Janji Sakral Ziya

By maulida_2113

548K 21.2K 2.5K

Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena ken... More

Prolog
1. Hukuman
2. Perjodohan
3. Permintaan Maaf
4. Perlombaan
5. Pertemuan
6. Sakit
7. Keraguan
9. Lamaran
10. Pernikahan
11. Resepsi
12. Cemburu
13. Pulang
14. mertua dan menantu
15. Perhiasan Dunia
16. Hari Pertama
17. Vampir
18. Ibu Kandung vs Ibu Sambung
19. Di Bentak
20. Bidadarinya Gus Zidan
21. Bucin
22. Mimpi Buruk
23. Perginya Cinta Pertama
24. Mengulang Masa-Masa Dulu
25. Anak Geng Motor
26. Kecoa
27. Poligami
28. Pernikahan
29. Berubah
30. Masalah
31. Berbaikan
32. Di Hukum
33. Bahan Omongan
34. Zalim
35. Konflik
36. Hasil?
37. Berpisah
38. Hilang
39. Menutup Mata
40. Sebuah Mimpi Belaka
41. Tausiyah
42. Hadiah
43. USG
44. Sunset
45. Berzina
46. Cambuk
47. Pergi?
48. Aqiqah

8. Pemakaman

9.9K 380 15
By maulida_2113

••• Bismillahirrahmanirrahim •••

Selamat membaca.

••|||••

*****

Di tempat pemakaman Adzkiya ditemani sang kakak karena Abinya tidak bisa mengantarkannya dikarenakan ada urusan.

"Bang"

"Kenapa hmm"

"Ummi sayang ngga sama Kiya"

"Kok nanyanya gitu"

"Cuman nanya aja bang"

"Gini ya dek ummi itu sayang banget sama kita semua termasuk kamu" dengan satu tangan mengelus kepala Adzkiya dengan lembut.

"Apa itu benar ummi, ummi sayang sama Kiya tapi kenapa ummi ninggalin Kiya padahal sekalipun Kiya gak pernah ngerasain pelukan dari ummi, Kiya kangen ummi Kiya rindu sama ummi, kenapa dulu ummi ngga bawa Kiya"

"Dek gak boleh ngomong gitu Abang gak suka" tegur Gus Abizar.

"Sudah ya gak boleh nangis gak baik berlarut-larut dalam kesedihan, Ummi udah tenang di sana, kita disini cukup doakan ummi terus ya dek sekarang kita berdoa untuk ummi"

"Maaf bang"

"Iya bang, Kiya akan selalu doakan ummi sampai kapanpun"

Gus Abizar memimpin doa diikuti Adzkiya.

"Ummi Kiya sama Abang pulang dulu ya nanti kapan-kapan Kiya kesini lagi temui ummi" dengan mengecup nisan sang ummi.

Adzkiya dan Gus Abizar berjalan beriringan menuju mobil mereka yang terparkir di depan TPU.

"Mau pulang sekarang dek"

Adzkiya menengok kesamping dimana Gus Abizar duduk di kursi pengemudi "Iya bang pulang aja"

Sejak keluar dari tempat pemakaman, Adzkiya terlihat murung, dan disadari Gus Abizar. Dia tidak tega melihat adek perempuannya bersedih.

Gus Abizar tidak langsung pulang dia membawa sang adek ke suatu tempat. Gus Abizar memarkirkan mobilnya tepat di depan sebuah restoran.

"Lho kenapa kita kesini bang katanya pulang" Setelah sadar mobil mereka berhenti tepat didepan restoran bukan pesantren.

"Turun dulu, kita makan"

Adzkiya menurut saja,dia turun dan berjalan disamping Abangnya mereka duduk dimeja paling ujung.

"Selamat datang dan ini menunya" ucap seorang pelayan restoran.

"Terima kasih nanti 5 menit saya panggil lagi"

Pelayan itu pergi dari hadapan mereka.

"Mau makan apa dek?" tanya Gus Abizar.

"E-emm boleh gak kalo es krim" tanyanya takut-takut.

"Yang lain aja ya dek"

"Kalo gitu gak perlu nanya bang" Adzkiya memanyunkan bibirnya.

"Yaudah iya iya boleh kok"

"Beneran nih bang boleh"

"Iya boleh tapi kali ini aja"

"Ngga papa deh tapi makasih ya bang."

"Iya, mau rasa apa?"

"Coklat"

"Terus makanannya apa?" anya Gus Abizar lagi.

"Terserah Abang aja yang penting jangan ada sosisnya"

Gus Abhizar melambaikan tangannya pada pelayan laki-laki.

"Iya mas mau mesan apa"

"Saya mesan es krim rasa coklat 1, air mineralnya 2 dan Nasi Goreng spesialnya 2 tanpa sosis"

"Baik ditunggu pesanannya mas mbak" pelayan itupun pergi.

"Bang" panggil Adzkiya.

"Kenapa"

"Kiya gak bawa uang, Kiya pinjem uang Abang dulu ya buat bayar nanti.

Gus Abizar mengernyitkan keningnya "Ngapain pinjem sih, biar Abang yang bayarin kamu gak perlu mikirin itu"

"Ngga lah bang, ngga enak Kiya sama Mbak Zahna itu kan hak mbak Zahna"

"Kan ini Abang yang ajak kamu makan berarti Abang yang bayarin kamu gak perlu gak enak sama mbak mu itu dia pasti gak papa kok, kamu kan adek Abang"

"Yaudah deh makasih ya bang"

"Iya sama-sama"

"Bang" panggil Adzkiya lagi.

"Kenapa lagi sih dek?"

"Hmm, Kiya boleh gak pinjem ponsel Abang, bentar aja"

"Buat apa emangnya, kamu gak di bolehin Abi lho pake handphone"

"Sebentar doang kok bang"

Gus Abizar pasrah dan menyerahkannya "Yaudah nih bentar aja ya"

"Iya bang"

Adzkiya sibuk mencari sesuatu di handphone abangnya, entah apa yang dicari oleh gadis itu.

Beberapa menit makanan yang mereka pesan telah datang.

"Silahkan"

"Terima kasih" ucap Gus Abizar.

"Dek makan dulu"

"Ah iya bang nih"

Adzkiya memberikan handphonenya kembali pada Gus Abizar "Makasih"

"Hmm"

Fokus Adzkiya beralih pada hidangan di depannya yang sangat mengiurkan. Wajah gadis itu langsung berbinar saat melihat es krim kesukaannya, dia mulai menyantap es krim tersebut.

"Wahh, enak banget bang"

"Ssttt, makan aja jangan ngomong"

"Oke bang"

Ditengah-tengah menyantap hidangan ada seorang datang menghampiri keduanya.

"Assalamualaikum Gus"

"Waalaikumussalam mail, gimana kabarnya"

"Alhamdulillah baik baik, ente sendiri Gus gimana"

"Alhamdulillah saya juga baik"

"Duduk duduk mail"

Namanya Ismail dia teman dari Gus Abizar saat menempuh pendidikan di pesantren yang sama.

"Dia siapa Gus, istrinya ya Gus" Mail bertanya tentang perempuan yang berada disamping Gus Abizar.

"Bukan, dia adek saya"

'Oh adeknya cakep juga' batin Ismail.

"Dek" panggil Gus Abizar.

"Kenapa bang" tanya Adzkiya dia belum menyadari ada seseorang selain mereka berdua, karena keasikan memakan es krimnya.

"Kenalin ini teman Abang, namanya Ismail"

Adzkiya menatap kedepannya, setelah di ketahui itu adalah seorang laki-laki ia langsung menundukkan pandangannya.

"Kiya bang"

"Kok Abang? panggil Ismail aja biar akrab"

"Maaf bang, Abang kan temannya Abang aku jadi aku harus manggil dengan sebutan Abang juga biar sopan" masih dengan wajah menunduk.

"Bener yang di bilang sama adek saya, kamu jangan coba-coba rayu adek ku ini ya"

"Santai Gus, saya cuman bercanda"

"Maaf Kiya permisi mau ke toilet"

"Iya jangan lama-lama ya" Adzkiya hanya mengangguk.

"Gus adeknya cakep, bisalah buat saya Gus saya belum punya pasangan nih"

"Gak ada, adek saya sudah ada calon" jawab spontan Gus Abizar.

"Yah sudah patah hati aja sebelum berjuang, tapi siapa calon nya?"

Gus Abizar terkekeh mendengar penuturan temannya "Adalah kepo banget kaya cewe"

"Haduh Gus, Gus"

Gus Abizar dan Ismail sedang asik mengobrol. Beberapa menit Adzkiya datang dan langsung duduk di samping kakaknya.

"Bang, pulang yuk udah mau Zuhur lho nanti Abi cariin kita kalo kelamaan"

"Sekarang"

"Ngga bang, besok iya sekarang lah bang" kesal Adzkiya.

"Iya iya gak usah ngambek" dengan mencolek hidung Adzkiya, Gus Abizar senang menjahili adeknya.

"Mail kita berdua pulang dulu ya soalnya udah mau waktu Zuhur gak enak sama Abi terlalu lama bawa dia keluar, nanti kita ngumpul ngumpul kalo ada waktu, Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

*****

Telah sampai di Ndalem...

"Assalamualaikum" ucap keduanya memasuki ndalem.

"Waalaikumussalam"

"Kemana aja baru pulang, bilangnya cuman izin ke makam kok baru balik" interogasi Abi Hasan.

"Hehehe iya nih Bi, Abang sih ajakin Kiya makan jadi baru pulang deh" dengan wajah tanpa dosa sangat mengemaskan jika dilihat.

"Maaf ya Bi, Bizar lama bawa adek"

"Iya gak papa yang penting kalian udah pulang"

"Nak" panggil Abi Hasan pada putrinya.

"Iya kenapa Bi"

"Abi mau ngomong sama kamu"

"Ngomong aja Bi"

"Tapi nanti setelah selesai sholat Zuhur jadi kamu jangan kemana-mana ya"

"Sekarang aja Bi"

"Nanti Abi mau ke masjid dulu ayo Bizar, Kamu di rumah aja ya sholatnya"

"Iya Bi" jawab Adzkiya.

Setelah kepergian Abi dan sang kakak meninggalkan tanda tanya dipikiran Adzkiya.

"Abi mau ngomong apa ya kaya serius banget, entahlah mending aku siap-siap dulu mau sholat"

Diruang tamu keluarga Abi Hasan sudah berkumpul bahkan Gus Azriel dan istrinya juga ada. Istri dari Gus Abizar tidak bisa ikut karena Gabriella sedang rewel dirumah.

"Adeknya kemana Bi"

"Bentar lagi mungkin tunggu aja dulu"

Langkah kaki seseorang menuruni anak tangga, mengalihkan tatapan semuanya pada orang tersebut.

"Akhirnya turun juga kamu dek, lama banget sih ditungguin tuh sama Abi"

"Iya bang maaf, Kiya tadi lagi moruja'ah dulu baru turun"

"Yaudah, sini nak duduk samping Abi" Adzkiya mengangguk dan duduk disamping Abinya.

"Ada bang Zriel sama mbak putri juga ternyata" tanya Adzkiya saat baru menyadari kehadiran Abang keduanya dan istrinya.

"Iya dek, Abang disuruh Abi kesini"

"Kaya serius banget emang ada apa bi?"

Abi Hasan menatap putrinya dengan lekat.

"Nak, Abi kan gak pernah meminta apapun sama kamu, boleh Abi memintanya sekarang dari kamu"

"Minta apa Bi, tapi ya Bi kalo Abi minta uang dari Kiya, Kiya gak punya Bi punya sih tapi buat jajan nanti"

Aneh sekali bukan penuturan gadis satu ini, semuanya geleng-geleng kepala dengan tingkah Adzkiya yang random sekali.

"Bukan itu nak"

"Terus apa Bi rumah, apartemen, tanah Kiya belum punya itu semua Bi, Kiya aja masih ikut Abi tapi nanti kalo Kiya udah kerja, kiya akan berikan itu insyaallah" Nah kan makin ngawur ocehannya, ada-ada saja gadis satu ini.

"Dek bisa dengerin Abi selesai ngomong dulu gak sih nyerocos aja dari tadi" tegur Gus Abizar.

"Yaudah maaf ya Bi, soalnya Abi lama banget kasih taunya Kiya kan udah penasaran"

"Baiklah Abi minta maaf ya, dengerin Abi, Abi mau minta sama kamu untuk menerima perjodohan yang Abi buat dengan sahabat Abi ya nak" pinta Abi Hasan.

Jeduarrr...

Bak disambar petir di siang bolong, Adzkiya terkejut dengan permintaan sang Abi.

"M-maksud Abi apa" kini matanya mulai memanas.

"Begini nak, Abi sudah menjodohkan kamu dari kecil dengan putra sahabat Abi, apa kamu mau menerimanya, tapi Abi sangat mohon sama kamu untuk menerima perjodohan ini ya nak Abi akan sangat bahagia"

"Ngga Bi, Kiya ngga mau Kiya masih pengen sekolah, Kiya juga mau gapai cita-cita Kiya dulu dan membahagiakan Abi baru Kiya memikirkan soal itu dan Kiya juga masih muda untuk menikah Bi"

"Nak, kamu masih bisa sekolah, dan kamu juga masih bisa raih cita-cita kamu nak. Dia juga pasti tidak melarang kamu, nanti Abi yang ngomongnya, nak nikah muda tidak apa-apa kok, mau ya"

"Maaf Abi, Kiya ngga bisa permisi Kiya mau ke kamar" Adzkiya pergi meninggalkan ruang tamu.

"Dek, Abi belum selesai ngomongnya" teriak Gus Abizar.

"Sudahlah Bizar, biarin adek kamu sendiri dulu"

"Bi, Zriel izin ya temui adek"

"Jangan dipaksa ya Zriel"

"Iya Bi"

"Aku ke atas dulu ya" izin Gus Azriel pada istrinya.

Tok...

Tok...

Tok...

"Dek, Abang boleh masuk"

"Masuk aja bang ngga dikunci kok"

"Assalamualaikum" Gus Azriel berjalan menghampiri sang adek yang duduk bersila di atas kasur dan ikut mendudukkan dirinya dihadapan Adzkiya.

"Waalaikumussalam"

"Bang kalo mau ngomong soal tadi lebih baik Abang keluar aja Kiya ngga mau bahas soal itu lagi."

"Dek, dengerin Abang dulu ya bentar aja"

Adzkiya tidak bisa melawan dengan Gus Azriel karena kakak satunya itu sangat lembut ketika meminta sesuatu pada dirinya.

"Yaudah Kiya bakal dengerin tapi Kiya ngga mau dipaksa"

"Makasih ya dek"

"Dek, Abang tau ini mungkin terlalu cepat buat kamu tapi percayalah Abi hanya ingin yang terbaik buat kamu, Abi menjodohkan kamu dengan anak sahabat Abi karena Abi tau mereka dari keluarga yang baik-baik yang nantinya bakal menjaga kamu membimbing kamu"

"Tapi kenapa bang Abi baru ngomong sekarang kenapa ngga dari dulu, iya benar bang ini terlalu cepat buat Kiya rasanya Kiya sulit menerimanya bang, memikirkannya aja bikin aku sakit bang" ucapnya dengan banjir air mata.

"Abang ngerti dek, tapi Abang mohon terima ya, Abang bukannya memaksa kamu tapi Abang tau ini pilihan terbaik buat kamu dan Abang hanya ingin kamu bahagia"

"Bang Abi jodohkan Kiya karena Kiya nakal ya bang ngga pernah nurut keras kepala, iya kan bang Abi pasti sudah cape ngurus Kiya karena kelakuan Kiya, tapi nih ya bang Kiya akan berubah Kiya akan nurut ngga akan keras kepala lagi tapi Kiya mohon jangan jodohkan Kiya, Kiya ngga mau" Lirih Adzkiya dengan air mata membasahi pipi chubby gadis itu.

Gus Azriel tidak tega melihat adek nya yang sangat rapuh seperti ini, dia langsung membekap tubuh tersebut menyalurkan kekuatan. Adzkiya tidak berhenti menangis justru tangisnya makin kencang membuat Gus Azriel gelagapan apa yang harus ia lakukan.

"Keluarkan semuanya dek, Abang akan selalu meluk kamu sampai kamu benar-benar tenang"

Adzkiya makin mengencangkan pelukannya dan menangis sejadi-jadinya didalam dekapan sang kakak.

Adzkiya sudah mulai tengang terdengar hanya tersisa isakan.

"Bang"

"Hm"

"Kalo Kiya menerimanya Abi bakalan bahagia"

"Sangat bahagia, kamu mau menerimanya"

Adzkiya mengangguk pelan "Kiya menerima nya bang" dengan wajah menunduk.

'mungkin dengan ini Kiya bisa buat Abi bahagia, Kiya ikhlas' batin Adzkiya.

"Kamu menerimanya" Adzkiya kembali mengangguk.

"Makasih dek" dengan mengecup kening Adzkiya.

Adzkiya hanya diam tanpa berkata-kata lagi.

"Kalo gitu Abang keluar ya, mau kabari Abi kalo kamu setuju dengan perjodohan ini" Adzkiya mengangguk.

Adzkiya kembali menangis setelah kepergian Gus Azriel "Apa keputusan aku sudah benar, tapi kenapa rasanya begitu sakit ya Allah Kiya ngga kuat" dengan air mata terus mengalir tanpa henti.

Adzkiya tertidur dengan posisi meringkuk memeluk kedua lutut nya. Mungkin dia lelah karena terlalu banyak menangis hari ini.

Abi Hasan bahagia mendengar putrinya menerima perjodohan.

"Abi akan kabari keluarga Zidan dulu"

"Iya Bi" jawab mereka semua dengan rasa bahagia.

Drtt...

Drtt...

Drtt...

"Abi" panggil Gus Zidan.

"Kenapa nak"

"Handphone Abi tuh bunyi"

"Iya sebentar"

"Nih Bi " Menyerahkan benda persegi itu pada sang Abi.

"Iya waalaikumussalam" jawab salam Abi Zaid setelah terhubung.

"Hasan, ada apa telpon?"

"Saya hanya ingin memberikan kabar baik Zaid"

"Apa itu Hasan"

"Begini putri saya sudah menerima perjodohan ini"

"Benarkah, Alhamdulillah kalo putrimu sudah menerimanya saya sangat bahagia, akhirnya penantian kita selama ini tidak sia-sia"

"Iya Alhamdulillah, saya juga sangat bahagia"

"Baiklah kalo begitu saya dan putra saya besok akan datang untuk lamaran"

"Saya tunggu kehadiran kalian. Kalo gitu saya tutup telponnya ya Zaid"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

"Ummi, Zidan" panggil Abi Zaid sedikit berteriak karena bahagia.

"Ada apa Bi kok teriak-teriak" tanya ummi Zainab.

"Zidan mana mi"

"Zidan disini Bi" Gus Zidan baru datang

"Kenapa Bi?"

"Abi punya kabar bahagia buat kalian"

"Kabar apa Bi?"

"Gini mi tadi Abi dapat telpon dari kyai Hasan, beliau bilang putrinya menerima perjodohan ini"

"Benarkah itu Bi" Abi Zaid mengangguk

"Iya mi benar"

"Alhamdulillah"

Gus Zidan terdiam, dia tidak tau harus sedih atau bahagia mendengar semua ini, satu sisi dia senang melihat orang tuanya bahagia, tapi satu sisi hatinya terluka atas perjodohan ini.

"Zidan kenapa kamu murung, bukannya kamu harus bahagia mendengar perempuan itu menerima nya nak"

"Zidan bahagia kok mi" dengan senyum terpaksa nya, dia tidak ingin membuat ummi tersayangnya kecewa jika mengetahui putranya tidak bahagia akan perjodohan ini, tapi ia harus menerimanya.

"Benarkah itu, tapi ummi rasa kamu menyembunyikan sesuatu dari ummi"

"Tidak kok mi Zidan berkata jujur"

"Baiklah kalo kamu udah bilang begitu ummi percaya, ummi senang nak kamu bakalan jadi seorang suami, jadi suami yang baik ya nak, seperti Abi mu dia tidak pernah kasar sama ummi, ummi harap kamu juga begitu"

"Doakan dan restui Zidan ya mi, bisa menjadi seperti Abi"

"Doa dan restu ummi selalu sama kamu nak."

"Makasih ya mi" dengan memeluk sang ummi dengan erat.

"Kapan kita kesana untuk lamaran Bi"

"Lebih cepat lebih baik jadi besok kita kesana mi siapkan diri kamu Zidan" menepuk bahu Zidan.

"Iya Bi"

Pesantren Raudatul Al-Husaini...

Hari sudah menjelang Maghrib tetapi Adzkiya belum mau keluar dari kamarnya, mungkin dia masih memerlukan waktu untuk sendiri.
Adzkiya keluar kamar setelah waktu isya sudah berlalu.

"Nak, sarapan yuk sama Abi"

Adzkiya berjalan keruang makan Adzkiya duduk ditempat biasa.

"Mau lauk apa nak, Abi ambilkan"

"Biar Kiya aja Bi, Abi mau apa"

"Terserah kamu aja nak, Abi akan makan pilihan kamu"

Adzkiya mengambilkan semua lauk pauk yang tersaji ke piring sang Abi dan menyerahkannya.

"Makasih ya nak"

"Iya Bi"

Abi Hasan tersenyum bahagia, ternyata putrinya masih mau berbicara dengannya, dia pikir karena masalah tadi siang gak akan mau bicara. Ternyata dia salah buktinya putrinya mau berbicara dan mengambilkan makanan untuknya.

"Nak"

"Kenapa Bi"

"Kamu bahagia"

"Abi bahagia" tanya balik Adzkiya.

"Abi sangat bahagia, putri Abi mau menerimanya sungguh kebahagian luar biasa nak bagi Abi"

"Abi bahagia, Kiya akan jauh lebih bahagia jika Abi juga bahagia"

"Terima kasih ya nak, mungkin kamu menganggap Abi orang yang paling egois dalam hidup kamu, tapi percaya lah nak Abi melakukan semua ini untuk kamu, kamu akan ngerti nantinya"

Adzkiya membalas dengan senyuman dan setetes air matanya kembali turun seperti siang tadi.

"Jangan menangis nak, Abi gak tega liat kamu menangis" satu tangan menghapus air mata putrinya.

"Abi ngga perlu menghapus nya, ini air mata kebahagian Bi, jadi jangan dihapus ya Bi biarin aja dia turun Bi" Adzkiya kembali meneteskan nya dan ini lebih deras dari tadi.

"Sudah nak jangan menangis walau itu alasan dari tangis kebahagian, Abi tetap tidak suka liat kamu rapuh seperti ini" Abi Hasan mendekat dan membawa Adzkiya kedalam dekapannya. Didalam sana Adzkiya menangis sejadi-jadinya.

"Sudah nak jangan menangis lagi, sekarang kamu makan ya kamu belum makan dari siang"

"Bi, mata Kiya bengkak ya"

"Iya bengkak itu, karena kamu terus menangis"

"Pasti jelek ya Bi"

"Gak kok nak masih cantik nambah lucu lagi"

"Abi serius ih"

"Abi serius"

Wajah Kiya merah merona karena perkataan Abi Hasan.

Abi Hasan senang melihat putrinya kembali tersenyum dan banyak bertanya.

"Sekarang tidur udah malem, jangan lupa berwudhu dulu sebelum tidur"

"Bi, boleh ngga Kiya ke asrama malam ini"

"Udah malam nak, besok aja ya setelah sekolah"

"Yaudah deh, kiya beresin piring ini dulu baru tidur"

"Udah biarin Abi aja, kamu tidur aja sana"

"Ngga Bi biar Kiya aja ya"

"Baiklah, oh iya besok mereka datang untuk lamaran"

Adzkiya tercengang dengan perkataan Abinya, padahal iya tau maksud dari mereka itu siapa, tapi rasanya tetap sama selalu tidak siap mendengarnya.

"Kiya harus apa Bi"

"Kamu gak harus apa-apa, kamu kerjakan aja apa yang mau kamu kerjakan"

"Emang Kiya besok ngga ikut Bi"

"Gak nak, kamu tidak perlu ikut dalam pembahasan itu cukup Abi sama abang-abang kamu"

"Apa dia tidak ingin melihat Kiya, hanya sebentar gitu"

"Tidak nak"

"Kenapa Bi"

"Dia udah berjanji tidak akan pernah mau melihat calon istri nya sampai halal baginya. Dan kamu calon istrinya dia tidak akan melihat wajah kamu walau sebentar nak"

"Padahal biasanya laki-laki itu mau liat wajah dari calonnya dulu baru mau menikah, tetapi dia tidak"

"Emang kenapa kamu mau liat dia?" tanya Abi Hasan sedikit menggoda sang putri.

"Ngga Bi, Kiya juga tidak mau melihatnya Kiya percaya sama pilihan Abi"

"Yaudah kalo gitu Abi ke kamar duluan ya"

"Iya, assalamualaikum selamat malam Abi"

"Waalaikumussalam selamat malam juga putri Abi"

Bersambung.....

••|||••

Jangan lupa vote dan komennya ya...
Sampai jumpa di part selanjutnya.

Terima kasih.

Continue Reading

You'll Also Like

79.5K 3.2K 15
SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW ❗❗❗ WARNING ⚠️⚠️ BUKAN CERITA PLAGIAT DAN TIDAK ADA PLAGIATAN⚠️⚠️ ✿✿✿✿✿⁠ kisah tentang gadis pintar bernama zalsa, zalsa M...
1.4M 70.3K 74
FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! Cerita ini menceritakan tentang seorang gadis dan seorang Gus yang tidak sengaja bertabrakan sampai sang gus tidak sengaj...
240K 11.9K 27
"wallahi hiks a..aku gak s...suka hiks liat kamu s..sama dia!" bagaimana seorang gus yang terkenal dingin sedinginnya bisa terluluh oleh perempuan ya...
218K 24.2K 84
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...