ASSALAMUALAIKUM!!
KANGEN NGGAKKKK?!
Ih, terakhir update tahun lalu, ya?
Aku bawa info, nih.
Siapkan tabungannya, ya!!!!
RAKYAT ZAZA HARUS PELUK NOVELNYA🤭
Walau dunia literasi wattpad sedang tidak baik-baik saja, ZINNIA tetap nekat terbit
FOLLOW INSTAGRAM @wp.12kentang dan @id.skuad BIAR NGGAK KETINGGALAN INFO PERKEMBANGAN NOVEL ZINNIA
Bantu ramaikan projectku yang satu ini ya pren😩😭
Oke, baiklah
❌HAPPY READING ❌
“Saat bangsa lain sudah berpikir bahan bacaan apa yang penting untuk membangun karakter bangsanya, kita masih sibuk berkampanye agar rakyat kita mau membaca.”
____________________________________
"Abah kamu bisa baca pikiran, itu berarti waktu itu ...."
"Berarti?" tanya Zaina penasaran.
"ARRRGGGH, ZAINA ALAYYA! AKU MALU!"
Zaina terkesiap dengan reaksi Zayden yang tidak biasa.
"Ada apa, Kak?"
"Ay, kamu tau nggak waktu kita sebelum menikah?"
Zaina menggeleng. "Mana aku tau, Kak Zayden," jawabnya.
Zayden sedikit terkekeh. "Iya juga, ya. Em ...."
Zaina masih menunggu ucapan Zayden selanjutnya. Suaminya itu tampak malu untuk mengatakannya.
"Kak Zayden Abdijaya, aku istri kamu, kan?" tanya Zaina.
"Pertanyaan macam apa itu," jawab Zayden seraya mencubit pipi Zaina. "Jelas sejelas-jelasnya kamu itu istri saya, Nyonya Abdijaya," lanjut Zayden.
"Kenapa malu sama istrinya? Tanya aja, Kak," desak Zaina.
Zayden mengangguk. "Oke, fine. Aku kasih tau, deh, demi istri ...."
Zaina akhirnya tersenyum.
"Jadi, waktu sebelum menikah. Almarhum Abah yang meminta aku untuk nikahin kamu, kan? Nah...."
"Nah?"
"Nah," lanjut Zayden kemudian tertawa.
"Nah?" Zaina sungguh tidak sabar menunggu cerita Zayden yang bertele-tele.
"Nah ...."
"Ih, Kak Zayden! Kalo kamu nulis cerita pasti kamu diprotes pembacanya karena menceritakannya terlalu bertele-tele dan tidak jelas," kesal Zaina.
"Iya, deh, iya, Bu Penulis," balas Zayden.
"Nah, waktu itu aku nolak menikah, ya, karena waktu itu baru aja lulus wisuda. Belum siap banget pokoknya. Kemudian Abah kamu kayak mohon banget, aku nggak tega nolaknya. Terus Abah ceritain sedikit tentang kamu, aku penasaran, Ay, tapi nggak tega nanya banyak. Apalagi Abah sampai bilang kalo kamu adalah gadis yang merasa ternodai ...."
"Di situ aku penasaran banget. Mau nanya yang lebih jauh, tapi sadar diri aku belum siapa-siapa kamu. Nah, di situ aku mikir, kayaknya aku harus terima aja pernikahannya."
Alis Zaina bertaut. "Kenapa Kak Zayden mikir gitu, padahal Abah bilang aku sudah ternodai. Masa Kak Zayden mau aja sama perempuan yang pasti kakak pikir waktu itu sudah tidak perawan lagi?"
"Karena prinsip aku waktu itu, aku nggak takut nikah walaupun belum saling mencintai. Karena hakikatnya pernikahan yang aku tau itu bukan tentang percintaan aja, tapi banyak hal-hal lain, terutama tujuan."
"Masalah perawan atau nggaknya itu, demi Allah, Ay. Aku nggak pernah sedikitpun mempermasalahkan itu. Aku tau kamu backgroundnya adalah putri Kyai, apalagi seperti Kyai Fathar. Aku yakin ada sesuatu kesalahan, nggak mungkin kamu ...." Zayden tidak lagi melanjutkan ucapannya.
"Yang jelas waktu itu aku melamun satu hal yang buat Abah kamu tertawa. Aku nggak ngeh kalo beliau bisa baca pikiran aku ...." Zayden tidak bisa menahan kekehannya. Zaina semakin penasaran.
"Apa, Kak?"
"Aku mikir ....
"Ya udahlah terima aja. Banyak juga untungnya kalo gue terima tawaran pernikahan ini. Gue nggak perlu capek-capek cari istri, malah bagus dong ini istrinya yang datang sendiri. Kalo gue cari istri sendiri entah kapan ketemunya. Keburu Elvano jadi kakek-kakek."
Kyai Fathar diam-diam tersenyum melihat calon menantunya yang melamun.
"Keren juga gue, baru wisuda dapat gelar banyak sekaligus," lanjut Zayden membatin.
"Sarjana, suami, menantu, terus apalagi, ya? Gus? Iya, otomatis gue jadi Gus dong?"
Kyai Fathar tidak lagi bisa menahan tawanya. Zayden bingung melihat calon mertuanya itu.
"Jadi bagaimana, Zayden? Apa kamu terima?"
"Berarti kamu langsung terima, Kak?"
Zayden menggeleng. "Aku nanya lagi, apa abah kamu beneran yakin melepas putri kesayangannya ini ke aku?" jawab Zayden sembari mencubit hidung bengir sang istri.
***
"Kak Zayden mau bawa aku ke mana?" Zaina bertanya sambil melihat ke arah jalan yang mereka lewati.
"Cari udara segar," jawab Zayden dan menoleh sekilas ke arah Zaina.
Zaina tidak lagi bertanya ia hanya pasrah dibawa ke manapun oleh suaminya.
Keesokan hari setelah di mana Eki menyerang Zaina dengan kata-kata yang tidak mengenakkan lagi di rumah Elvano, Zayden berniat membawa Zaina jalan-jalan untuk menyegarkan pikiran istrinya tersebut di hari ini.
Sampainya di pusat perbelanjaan, Zayden membawa Zaina masuk ke dalam tempat keramaian itu.
"Ay, kamu maunya ke mana?" tanya Zayden.
"Aku ikut kamu aja, Kak. Bawa aku ke manapun yang kamu mau," jawab Zaina, kemudian terkekeh.
"Suatu saat aku bawa kamu ke surga, ya," balas Zayden.
"Aamiiin ya Allah, semoga kita ke Jannah-nya, ya, Kak," ucap Zaina dan diaminkan balik oleh Zayden.
"Sekarang kamu yang atur, kita mau ke mana? Kamu mau apa? Aku bakal ngikutin semua apa yang kamu mau," ucap Zayden.
Zaina menggeleng. Perempuan itu menggandeng tangan Zayden, kemudian lanjut berjalan tanpa arah yang mereka tuju.
Di dalam perjalanan di tengah keramaian mereka asik berbincang tanpa memperdulikan orang-orang di sekitar mereka. Definisi dunia milik berdua dan yang lain ngekost.
"Kamu bilang ke aku, Ay. Suruh beli apa gitu? Minta apapun yang kamu mau," kata Zayden lagi.
Lagi dan lagi juga Zaina menggeleng.
"Nggak boleh seorang istri buat suaminya malu, Kak," ucap Zaina.
"Tapi aku nggak malu, masa gitu aja malu? Kan wajar biasanya istri atau ceweknya minta ini itu ke cowok apalagi suaminya," jawab Zayden.
"Nggak sedikit seorang istri yang didorong oleh hal-hal yang membuat suaminya malu. Termasuk nyuruh-nyuruh suaminya, marah-marah di depan umum, ngatur-ngatur untuk melakukan ini itu, larang ini itu, seolah-olah dia yang memimpin rumah tangga. Secara nggak langsung itu udah bikin hancur harkat dan martabat kamu sebagai suami."
"Tapi, Ay, ini hal sepele. Nggak sampai bikin malu kok. Udah biasa istri nyuruh-nyuruh suaminya ini itu, harkat dan martabat aku nggak akan hancur karena menuruti kemauan kamu. Malahan seorang suami bakal merasa berguna dan dibutuhkan oleh istrinya," balas Zayden.
"Tanpa seorang istri minta pun seorang suami udah jelas dibutuhin istrinya. Karena itu hak dia dan nggak perlu diperjelas lagi. Seorang suami juga harus sadar diri dengan tanggung jawabnya. Andai setiap rumah tangga antar suami istri punya kesadaran yang kuat antara hak dan kewajiban mereka masing-masing, pasti kesalahan dan perselisihan antar hubungan bakal berkurang," kata Zaina.
"Islam sangat mengutuk istri yang sedemikian, Kak. Apalagi sikap yang bertentangan dengan prinsip pernikahan dalam Islam. Istri harus patuh terhadap suami. menyayangi, menghormati, menyenangkan, dan menghargai suami. Islam menegaskan seorang istri untuk menjaga marwah seorang suami di depan orang lain. Masih banyak lagi," lanjut Zaina.
Zayden menoleh ke arah sang istri. Ia masih tidak setuju dengan hal itu.
"Ay, tapi ini sepele dan hal yang udah biasa di setiap pasangan," bantah Zayden lagi.
"Itu lah, Kak Zayden, zaman sekarang banyak yang menyepelekan hal-hal kecil. Dan membiasakan sesuatu hal sepele yang akibatnya bakal menjadi hal yang buruk," balas Zaina.
"Kalo ini perintah suami kamu, apa kamu mau membantah?"
Zaina menggeleng cepat. "Kamu mau aku apa, Kak Zayden?" tanya Zaina tersenyum manis ke arah Zayden. Segera laki-laki itu bungkam mulutnya dengan telapak tangan.
"Dilarang senyum cantik di depan umum. Yang punya senyuman nggak ikhlas, Cantik," bisik Zayden menunduk.
"Yang punya senyum kan aku?" Zaina berkata setelah Zayden menjauhkan tangannya.
"Nggak, senyum itu udah jadi milik aku," protes Zayden.
Zaina tidak tahan untuk tidak tersenyum. Ia segera membekap mulutnya sendiri.
"Biar yang punya senyum nggak marah," balasnya berbisik dan sedikit menjijit.
Zayden tertawa kecil mendengarnya. Sebagian orang yang mereka lewati sampai melihat ke arah mereka.
"Makan, yuk?" ajak Zayden.
Zaina mengangguk antusias. "Kebetulan udah lapar," jawab Zaina. Kita belum makan siang, habis Dzuhur kamu langsung ajak aku pergi," balas Zaina.
Zayden segera membawa Zaina ke salah satu restoran cepat saji.
Ketika menunggu pesanan mereka datang, Zaina berpikir untuk menanyakan sesuatu kepada Zayden. Pertanyaan random hanya untuk memancing obrolan di antara mereka. Kebetulan mereka satu hobi dan sesama pecinta literasi.
"Kak Zayden tipe pembaca yang gimana? Baca sebuah buku cerita, artikel, atau apapun itu dengan mengambil kesimpulannya doang atau baca keseluruhan?"
Zayden nampak berpikir.
"Um, baca keseluruhan," jawab Zayden.
"Kenapa baca keseluruhan? Kadang-kadang ada tipe pembaca yang cuma baca kesimpulannya doang," tanya Zaina.
"Gini, Ay ... aku berusaha untuk menghindari jump to conclusion."
"Kenapa?" Lagi-lagi Zaina bertanya.
"Hm, karena sikap kebiasaan membaca yang melompat langsung ke kesimpulan ini yang buat aku nggak betah lama-lama baca buku. Tipe pembaca yang begini bakal ngerasa cukup mengetahui inti sebuah tulisan, tanpa mengikuti uraian sang penulis yang sangatlah penting. Kalo cuma tau kesimpulannya, aku nggak akan tau bagaimana kesimpulan itu dibuat. Dampaknya cukup buruk kalo itu terjadi ...."
"Kalo seandainya penulis keliru waktu nulis, aku bakal ikut keliru dalam menyimpulkan tulisan itu sendiri. Andai aku ikuti uraian dari awal, kemungkinan bisa mengingatkan penulisnya."
"Kak Zayden keren. Mulai suka baca udah dari kapan, Kak?"
Zayden terkekeh. Ia mendadak seperti diwawancarai oleh seorang wanita cantik sedunia.
Dunianya.
"Dari SD aku memang udah suka baca."
Zaina manggut-manggut.
"Kamu sendiri suka nulis kapan?"
"Um ... MTS. Suka nulis diary," jawab Zaina terkekeh.
"Nulis di wattpad kapan?" Setelah bertanya itu Zayden tertawa.
"Ih, kenapa ketawaaa?"
"Keingat aja sama cerita yang kamu buat," jawab Zayden.
"Jangan ketawa, Kak, aku malu. Jelek banget, ya, ceritanya?"
Zayden menggeleng. "Ceritanya bagus. banget malah ...."
"Karena itu cerita kita," lanjut Zayden.
"Terus kenapa Kak Zayden ketawa? Kisah hidup kita lucu banget, ya, Kak?" Zaina mencebikkan bibirnya.
"Lucunya istri Zayden ini."
"Kak Zayden maluuuu," bisik Zaina ketika Zayden mencubit pipinya.
"Aku ketawa karena ingat aja, betapa kesalnya aku sama tokoh cowok di dalam cerita kamu. Eh, ternyata tokoh itu aku sendiri."
"Ekhem, permisi ...."
Zayden dan Zaina menoleh. Rasa tidak enak langsung menghampiri mereka setelah melihat perempuan yang entah sejak kapan berdiri di samping meja mereka.
©©©
Hari ke-8 setelah kepergian Azkia Anindira. Kehidupan kembali normal. Namun, antara Eki dan Zaina memang tidak bisa seperti dulu. Mereka layaknya orang asing, Zaina sudah berusaha meminta maaf, tapi Eki tidak memberikan reaksi apapun. Zayden kerap marah pada sahabatnya itu, harusnya Eki yang meminta maaf, tapi lagi-lagi Eki bungkam.
Kali ini Zaina sedang memasak untuk Zayden. Tidak lama lagi Zayden pulang dari kantor. Hari ini Zayden pulang cepat, laki-laki itu sendiri yang mengabarinya lewat telepon tadinya.
Setelah selesai menyajikan masakannya, Zaina segera mandi dan menyiapkan diri untuk menyambut sang suami.
Ia berhias hanya untuk Zayden. Wanita itu sudah sangat cantik dengan pakaian yang ia kenakan. Senyumnya tak luntur memandang pantulan wajahnya di cermin.
Matanya beralih melihat jam di dinding kamar. Hampir dua satu jam ia menunggu, tapi Zayden tak kunjung sampai. Seharusnya laki-laki itu sudah sampai sejak tadi.
"Kak Zayden kok belum sampai juga, ya?"
Zaina berharap cemas. Ia takut terjadi hal buruk yang tidak diinginkan pada suaminya, walau begitu ia harus tetap berpikir positif.
"Ya Allah, perasaan aku nggak enak. Di mana suamiku? Apa dia baik-baik aja?"
Tak sengaja Zaina menyenggol sebuah foto dirinya dan juga Zayden yang mereka cetak beberapa minggu yang lalu, kini foto itu terjatuh darii atas nakas.
Pyarr
"Astaghfirullah innalilahi!"
.
.
.
.
lanjut besok lagi🙃
terima kasih untuk yang masih setia menunggu cerita ini. Tenang aja, walau mau terbit, ceritanya bakal tetap lanjut sampai ending. Jadi semangat kita! aku semangat nulis, kalian semangat vote komen
cuma mau bilang, baca komentar kalian itu ibarat energi semangat buat aku❤️
Yok target seperti biasa, harus melewati 1k vote komen dulu biar bisa update
sebutkan tokoh favorit kalian di cerita ini?
tokoh yang nggak disukai?
spam next
spam zaza
spam Zayden
spam huruf z
spam ending yang kalian harapkan di sini
minta emot green love nyaaa'💚' spam yg banyak
SAMPAI JUMPA LAGI YAAAAA