka lemari es melihat ada bahan bahan apa saja yang bisa ia masak. Gus Zidan tersenyum memperhatikan istrinya yang bergelut dengan bahan bahan masakan. Begini ya rasanya dimasakin istri pikirnya.

Kurang lebih 10 menit masakan yang dimasak Adzkiya sudah selesai ia menaruhnya di piring dan dibawanya kehadapan sang suami.

"Gus suka kan ya tempe sama tahu" ucapnya takut takut pasalnya di lemari es tidak ada lagi bahan masakan selain yang ia masak ini yaitu tempe tahu kecap.

"Ini lauk favorit saya Humaira" mendengar itu Adzkiya langsung mengembangkan senyumannya.

"Alhamdulillah"

"Kamu tidak perlu takut saya menolaknya, apapun yang kamu masak sekalipun itu tidak saya sukai maka saat itu juga saya akan menyukainya"

"Makasih ya Gus"

"Hm, yasudah duduk" Adzkiya menurut dan duduk disamping sang suami.

"Buka mulutnya Humaira" kali ini Adzkiya tidak protes ketika suaminya menyuapi dirinya.

"Bismillah" ucap Adzkiya membuka mulutnya dan satu suapan makanan masuk kedalam mulutnya.

"Gus lagi"

Gus Zidan menyuapi dirinya juga.

"MasyaAllah ini enak banget Humaira"

"Beneran Gus"

"Iya"

Keduanya langsung menyantap makanan itu hingga habis.

"Alhamdulillah" ucap keduanya.

Adzkiya ingin bangkit dari duduknya. Berniat ingin membersihkan semua kekacauan yang telah ia buat ketika memasak tadi.

"Kenapa Gus"

"Kamu duduk aja kali ini tugas saya"

"Tapi Gus..."

"Udah duduk yang manis aja" Adzkiya pasrah dan menyetujui ucapan suaminya untuk duduk saja.

Gus Zidan sudah selesai dengan urusannya dan menghampiri istrinya kembali di meja makan.

"Mau ke atas" tanya Gus Zidan.

"Iya"

Keduanya berniat untuk pergi keatas tapi kedatangan orang tua mereka menghentikan tujuan mereka.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam" jawab pasutri ini.

Keduanya menghampiri orang tua mereka dan mulai saling Salim menyalami.

"Habis ngapain sih kok gak jadi ikut" tanya ummi Zainab.

"Gak habis ngpa ngapain kok ummi"

"Kalo gak abis ngapa-ngapain kenapa pada gak jadi ikut"

"Hehe adalah ummi"

"Oh iya ummi, ada yang nandingin masakan tempe tahu kecap buatan ummi loh" ucap Gus Zidan.

"Siapa yang buat lebih enak dari ummi"

"Istri Zidan ummi masakannya enak"

"Oh yah ada lagi gak ummi mau cicipi"

"Habis ummi, mau Kiya masakin lagi"

"Gak usah nak ummi cuman bercanda lain kali aja"

"Kalo ummi tanya enakan punya ummi atau punya istrinya" tanya ummi Zainab minta kepastian pada putranya.

"Ummi" ucap Adzkiya tidak enak hati jadi bahan pilihan.

"Diem kamu nak ummi harus nanya yang jelas"

"Maaf ummi kali ini Zidan pilih istri Zidan"

"Ya udahlah ummi ikhlas kalo itu" ucap ummi Zainab tersenyum dimana semuanya juga ikut tersenyum.

"Zidan ikut Abi ada yang mau Abi obrolin sama kamu" Gus Zidan menganggukkan kepalanya.

"Sama ummi dulu ya"

"Iya Gus"

Setelah kepergian dua laki-laki itu, kini tinggal Adzkiya dengan sang mertua.

Ummi Zainab meraih tangan Adzkiya dan dibawanya keruang tamu untuk duduk.

"Nak"

"Kenapa ummi"

"Jujur sama ummi habis ngapain" ternyata mertuanya ini kembali mempertanyakan soal tadi.

"Ngga ngapa ngapain kok ummi beneran deh"

"Gak mungkin gak ngapa ngapain jujur aja sama ummi"

"Sebenarnya salah Kiya ummi, Kiya tadi banyak nanya ke Gus nya sampai lupa di jam alhasil telat ikutnya"

"Beneran, memang membahas apa?"

"Hm sebaik baiknya perhiasan dunia"

"Wah pembahasan yang menarik itu"

"Iya ummi Kiya jadi tertarik buat nanya-nanya sampai tuntas, Gus Zidan juga ngasih penjelasannya yang mudah dipahami jadi Kiya suka"

"Hm bagus-bagus, tapi setelah itu ada ngelakuin apa lagi" ummi Zainab semakin gencar menanyakan.

"Setelah itu kebawah buat makan katanya Gus Zidan laper"

"Beneran itu aja nih"

"Udahlah ummi kenapa jadi istri Zidan di interogasi seperti itu sih ummi" Gus Zidan datang bersama Abi Zaid.

"Kan ummi penasaran"

"Apa yang membuat ummi penasaran sih, beneran gak terjadi apa-apa"

"Yaudahlah"

"Ayo keatas" ajak Gus Zidan meraih tangan istrinya.

"Ummi Abi kita berdua keatas dulu" izin keduanya.

"Iya sana jangan lupa bikinin ummi cucu yang lucu-lucu"

"Ummi istri Zidan masih kecil"

"Bercanda, sudah sana"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

*****

"Ummi kenapa sih kaya gitu"

"Kaya gitu gimana bi"

"Nanyain menantunya, kalo menantu kita risih gak enak sama Zidan ummi"

"Ummi penasaran aja bi apa yang mereka lakuin"

"Ummi apapun yang mereka lakuin itu juga hak mereka jadi kita gak usah ikut campur ya ummi"

"Iya maafin ummi"

"Tapi nih ya bi ummi tuh liat kaya ada aura yang berbeda dari mereka"

"Berbeda gimana"

"Kaya lebih bahagia gitu"

"Ya Alhamdulillah ummi"

"Ya Alhamdulillah sih, tapi kan ummi jadi penasaran"

"Sudah ummi mending kita istirahat"

Kembali pada dua pasutri di dalam kamar.

"Maafin kata-kata ummi ya kalo ada yang bikin kamu gak enak"

"Hehehe" Adzkiya terkekeh melihat suaminya sepertinya menghawatirkan dirinya.

"Kenapa ketawa kaya gitu"

"Lucu aja Gus ummi yang bicara anaknya yang ketakutan"

"Humaira saya tidak mau kamu tidak nyaman tinggal sama saya, apapun akan saya berikan agar kamu nyaman sama saya"

"Makasih ya Gus, Gus selalu mikirin perasaan Kiya"

"Hm"

Adzkiya memberanikan diri untuk memeluk suaminya.

Gus Zidan tertegun dengan apa yang dilakukan istrinya bukan gak seneng tapi kaget aja tiba-tiba istrinya ini memeluknya.

"Kenapa Humaira" tanya Gus Zidan sekaligus membalas pelukan dari istrinya.

"Ngga papa cuman pengen peluk aja, ngga papa kan Gus"

"Gak papa ini punya kamu juga" ucap Gus Zidan membuat semburat merah di pipi Adzkiya bagai bak kepiting rebus.

"Humaira"

"Iya Gus"

"Bikin cucu yuk untuk ummi yuk"

"Ih Gus" Adzkiya menjauhkan dirinya dengan sang suami.

"Loh kenapa salah ya"

"Iya salah Kiya itu masih kecil Gus" ucapnya dengan mata mulai berkaca-kaca membuat Gus Zidan langsung membekap tubuh sang istri.

"Maaf Humaira saya hanya bercanda gak serius" ucap Gus Zidan merasa bersalah.

"Sudah ya" Gus Zidan mengelus punggung Adzkiya.

"Gus pengen banget ya" tanya Adzkiya disela sela isakannya.

"Humaira siapa sih yang tidak menginginkan itu" ucap Gus Zidan menatap wajah istrinya.

"Maaf" Adzkiya menunduk merasa bersalah.

"Tidak papa Humaira saya juga tidak memaksa untuk itu, lagi pula kamu juga belum cinta kan sama saya"

"Maaf Gus"

"Sudah sudah gak masalah Humaira"

"Sekarang kita tidur ya, ambil wudhu dulu"

Adzkiya berlalu dari sana meninggalkan suaminya.

"Astagfirullah Zidan apa yang kamu lakuin sadar istri kamu terlalu muda" Gus Zidan meraup wajahnya frustasi.

Gus Zidan menyusul istrinya untuk bersih bersih sebelum tidur.

Kini keduanya sudah sama sama merebahkan tubuh mereka.

"Humaira sini deketan" Adzkiya hanya menurut ia sudah terbiasa tidur di peluk sang suami kalo gak dia tidak bisa tertidur.

"Humaira"

"Hm kenapa Gus" jawab Adzkiya dalam pelukan suami.

"Kamu gak gerah pakai kerudung tidurnya"

"Ngga, Kiya udah terbiasa Gus"

"Boleh dilepas saya ingin kembali memandangnya Humaira yang tadi saya belum puas, boleh kan" Adzkiya mengangguk. Gus Zidan langsung membantu istrinya melepaskan.

"Humaira"

"Hm"

"Kamu gak pernah motong rambut ya" Adzkiya mengangguk.

"Pantesan rambut kamu panjang lebat lagi plus wangi, kamu pakai sampo apa"

"Kiya juga kurang tau Abang yang beliin"

"Boleh saya minta nanti"

"Boleh-boleh aja sih Gus tapi masalahnya ini ngga cocok buat Gus, Gus kan cowo terus gagah masa pakai sampo anak kecil sih yang wanginya buah-buahan"

"Bener juga ya" ucapnya sambil memainkan rambut Adzkiya.

"Yaudah tidur Humaira"

"Mana bisa Kiya tidur Gus, orang rambut Kiya dimainin kaya gitu"

"Gak papa lah Humaira, mau dapat pahala gak" Adzkiya mengangguk.

"Kalo gitu biarin saya memainkan rambut kamu karena setiap helai rambut yang saya lihat yang saya mainkan akan menjadi pahala buat kamu"

"Hah serius Gus"

"Iya"

"Yaudah mainin sepuas Gus aja"

Siapa sih disini yang gak ingin pahala. Ya gak kalian mau gak tapi cari pahalanya sama yang halal ya...

"Yaudah tidur"

Gus Zidan makin mendekatkan dirinya dengan sang istri dan mulai mengelus punggung belakang Adzkiya membuat gadis itu merasakan kenyamanan.

Mata cantiknya mulai memberat dan tertidur dalam dekapan sang suami.

Bersambung...

••|||••


Hai guys gimana perasaan kalian setelah baca chapter ini.

Semoga kalian pada suka dan gak bosen sama ceritanya ya.

Sampai ketemu di part selanjutnya tapi sebelum itu kalian follow dulu dan jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya.

Makasih semuanya❤️







Continue Reading

You'll Also Like

240K 11.9K 27
"wallahi hiks a..aku gak s...suka hiks liat kamu s..sama dia!" bagaimana seorang gus yang terkenal dingin sedinginnya bisa terluluh oleh perempuan ya...
510K 23.7K 35
Abizar menghela nafas panjang sebelum Aliza duduk di sebelah nya. "Qobiltu nikaha wa tazwijaha bil mahril madzkur hallan." Ucap Abizar. Bahkan Abiza...
10.2K 602 26
Deskripsi nyusul. Langsung baca aja, dijamin seru.
5.8K 458 15
Suka sama adeknya Nikah sama abangnya ✔️ Pada malam itu keluarga Zeline kedatangan tamu yang ternyata keluarga dari, Rama. Sosok lelaki yang selama i...