Janji Sakral Ziya

Por maulida_2113

550K 21.3K 2.5K

Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena ken... Mais

Prolog
1. Hukuman
2. Perjodohan
3. Permintaan Maaf
4. Perlombaan
5. Pertemuan
6. Sakit
7. Keraguan
8. Pemakaman
9. Lamaran
10. Pernikahan
11. Resepsi
12. Cemburu
14. mertua dan menantu
15. Perhiasan Dunia
16. Hari Pertama
17. Vampir
18. Ibu Kandung vs Ibu Sambung
19. Di Bentak
20. Bidadarinya Gus Zidan
21. Bucin
22. Mimpi Buruk
23. Perginya Cinta Pertama
24. Mengulang Masa-Masa Dulu
25. Anak Geng Motor
26. Kecoa
27. Poligami
28. Pernikahan
29. Berubah
30. Masalah
31. Berbaikan
32. Di Hukum
33. Bahan Omongan
34. Zalim
35. Konflik
36. Hasil?
37. Berpisah
38. Hilang
39. Menutup Mata
40. Sebuah Mimpi Belaka
41. Tausiyah
42. Hadiah
43. USG
44. Sunset
45. Berzina
46. Cambuk
47. Pergi?
48. Aqiqah

13. Pulang

11.4K 436 2
Por maulida_2113

••• Bismillahirrahmanirrahim •••

Selamat membaca.

••|||••

*****

Sesuai perkataan Adzkiya yang hanya meminta 1 hari lagi, setelah itu ia akan ikut kemana pun suaminya pergi. Hari ini hari dimana Gus Zidan akan membawa istrinya ke pesantren milik keluarganya.

"Abi maafin Kiya ya kalo Kiya ada salah" ucapnya dalam pelukan sang Abi.

"Kamu gak ada salah nak, baik-baik ya disana jadi istri yang selalu mendengarkan perkataan suami, banggakan ummi disana sekarang surga kamu ada pada suami kamu" ucap Abi Hasan mengelus kepala Adzkiya.

"Iya Abi, doain Kiya ya bi" ucapnya dengan berlinang air mata.

"Sudah jangan nangis, Abi akan selalu doain kamu, sudah sudah hapus air matanya gak malu diliatin sama suaminya"

"Biarin" masih dalam dekapan sang Abi.

"Jagain putri Abi ya nak" ucap Abi Hasan pada Gus Zidan.

"Pasti bi, Zidan akan selalu menjaganya"

"Zidan" panggil Gus Abizar.

"Iya bang"

"Jaga princess kami, buat dia selalu bahagia hanya itu yang saya minta"

Gus Zidan tersenyum "pasti saya akan menjaga princess kalian, saya juga akan berusaha untuk selalu membahagiakan nya"

"Zidan" kali ini yang memanggil Gus Azriel.

"Iya bang"

"Perlakukan dia seperti kamu memperlakukan ummi mu, jangan pernah membandingkan dia dengan ummi mu"

"Iya bang"

"Nak udah ayo kamu harus berangkat sekarang, kalo nanti nanti kamu bakalan kemalaman datangnya"

Adzkiya melepas dekapannya dari sang Abi. Beralih memeluk Gus Abizar.

"Bang, Kiya ngga tinggal disini lagi, jagain Abi ya"

"Iya dek kamu tenang aja nanti Abang sama bang zriel gantian jagain Abi"

"Makasih untuk semuanya bang" Gus Abizar mengangguk.

Setelah itu ia beralih memeluk Gus Azriel.

"Makasih ya bang, Abang yang selalu lindungi Kiya kalo bang Bizar lagi marah"

"Iya dek, Abang berpesan sama kamu turuti apapun yang suami kamu bilang selagi itu pada kebaikan" Adzkiya mengangguk.

"Kalo gitu Kiya pamit semuanya"

"Assalamualaikum" ucap keduanya sambil mencium punggung tangan Abi Hasan bergantian.

"Waalaikumussalam hati-hati"

*****

Adzkiya terlihat murung didalam mobil, tidak ada yang bersuara didalam mobil, Adzkiya yang sibuk dengan memandang jalanan dan Gus Zidan yang fokus menyetir mobil.

"Humaira"

Adzkiya menoleh kearah suaminya "iya Gus"

"Kamu gak papa kan"

"Iya Kiya ngga papa kok Gus"

"Jangan murung kaya gitu ya, saya janji saya akan sering membawa kamu berkunjung ke Abi"

"Makasih ya Gus"

"Kalo kamu mau tidur, tidur aja dulu perjalanan kita jauh"

"Ngga Gus Kiya mau menikmati perjalanan ini, Kiya kan jarang keluar kalo keluar juga ditemenin sama Abang Abang Kiya, Kiya ngga pernah sendiri"

"Saya bersyukur Humaira, perempuan yang sekarang bersama saya sangat terjaga"

"Gus"

"Hm"

"Kiya boleh ngga minta sesuatu"

"Apa itu"

"Kiya ada beberapa yang mau Kiya lakuin setelah menikah, mau membayar semua keinginan Kiya yang tidak pernah terlaksana"

"Bilang aja Humaira"

"Kiya itu pengen pergi ketempat dimana Kiya bisa liat sunset, melihat bawah laut, melihat ramainya jajanan yang bermacam-macam"

Gus Zidan tersenyum "saya akan penuhi semua keinginan kamu"

"Saya mau nanya sama kamu"

"Apa itu Gus"

"Kamu mau beli handphone gak"

"Hah"

"Kamu kan selama ini gak pernah pake handphone, Kalo saya beliin mau"

"Ngga usah lah Gus, itu ngga terlalu penting juga buat Kiya"

"Tapi kan bisa buat ngabarin kalo saya pergi kemana-mana gitu"

"Gus ada niatan ninggalin Kiya gitu"

"Bukan begitu Humaira, saya sering keluar buat urusan bisnis jadi kalo kamu ada handphone saya bisa kabarin kamu setiap saat"

"Oh"

"Oh aja nih mau gak"

"Ngga tau Gus"

Sampai situ pembicaraan mereka setelah itu keduanya kembali terdiam.

Gus Zidan memberhentikan mobilnya didepan sebuah mall.

"Humaira kita turun dulu"

"Mau ngapain Gus"

"Turun aja nanti saya kasih tau"

Kali ini tidak dibukakan pintu karena gadis itu sudah lebih dulu turun.

Gus Zidan meraih tangan istrinya untuk ia genggam membuat Adzkiya kaget.

"Gus"

"Biar gak ilang"

Keduanya masuk ketempat pusat perbelanjaan. Mereka sampai ditempat toko handphone.

"Gus beneran mau beliin Kiya handphone"

"Iya, pilih kamu mau yang mana"

"Ngga usah lah Gus"

"Harus beli Humaira, ayo cepat pilih"

"Kiya ngga ngerti Gus soal beginian, serah Gus aja deh"

"Saya yang milihin" Adzkiya mengangguk.

"Mbak" panggil Gus Zidan pada penjaga toko.

"Iya masnya cari apa"

"Saya cari handphone pengeluaran terbaru mbak"

"Oh ada mas, iPhone 15 pro max"

"Iya saya beli itu"

"Masnya mau warna apa"

"Hitam mbak"

"Baik sebentar" ucap penjaga toko tersebut.

"Totalnya semua sebesar Rp29.999.000, masnya mau cash atau kartu"

"Pakai kartu mbak" Gus Zidan memberikan salah satu kartu kreditnya.

Berarti Gus Zidan punya banyak nih guys, soalnya katanya salah satu nih, hehehe...

Setelah semua transaksi selesai Gus Zidan membawa sang istri ke restoran yang ada di mall itu untuk mengganjal perut. Sebelum melanjutkan perjalanan.

"Nih pegang Humaira punya kamu" Gus Zidan memberikan handphonenya ke arah istrinya.
Adzkiya langsung menggeleng.

"Kenapa?"

"Ini kemahalan Gus, jangan deh jual lagi aja" Adzkiya tidak enak hati baru dua hari jadi istri udah dibeliin handphone semahal itu.

"Itu gak kemahalan kok buat kamu"

"Ngga Gus nanti ada yang bilang istrinya Gus Zidan matre lagi"

"Emang siapa yang berani ngomong kaya gitu tentang istri saya hah siapa, udah ambil aja Humaira" Adzkiya akhirnya mengambil handphone itu membuat Gus Zidan tersenyum.

"Makasih ya Gus, nanti kalo Kiya punya uang Kiya ganti"

"Tidak perlu diganti, saya ikhlas ngasihnya kamu kan istri saya sudah seharusnya saya memberikan yang terbaik buat kamu"

"Sekali lagi makasih ya Gus"

"Hmm"

"Sekarang kita makan dulu sebelum lanjut perjalanan"

"Iya Gus"

Keduanya selesai makan dan berniat melanjutkan perjalanan tapi sebelum itu mereka melaksanakan sholat Zuhur dulu karena Adzan sudah berkumandang. Keduanya mencari mesjid terdekat.

"Humaira nanti kalo kamu duluan selesai kamu langsung ke mobil aja ya" Gus Zidan menyerahkan kunci mobilnya.

"Gus ngga papa kan disini ya, Kiya takut soalnya bukan daerah Kiya"

"Gak papa kamu disini aman, langsung ambil wudhu saya liatin dari sini"

Adzkiya mengambil wudhu yang dimana Gus Zidan selalu memperhatikannya. Setelah selesai Adzkiya kembali menghampiri suaminya.

"Udah" Adzkiya menganggukkan kepalanya

"Udah Gus"

"Kalo gitu masuk sekarang, saya liatin sampai kamu masuk" Adzkiya langsung masuk mesjid lewat jalan untuk perempuan.

Setelah memastikan istrinya masuk Gus Zidan langsung mengambil wudhu dan melaksanakan sholat Zuhur.

Adzkiya lebih dulu selesai sholat dan ia mengikuti apa kata suaminya untuk lebih dulu ke mobil.

"Tok...tok..." ketukan pada kaca mobil membuat Adzkiya kaget tapi setelah mengetahui itu siapa ia tersenyum dan langsung membuka kaca tersebut.

"Assalamualaikum Humaira"

"Waalaikumussalam Gus"

Gus Zidan masuk kedalam mobil.

"Kamu gak papa kan" Gus Zidan menyerahkan tangannya dan langsung disambut Adzkiya.

"Kamu gak papa kan" tanya Gus Zidan kembali.

"Ngga papa Gus tapi tadi sempat kaget aja"

"Kenapa"

"Kirain siapa yang ngetok kaca ternyata itu Gus"

"Maaf ya udah ngagetin kamu"

"Iya ngga papa Gus"

"Kita berangkat" Adzkiya menganggukkan kepalanya.

"Kalo kamu mau tidur, tidur aja kita masih lama sampainya"

"Ngga papa Kiya tidur nih"

"Iya tidur aja"

Adzkiya mulai menyandarkan kepalanya dan mencoba untuk memejamkan matanya tapi tidak bisa sudah beberapa posisi ia coba tetap aja tidak bisa tertidur.

"Humaira kamu kenapa" tanya Gus Zidan pasalnya istrinya ini dari tadi tidak bisa diam.

"Ngga bisa tidur Gus"

"Hehe" Gus Zidan terkekeh.

"Kamu gak terbiasa ya"

"Iya Gus"

"Mau berhenti dulu"

"Ngga usah"

"Tapi kamu ngantuk itu"

"Emang iya ketauan ya Gus"

"Iya"

"Tapi ngga bisa tidur, yaudah lah kita ngobrol aja Gus"

"Mau ngobrol apa"

"Kiya boleh nanya ngga Gus"

"Tanya aja Humaira sepuas kamu, gak usah izin"

"Oke, perpindahan sekolah Kiya gimana Gus"

"Udah saya urus jauh jauh hari, jadi nanti kamu bisa langsung masuk sekolah"

"Kelas lima ya Gus"

"Iya"

"Boleh minta sesuatu" tanya Adzkiya.

"Katakan"

"Bisa ngga pernikahan kita dirahasiakan dipesantren Gus"

Yang tadinya Gus Zidan menyetir langsung merem mendadak membuat kepala Adzkiya terbentur depan mobil.

"Aawww" ucap Adzkiya.

"Astagfirullah Humaira, kamu gak papa" ucap Gus Zidan khawatir langsung menangkup kedua pipi Adzkiya dan mengelus kening yang terbentur tadi.

"Maaf Humaira saya tidak sengaja" ucapnya sambil meniup niup kening sang istri.

Adzkiya dapat melihat wajah suaminya yang khawatir dengan dirinya dari bawah, karena saat ini wajah mereka hanya tersisa sedikit jarak.

"Gus ngga setuju ya dengan permintaan Kiya tadi" yang tadinya meniup-niup kini terhenti.

"Alasan kamu merahasiakannya apa Humaira"

Lama terdiam karena takut, akhirnya Adzkiya menyakinkan dirinya untuk berbicara.

"Kiya kan mau masuk sekolah, umur Kiya juga masih muda Kiya takut nanti orang-orang beranggapan yang ngga ngga tentang Kiya ataupun Gus"

"Tapi kamu tau konsekuensinya menutupi semua ini"

"Tau Gus Kiya udah pikirin semuanya, Kiya siap menanggung semuanya"

"Bagaimana dengan saya Humaira, kamu mau meninggalkan saya"

"Ngga Gus"

"Humaira kalo kita rahasiakan pernikahan ini kita gak bisa tinggal bersama kamu tau itu"

"Yang pentingkan Kiya masih dipesantren itu Gus"

"Humaira kamu tau dosanya pisah ranjang padahal kita suami istri"

"Gus ngertiin Kiya, Kiya mohon"

Gus Zidan tidak lagi menyahut ia lebih memilih diam dan melanjutkan perjalannya, merasa tidak ada respon Adzkiya juga ikut diam.

Karena merasa lelah akhirnya mata yang tadinya tidak bisa tertidur kali ini sudah terlelap.

Gus Zidan menatap istrinya dengan sendu.

"Humaira saya tidak bisa tanpa kamu, saya juga tidak ingin kamu dapat dosa karena tidak melayani suami, saya harus apa Humaira" ucap Gus Zidan sambil meraup wajahnya frustasi.

Mobil keduanya sudah sampai dihalaman pesantren pukul 14.00 tepat.

"Humaira bangun"

"Eeghhh" Adzkiya membuka matanya dan melihat sekelilingnya dan terakhir menatap sang suami yang juga menatapnya.

"Udah sampai Gus" Gus Zidan menganggukkan kepalanya.

Ketika ingin keluar Adzkiya berucap.

"Gus diluar rame, kalo ada yang liat Kiya gimana" Gus Zidan tidak jadi keluar karena penuturan sang istri.

"Kamu bawa cadar"

"Ada Gus"

"Coba ambil"

"Sebentar Gus" Adzkiya mulai mencari keberadaan cadarnya di dalam tas miliknya.

"Nih Gus" Gus Zidan mengambil alih cadar itu dan memasangkan cadar itu di wajah Adzkiya.

"Sudah kamu aman"

"Makasih Gus"

Keduanya keluar dari mobil dan dari situ bisik bisik mulai terdengar.

"Hai teman-teman tuh siapa yang bareng Gus Zidan"

"Iya siapa tuh, pakai cadar woy"

"Saudaranya ya"

"Bukannya Gus Zidan anak satu-satunya"

"Wih istrinya ya, tapi kapan nikah"

Begitulah kira-kira omongan-omongan para santri.

"Kamu langsung masuk aja, saya mau ngambil barang-barang kamu dulu"

"Iya Gus"

*****

Adzkiya mengetok pintu ndalem milik Kyai Zaid.

Tok...tok...tok...

Pintu terbuka menampilkan perempuan bercadar.

"Assalamualaikum" ucap Adzkiya sopan.

"Waalaikumussalam ukhti cari siapa ya"

Adzkiya bingung harus menjawab apa pasalnya ia tidak mengenal siapa-siapa disini, suaminya juga belum menyusul dirinya.

"Cari siapa" ulang perempuan bercadar itu.

"Siapa nduk" ucap seseorang dari dalam.

"Ada tamu ummi"

Yang dipanggil ummi tadi menghampiri keduanya.

Nampak wanita paruh baya yang keluar.

"Nduk, masuk masuk" ucap wanita paruh baya itu.

Adzkiya masuk digandeng sang mertua.

Ya paruh baya itu adalah ummi Zainab ummi dari Gus Zidan.

Lanjut...

Perempuan bercadar yang membuka pintu itu heran, dan banyak pertanyaan dalam pikirannya.

"Nduk bikinin minuman ya"

"Iya ummi"

"Kamu mau apa nduk"

"Ngga usah ummi" perkataan Adzkiya kembali membuat perempuan bercadar itu dibuat bertanya-tanya.

"Ummi, siapa sebenarnya perempuan ini" ucap perempuan bercadar itu dalam hati.

"Jangan nduk, yaudah ambilin air putih aja kalo gitu"

"Baik ummi"

Setelah kepergian perempuan itu. Keduanya mengobrol.

"Gimana perjalanannya"

"Alhamdulillah lancar ummi"

"Suami kamu mana"

"Tadi katanya mau ngambilin koper Kiya yang di bagasi tapi lama banget ummi"

"Biarin suami kamu itu, ummi senang nak kamu sudah sampai" ucap ummi Zainab sambil memeluk sang menantu.

Dimana interaksi keduanya dilihat perempuan bercadar itu"

"Apa hubungannya ya" ucapnya bertanya-tanya.

"Silahkan"

"Makasih"

"Diminum dulu nduk"

"Iya ummi" Adzkiya mengambil minum itu dan meminumnya.

"Ummi, Rayna boleh bertanya"

"Tanyakan aja nduk ada apa"

"Maaf lancang ummi, perempuan ini siapa ya ummi" tanya Rayna takut-takut.

"Kenalin ini menantu ummi"

Rayna terkejut bukan main, ia merasa bersalah sudah bersikap tidak sopan.

"Istri Gus Zidan ya ummi"

"Iya memang istrinya siapa lagi, ummi cuman punya Zidan"

"Ning maaf ya soal tadi harusnya saya langsung mempersilahkan Ning masuk ini malah bertanya"

"Ngga papa kok..." Adzkiya bingung harus memanggil dengan sebutan apa.

"Dia abdi Ndalem nduk, kepercayaan Ndalem lah gitu namanya, dia juga sepupuan sama suami kamu"

Adzkiya mengangguk "Kiya harus panggil apa ummi"

"Panggil mbak Rayna aja, karena umurnya lebih tua dari kamu"

"Oh iya ummi"

"Mbak ngga usah merasa bersalah, mbak kan ngga tau"

"Sekali lagi maafkan saya ya Ning" Adzkiya mengangguk.

"Assalamualaikum" salam seseorang memasuki Ndalem.

Disana kehadiran dua laki-laki berbeda usia.

Ummi Zainab menghampiri suaminya yaitu Abi Zaid dan mencium punggung tangan sang suami.
Begitu juga Gus Zidan menyalami punggung tangan ummi Zainab. Adzkiya juga ikut menyalami Abi Zaid.

"Gus jahat banget sih sama mbaknya punya istri tapi gak dikasih tau"

"Sekarang tau kan mbak" ucap Gus Zidan cuek.

"Iya, ummi yang kasih tau"

"Yaudah Zidan mau bawa istri Zidan keatas dulu untuk istirahat tadi di mobil dia kurang nyaman tidurnya"

"Iya kalian istirahat dulu sana"

"Kalo gitu semuanya assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

Kepergian keduanya tidak luput dari pandangan Rayna.

"Kenapa liatin sepupunya kaya gitu" tanya Abi Zaid.

"Heran aja bi, Gus Zidan kan cuek kok bisa dapat istri spek bidadari kaya gitu"

"Bisa tuh buktinya mereka sudah suami istri"

"Hehe iya sih bi"

"Mau Abi jodohin juga gak"

"Hah"

"Mau Abi cariin pasangan buat kamu"

"Jangan bi Rayna masih muda gak kepikiran dulu buat nikah"

"Sampai kapan Rayna, umur kamu juga sudah cukup matang buat jadi istri, coba kamu liat istri Zidan aja umurnya 17 tahun"

"Hah 17 tahun bi" kaget Rayna.

"Gak percaya"

"Pantesan kek kecil gitu badannya, orang umurnya masih 17 ya"

"Jadi gak Abi cariin"

"Gak bi, Rayna masih mau mengabdi dulu sama kalian"

"Yaudah terserah kamu, kalo kamu berubah pikiran datang aja ke Abi"

"Hm yaudah Rayna mau kebelakang dulu assalamualaikum Abi ummi"

"Waalaikumussalam"

*****

Tepat didepan pintu yang berwarna abu muda kedua pasangan ini masih terdiam di depan pintu belum ada yang menyuruh salah satu dari mereka untuk masuk.

"Silahkan masuk Humaira" Gus Zidan mempersilahkan sang istri.

Gus Zidan lebih dulu masuk disusul Adzkiya, yang pertama gadis itu lihat ialah kamar yang sangat bersih rapi dan sangat wangi khas cowok.

"Kok bisa ya laki-laki tapi kamarnya bersih" itulah pertanyaan di otak Adzkiya.

"Humaira kenapa disana duduk sini" Gus Zidan memanggil sang istri yang dari tadi diam membisu.

"Ah iya Gus" Adzkiya menghampiri Gus Zidan yang duduk di sofa.

Keduanya kembali terdiam, tidak tau harus berbicara apa rasanya kecanggungan kembali menguasai keduanya.

"Humaira"

"Gus"

Keduanya sama-sama memanggil dengan waktu yang sama pula.

"Gus aja duluan"

"Kamu aja Humaira"

"Ngga Gus aja"

"Saya hanya mau menyuruh kamu buat mandi sebentar lagi kan mau waktu ashar, kalo kamu apa?"

"Hm hm hm.." rasanya ia takut untuk mengatakannya, karena terakhir kali membahas itu keduanya sama-sama diam.

"Apa Humaira"

"Cuman mau bilang Gus mandi duluan aja, Gus kan harus ke mesjid" Adzkiya lebih memilih membahas yang lain dari pada nanti canggung lagi seperti tadi.

"Yakin itu aja" Adzkiya mengangguk.

"Kamu mandi disini saya dibawah, kamu juga harus sholat kan jadi biar tepat waktu sholatnya kamu mandi aja disini saya dibawah" ucap Gus Zidan sambil berdiri dan menuju lemari mengambil handuk dan baju ganti dan tidak lupa juga mengambilkan perlengkapan sang istri.

"Nih mandi sana" Gus Zidan menyerahkan perlengkapan mandi untuk Adzkiya.

"Makasih Gus"

Bersambung.

••|||••




Hai guys lama nih gak update gimana kabar kalian semua masih pada nungguin cerita ini gak.

Aku mau ngasih tau sama kalian akhir-akhir ini aku sibuk banget jadi aku minta maaf kalo udah bikin kalian nunggu.

Itu aja intinya tetap tungguin terus update dari aku ya, see you guys.

Jangan lupa vote dan komen, oke.

Bye terima kasih semuanya ❤️

Continuar a ler

Também vai Gostar

1.4M 70.4K 74
FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! Cerita ini menceritakan tentang seorang gadis dan seorang Gus yang tidak sengaja bertabrakan sampai sang gus tidak sengaj...
2.4M 172K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
MAS BULE ~ BL Por July

Outros géneros

1.1M 88.9K 89
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
7.4M 439K 54
⚠️FOLLOW DULU SEBELUM BACA! ⚠️Rawan Typo! ⚠️Mengandung adegan romans✅ ⚠️Ringan tapi bikin naik darah✅ Neandra Adsila gadis cantik yang berasal dari d...