Comeback ✔️ [End]

By QwertyYapeyo

410K 19.5K 468

Nazea terbangun dari alam mimpinya. akan tetapi semua telah berubah, 15th ia melupakan kehidupannya. Bagaiman... More

Prolog
01. Bangkit dari mimpi
Protagonis
02. Alone?
03. New Work
04. New Life
05. Teman lama
06. KingMate
07. Bertemu Kembali?
08. Sakit yang Tak Nyata
09. It's Twins Day
10. Sosok tak Terlupakan
11. Meet
12. I want Mommy!
13. Jangan Membencinya
14. Mimpi atau Kenyataan
15. Teman Lama part 2
16. I will Go
17. Tamu Tak Diundang
18. You're My Mom!
19. Bertemu Kembali part 2
20. Penjelasan
21. Mengingat Kembali
Flashback
22. Duo Bungsu
23. Are You Really My Mom?
24. Berbeda? atau Berubah?
25. Boleh Baikan?
26. Penyemangat
27. Memiliki Keluarga?
28. Masa Lalu
29. Kesialannya
30. Mengakuinya
31. Kedatangan Tamu
Flashback part 2
32. Kenyataan yang Tersembunyi
33. Menemui
34. Kian yang Kecewa
35. First Things
36. Penjelasan Part 2
37. Alam Bawah Sadar
38. Love U Mom!
39. Kunjungan Bayi
40. Hari Pertama
41. Mari Berbaikan
42. Memulai Kembali
43. Comeback
44. Mencoba Berubah
45. Bertekad
46. Berusaha Sembuh
47. Batas Gengsi
48. Kebencian Ken
50. Hadiah
51. Kembali Bekerja
52. Perlakukan Buruk
53. Kerja Keras Kian
54. Ketahuan
55. Menerima
56. Tatapan Tajam
57. Perusak
58. Nyonya Besar?
59. Tragedi
60. Terlupakan
61. Antagonis yang sebenarnya
62. Rosalia dan Kekesalannya
63. Pengakuan
64. Menuju Ending
65. Akhirnya End!

49. Kecemasan

4.7K 237 0
By QwertyYapeyo

Awas! Typo ada di mana-mana... Bisa kog bantu menandai dengan komentar. :)

Kalo ada Part yang kurang nyambung, boleh juga di tandai kawan. ^^

__________________________________

Happy Reading
.
.
.

Episode sebelumnya __________

Ken mengambil pisau itu. Ken perlahan berjalan ke kamar milik Mommy-nya. Kini yang ia pikirkan, ia ingin balas dendam! Ia ingin Mommy-nya merasakan sakit yang Kian rasakan.

Dan kebetulan pintu kamar Mommy-nya sedikit terbuka. Senyum iblis terukir indah di bibir Ken.

Ken memegang erat pisau yang ia bawa. "Dia pantas mati-"

________________________________

Ken berjalan lebih dekat, tangannya yang kosong hendak mendorong pintu untuk masuk.

Deg

Tangan Ken terhenti, dari dalam kamar Mommy-nya, Ken mendengar suara tangis dan isakan.

Ken mengintip dari celah-celah pintu kamar. Mata Ken terbelak, ini pertama kalinya Ken melihat pemandangan ini. Dimana di dalam Mommy-nya terlihat berantakan.

Mommy-nya terduduk dilantai dengan rambut yang acak-acakan.

"Hiks.... Sakit...." Isak Mommy-nya sambil memegang dadanya.

"Hikss.... Maafkan Mommy-mu hiks... Mommy yang gila ini hikss..." Tangis Mommy masuk ke gendang telinga Ken.

Ken diam, apa yang di bicarakan Mommy-nya? Ken menajamkan pendengarannya.

Di dalam, Zea terduduk dan memukul mukul dadanya sendiri. "Sakit tuhan! Hikss.... Maafkan Mommy~~ haa... Hiks"

Sejenak Ken merasa iba, tapi ia teringat adiknya. Mommy-nya Tanpa rasa iba sedikitpun tetap menghukum dan memarahi adiknya.

"Aku tidak boleh goyah!" Ken mengeratkan genggamannya pada pisau yang ia pegang. Ken menunggu, sampai Mommy-nya tenang dan setelah itu ia akan masuk.

Tak lama isakan Mommy-nya terhenti. Apa Mommy-nya sudah tertidur? Ken mengintip dari celah pintu yang terbuka. Tidak, Mommy-nya masih bangung.

Zea menyeka air matanya. "Ya... Mungkin ini karena aku memang bodoh.... Aku murahan... Mereka tidak pantas memilikiku..." Zea berganti memukul-mukul kepalanya. "Kau bodoh..... kau bodoh..... kau bodoh! Hikss...."

"Haaaaa! Aku gila! Hikss......" Pekik Zea.

"Mommy benar-benar gila?" Pegangan pisau Ken mengendur.

Zea menatap wajahnya di cermin, seketika wajahnya berganti menjadi tawa. "Hei! Lihat wajah itu hahahaaa.... Dasar gilaa.. hahaha..." Tangisnya berganti menjadi tawa, tawa tanpa dosa dan perasaan.

"Dia aneh... Hahahaaa..." Zea menunjuk-nunjuk bayangannya sendiri.

Ken mematung, ada apa ini? Sejak kapan Mommy-nya seperti ini? Kepalanya terasa pening.
"Apa selama ini Mommy seperti ini? Apa dia gila?" Ya Ken harus mencari tau ini nanti.

Hei! Ini bukan saatnya anak kecil berusia 6 tahun untuk berfikir tentang kesehatan mental orang tuanya.

Ken menggeleng tidak! Ia tidak boleh terhasut oleh semua ini. "Lebih baik aku pergi." Ia ingin melangkahkan kakinya, namun terhenti sejenak kala.

"Hahaha......." Tawa Mommy-nya terhenti, lalu berubah kembali menjadi isak kan. "Hiks..... Aku harus meminta maaf pada anak-anakku... Benar." Zea berdiri. "Apa mereka sudi menerima ibu yang gila seperti ku? Bukankah aku sangat memalukan?"

Zea mengeluarkan sesuatu dari dalam laci, Ken mengintip apa yang Mommy-nya ambil. Ken terkejut, Mommy memiliki itu? Bukankah barang itu telah dibuang? Ken tau! Ia sangat tau benda itu! Itu adalah figura poto Keluarga mereka, dan Ken juga mempunyai-nya, tanpa sepengetahuan Mommy-nya.

Zea duduk di kasur, ia memandangi satu persatu anak di dalam figura itu. "Ak-aku hiks... Aku menyedihkan hiks... Bukankah mereka anak malu? Hiks... Akh... Aku monster hiks..." Zea menutup wajahnya.

"Aku tidak pantas meminta maaf hiks... Maafkan aku...hiks..." Zea memeluk figura poto yang selalu ia simpan.

Ken mengepalkan tangannya erat. "Iya benar! Kau tidak pantas untuk di maafkan!" Ujar Ken lirih dengan airmata di pelupuk matanya.

"Apa lebih baik aku mati saja? Hm? Hiks..."

Deg

Ken terbelak kala Mommy membawa sebuh pisau lipat dari dalam laci. Sejak kapan Mommy-nya memiliki itu?

Tidak! Bukan itu yang Ken inginkan sekarang, Mommy-nya tidak boleh mati! Hanya Ken yang boleh membunuhnya! Ya hanya Ken yang boleh!

Zea diam, ia melepaskan pisau itu hingga jatuh. "Apa lagi yang kulakukan!" Zea seolah tersadar.

Zea menatap figure yang ia pegang. Lalu memeluknya erat. "Hwaa.... Aku terlalu bodoh... Hikss......"

Ken bernafas lega, untungnya Mommy-nya itu segera sadar. Ken memilih mengawasi Mommy-nya, ia takut jika Mommy-nya tiba-tiba mati. Ia tak ingin itu terjadi, meski perlakuan Mommy-nya buruk, Ken pasti masih memiliki rasa iba dan kasih sayang pada Mommy-nya meski hanya sedikit.

Ken lelah, mungkin Mommy-nya tidak akan melakukan hal aneh, jadi Ken memutuskan kembali ke kamarnya saja. "Kali ini aku akan memaafkannya." Ujar Ken lalu beranjak pergi kembali ke kamarnya, sebelum Mommy-nya menyadari kehadirannya.

Tak lama, Zea tersadar. "Putraku? Bagaimana keadaan mereka?" Raut wajahnya terlihat khawatir.

"Aku harus melihatnya!" Zea keluar dari kamar, dengan sedikit tergesa-gesa ia membuka kamar kembar.

Dengan perlahan Zea membuka pintu. Kaki Zea berjalan mendekat. Terlihat kedua putranya tertidur di ranjang, tapi ada yang berbeda.

Zea terkejut kala melihat Kian yang di kompres. Apa ia terlalu kejam hingga membuat putranya kesakitan? Dada Zea kembali sesak. Zea mendekat ke sisi Kian, dengan mata yang berkaca-kaca.

Zea mengambil kaus yang diletakkan di dahi putra bungsunya. "Astaga... Demamnya tinggi."

Zea keluar kamar, ia segera mengambil baskom dan air. Tak lama ia kembali ke kamar kembar. Zea dengan telaten menyeka dan merawat Kian yang sakit.

Zea mengusap puncak kepala Kian. "Cepat sembuh Kian." Selang beberapa menit demam Kian sudah sedikit turun.

Zea mengambil kain kompres dan menggantinya, setelah selesai. Zea mengecup dahi putranya yang hangat. "Cepat sembuh bungsunya Mommy...."

"Cepatlah tumbuh... Dan perlihatkan padaku, bahwa kau tak membutuhkanku hiks.... Dan buatlah aku menderita seperti yang kulakukan." Zea mengelus rambut Kian.

Zea bergantian menatap Ken, Ken yang sangat mirip dengan Keanel dari segala sisi. Zea mengusap puncak kepala Ken. "Kau sangat tampan sepertinya, semoga hidupmu lebih baik darinya hingga kau tidak perlu menderita karena istrimu yang gila."

Zea mengecup satu persatu dahi putranya. "Cepatlah tumbuh dewasa... Agar... kalian bisa membalas Mommy-mu ini."

Tak lama suara pintu tertutup. Ken membuka matanya dan menatap sekeliling. Sepi, Mommy-nya sudah keluar. Ken mengecek demam Kian yang sudah turun. Ken merasa lega, akhirnya adiknya bisa cepat pulih.

Ken menatap pintu yang tertutup, kenapa ia harus mendengar hal semacam ini? Ya.. Ken tidak bisa tidur sedari tadi karena memikirkan Mommy-nya.

Dan setelah hari itu. Setiap malamnya Ken selalu terbangun kala Mommy-nya datang dan mengatakan hal yang sama di setiap harinya. Tapi pada pagi hari Mommy-nya seolah melupakan kejadian yang dilakukannya setiap malam, dan hanya menatap mereka penuh kebencian.

Meski begitu, tidakkan Mommy-nya setiap malam membuat perasaan Ken yang awalnya sangat dendam perlahan-lahan luluh. Ia akan mengawasi tidakkan Mommy-nya, ia tau Mommy pasti memiliki alasan dan masalah yang rumit.

Ken harus mencoba mencari tau. Ya Ken harus mencari tau, apa yang sebenarnya terjadi.

Flashback off

"Kau sangat gila Ken!" Seru Kian.

Ken tertawa. "Tenang saja, itu semua tidak terjadi."

Kian geleng-geleng. "Tidak pernah terlintas di pikiranku untuk melakukan hal itu Ken... Kau benar-benar gila!"

"Abang!" Ralat Ken. "Kau selalu meninggalkan kata itu."

"Baiklah.... Satu-satunya kembarku sekaligus Abangku ini benar-benar gila!"

"Sudahlah Itu hanya keinginanku dulu. Dan sekarang, aku memiliki keinginan lain."

"Apa itu?" Tanya Kian.

"Hanya keinginan kecil... Dan aku sedang menyusunnya." Ken memperlihatkan senyum menawannya pada Kian.

Kian bingung, kenapa kembarnya ini sangat rumit? Dan apa yang sedang Ken rencanakan.

"Kau aneh! Sudahlah Ken... Aku hanya memperingatkanmu! Jangan sampai lengah dan termakan trik wanita iblis itu, aku yakin dia merencanakan banyak hal!"

Ken mengusap puncak kepala Kian. Sangat menggemaskan, ia merasa senang memiliki Kian, meskipun Kian selalu menjengkelkan dan membebaninya.

Tanpa Kian dan Ken sadari, Nazea sedari tadi menguping pembicaraan mereka berdua.

Zea tidak bisa berkata-kata. Se-benci itukah Kian sampai meragukan ketulusannya? Rasanya sakit, sesulit itukah menerimanya kembali?

Ya.. mau bagaimana lagi, kesalahan dulu patut mendapat balasannya meski itu sangat menyakitkan. Tapi Zea harus bisa bertahan, demi kerukunan dan menyatunya kembali keluarganya.

Zea yang awalnya berencana untuk membuat hidupnya menjadi bahagia dan mengubur kenangan lama, kini telah berubah.

Rencananya sekarang adalah ia ingin membuat mereka bahagia, karena kebahagiaan mereka, Zea juga akan bahagia. Itu tujuannya, meskipun ia harus sampai mengorbankan nyawanya sebagai bayaran.

Zea menghela nafas, ia tidak ingin mencari tau lebih banyak. Lebih baik ia tidak tau, dari pada ia tau dan berpura-pura bodoh. Ya, mungkin itu lebih baik.

Zea pergi meninggalkan kamar kedua putranya, ia harap... Kedua anak kembarnya itu bisa bahagia, cepat dewasa dan selalu sehat!

∆∆∆∆

Sudah 1 minggu Zea pindah ke kediaman mereka. Dan selama itu, hubungan Zea dan anak-anaknya sudah memiliki kemajuan, meski Kian tetap bersikap acuh, gengsi dan jual mahal. Tidak masalah, karena sekarang Kian mau memanggilnya Mom, meski Kian tidak menyukainya.

Dan selama itu pula, kediaman keluarga Keanel berubah bak tempat syuting, yang dimana memunculkan berbagai macam banyak drama, yang dilakukan Zea dan Kian.

El memperhatikan setiap gerak gerik yang Nazea lakukan. Mulai dari membantu para pelayan bersih-bersih, membatu anak-anak bersiap-siap, meski sedikit drama dari Kian. Hingga kini Nazea tengah mengajak Keyjen main di taman belakang.

El menyesap kopinya, hari ini El memilih tidak bekerja, ia ingin bersantai dan memperhatikan istrinya di rumah. Zea sempat memaksanya untuk bekerja tapi saat El mengatakan bahwa ia Bos, ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Jadi hanya karena alasan itu Zea kalah, bukan! Bukan kalah, tapi memilih mengalah.

"Cantik." Guma El, yang melihat Nazea yang sekarang. Zea lebih terlihat santai dan banyak menunjukan senyumnya, tidak sepeti dulu.

Dulu, Nazea lebih terlihat formal, mulai dari pakaian, Makeup, hingga gaya hidup. Dan kini, Zea terlihat lebih hidup.

Zea menatap tajam Keanel yang menatapnya dengan aneh, awalnya Zea sempat salting, namun karena terus-terusan di perhatikan membuat Zea risih. "Apa yang kau lihat!" Zea mode jutek on.

El tersadar. "Ya?"

"Ck!" Zea memutar bola matanya malas. "Key...." Panggil Zea yang melihat bayinya berlari mengejar bola yang menggelinding karena tendangannya sendiri.

"Ya Mom?" Baby Je berhenti.

Zea melambaikan tangannya menyuruh mendekat, dan Baby Je bergegas mendekat, mengabaikan bolanya.

Zea menggendong Baby Je. "Kita bobok siang ya...." Ajak Zea. Baby Je menurut saja, yang penting ia bersama Mommy-nya saja itu sudah cukup.

Zea sempat berhenti di sebelah El. "Kau!"

"Ya?"

"Bersihkan seluruh mainan Key." Setelah mengatakan itu pada El, Zea pergi dari taman belakang.

Keanel menatap taman, dan mainan Je berceceran dimana-mana. El memijat pelipisnya. "Kenapa tidak menyuruh pelayan saja."

.
.
.
.

To Be Continue

Jangan lupa Votenya 🔥

Continue Reading

You'll Also Like

190K 7.9K 22
Aksa menikahi Naila hanya untuk menyiksa batin wanita itu dan sudah hampir tiga tahun pernikahan Aksa belum juga membuka hati untuk Naila. Hingga sua...
152K 8.5K 52
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...
32.3K 708 26
"Jangan bermimpi Ran, aku tidak akan menikahimu," kata Guren yang malam ini dijebak oleh Ran untuk bermalam dengannya. Ran adalah gadis ceria, namun...
4.7K 447 14
Xabiru tidak tahu apa itu definisi seorang papa. Siapa yang harus dia panggil papa? Atau dimana papanya berada. Itulah pertanyaan yang selalu bersara...