Suddenly, I Became the Hero's...

By alunamoona

381K 56.5K 5.4K

"Became the Most Popular Hero is Hard" adalah judul novel yang saat ini digemari banyak pembaca karena memili... More

Prolog
1. Menjadi Ayah Protagonis
2. Anak Kucing Protagonis
3. Menunjukkan Kelemahan
4. Baru Kali Ini
5. Ilusi yang Manis
6. Perak Madu
7. Ayah Adalah Malaikat
8. Bisikan yang Membual
9. Ekor dan Taring Singa
10. Menarik Atensi Seseorang
11. Siapa yang Bersalah?
12. Kebenarannya
13. Buta Akan Kesalahan
14. Fakta yang Tidak Kutahu
15. Mahkota Bunga
16. Sumpah Tak Tertulis
17. Sepasang Manik Merah
18. Menuju Alam Baka
19. Masa Lalu Kelith I
20. Masa Lalu Kelith II
21. Cerita Tanpa Protagonis
22. Racun
23. Rahasia Dillian
24. Mengambil Hak Istimewa Protagonis
25. Sosok Itu
26. Roh
27. Harga Diri Claude
28. Lima Meter
29. Kontrak Roh
31. Ujian II
32. Kamu Tidak Sendirian
33. Kemampuan Baru Kelith
34. Pertukaran
35. Kesepakatan
36. Mimpi Dillian
37. Dillian vs Eden
38. Kala Putus Asa
39. Sang Penentang Takdir
40. Menjual Jiwa pada Iblis
41. Menyelamatkan Tetua Elf
42. Kekeraskepalaan Claude
43. Gelombang Monster
44. Bertemu Kembali
45. Kekacauan
46. Bala Bantuan
47. Ancaman
48. Duri Beracun
49. Ini Sudah Berakhir
50. Pion
51. Bertemu Dengan yang Asli
52. Upacara Penghargaan
53. Masalah Besar
54. Awal Kehidupan Roh
55. Percakapan Antarkeluarga
56. Tidak Percaya Diri
57. Reputasi Baru Iverion
58. Kecurigaan Kai
59. Kecelakaan
60. Permintaan Alioth
61. Berpihak
62. Tak Terduga
63. Cara Untuk Merenggut Kembali
64. Rencana Selanjutnya
65. Pilihan
66. Membela Putraku Itu No. 1!
67. Pintu Rahasia
68. Rumor
69. Rahasia Negara
70. Sore Sebelum Festival
71. Menikmati Festival ala Kelith
72. Pelaku Sebenarnya
73. Meyakinkan
74. Skandal
75. Count Lamieu
76. Kunjungan Lagi
77. Terhubung Kembali
78. Pendeta Agung
79. Kekuatan Suci
80. Bangsawan Berdarah Gelap

30. Ujian I

4.2K 649 60
By alunamoona

Trigger warning ⚠️ penindasan, ancaman, kekerasan, sedikit isu mental health, dan kata-kata kasar.

***

Saat kesiur angin ditiupkan pada kedua mataku, rasa kantuk yang mendalam langsung hinggap. Dan aku kehilangan orientasi tubuhku sendiri kala itu, seolah aku jatuh, ke dalam jurang tanpa ujung. Ke dalam sebuah ruang kosong hampa, membawa tubuhku melayang di sana, sedikit membuat mati rasa.

Dan saat aku kembali membuka mata. Aku langsung tahu aku berada di mana.

Ranjang tunggal dengan sprei monoton; putih. Langit-langit ruangan yang tidak lebih dari tiga meter, lampu LED putih sepuluh watt, dan furnitur serta perabotan yang kuno dari apartemen tua ini. Cahaya matahari pagi mulai masuk dari sela-sela gorden yang tak tertutup rapat, dan suara aktivitas pagi dari para penduduk ibu kota yang padat dimulai.

Jika ini bukan ujian dari kontrak roh, maka aku yakin bahwa menjalani kehidupan sebagai Kelith Archer selama tiga minggu terakhir adalah mimpi belaka. Bahwa aku terlalu lelap dalam bunga tidurku sehingga menciptakan kisah yang baru. Namun, aku tahu dengan jelas bahwa ini bukanlah mimpi.

"Dunia apa ini?"

Suara roh angin kini terdengar di mana-mana, sedikit bergaung sehingga aku merasa merinding.

"Apakah ini masa lalumu, manusia?"

Ya, ujian kontrak roh dimulai melewati ingatan manusia yang ingin membuat kontrak dengan roh. Roh tersebut akan mengintip ingatan manusia dan memilih salah satu memori acak yang paling menyedihkan untuk dijadikan sebagai ruang ujian. Kemudian, kisah masa lalu traumatik akan menjadi ujian inti. Selanjutnya, manusia yang berhasil menyelesaikan ujian akan mendapatkan roh untuk dikontrak sebagai hasil akhir. Sementara mereka yang gagal, akan mati karena tak bisa menuntaskan masa lalu traumatik mereka.

Dillian di dalam novel, memulai ujian ketika dia baru saja memasuki kediaman Archer sebagai putra angkat Kelith. Penderitaan Dillian terulang kembali. Masa lalu traumatiknya seolah tengah bermain-main dengan Dillian, kemudian anak itu berhasil menyelesaikan ujian dengan baik pada akhirnya. Akan tetapi, karena roh angin mengaitkan Dillian dengan masa lalunya, Dillian sedikit muak pada roh angin sehingga dia jarang mengandalkan roh angin sebagai senjatanya.

Sayang sekali, padahal roh angin itu kuat.

"Ini masa lalu saya, wahai roh angin yang agung." Aku melayangkan senyuman pada ruang kosong. Bentuk angin puyuh sang roh tidak ada, hanya suaranya saja yang bisa kudengar.

"Kau memiliki wajah dan rupa yang berbeda, dunia yang berbeda, dan benda-benda aneh di luar sana. Aku tidak pernah tahu bahwa ada dunia yang sangat aneh. Siapa kau sebenarnya, manusia?"

"Saya adalah Kelith Archer."

Jeda.

"Terserahmu, manusia. Aku akan menunggu sampai kau menyelesaikan ujian. Jika kau gagal, maka kau akan mati."

Setelahnya, suara roh angin lenyap.

Memang benar rupanya bahwa roh angin tidak dapat bersimpati. Bahkan dia tidak mengatakan "semoga berhasil" padaku seperti sistem-sistem lain di dalam novel fantasi pada tuannya sebelum mereka mulai berpetualang.

Aku menghela napas. Baiklah, kehidupan di dunia modern sebagai seorang pria pekerja kantoran dimulai.

***

Pakaian formal monoton seperti sebuah kemeja, jas biru gelap biasa, celana bahan, dan sepatu hitam adalah amunisi wajib untuk mengunjungi kantor. Sebelum menjadi Kelith Archer, aku bekerja di suatu perusahaan game yang telah menghasilkan ribuan streamer berpenghasilan tinggi. Perusahaan kini terlalu berfokus pada salah satu game yang menghasilkan income besar, yaitu permainan simulasi bertahan hidup di dunia yang hancur. Berkat game tersebut, nama perusahaan kami bisa dikenal luas dan menarik atensi dari para pemain baru.

Aku bekerja di departemen pemasaran. Seharusnya, itu adalah departemen normal yang banyak ditemukan di perusahaan yang lain. Namun tiba-tiba saja, kehidupan normalku harus melambaikan tangannya padaku karena aku mendapatkan atasan yang kurang baik.

Emosinya mudah meledak-ledak sehingga para karyawan mau tak mau harus memaklumi emosi atasan kami kalau tidak mau dipecat. Aku adalah salah satu orang yang bertahan di sana. Sebab, aku terpaksa bertahan karena menjadi tulang punggung keluargaku yang baru itu tidak mudah. Adikku harus sekolah, ibuku yang ditinggal cerai oleh ayahku harus kunafkahi. Oke, sekian gambaran kehidupan menyedihkanku, mari kita fokus pada ujian ini.

Setelah naik kereta dan turun di stasiun dekat dengan perusahaan tempatku bekerja, aku mendapati gedung dengan puluhan lantai itu berada di hadapanku setelah beberapa menit berjalan kaki.

Aku mengembuskan napas. Meski tahu bahwa ini tidak nyata, orang-orangnya, bangunannya, suaranya, lingkungannya, semuanya adalah ilusi yang diciptakan oleh roh angin. Maka, aku tidak perlu gugup atau merasa cemas. Aku hanya tinggal perlu melawan mereka semua, maka segalanya akan berakhir.

"Keith?"

Ketika aku bersiap untuk memasuki gedung, aku menolehkan kepalaku kala mendengar namaku dipanggil. Keith. Namaku, nama asliku, berstatus sebagai seorang pria pekerja kantoran berusia 27 tahun yang masih lajang.

Sementara orang yang memanggilku adalah seorang wanita cantik dari departemen keuangan. Kami kebetulan saling mengenal karena memasuki perusahaan di saat yang sama.

"Sonata?" Aku memaksakan senyumanku pada wanita itu. Berkat wajahnya yang ayu dan keterampilannya, Sonata kini dikenal sebagai wanita rendah hati di antara para karyawan perusahaan. Namun, Sonata di hadapanku adalah ilusi. Dia tidak nyata.

"Jarang sekali lihat kamu datang terlalu pagi," ujar Sonata, dia lalu berjalan memasuki gedung, diikuti olehku.

"Mungkin karena aku bangun lebih pagi dari biasanya," balasku.

Sonata tersenyum lebar. "Bagus, dong! Harus ditingkatkan lagi ya, supaya nggak dimarahin Pak Bos karena selalu datang pas jam masuk."

Saat tiba di hadapan lift, aku menekan tombol lift. Karena kami bekerja di departemen yang berbeda, ruang kerja kami juga berbeda lantai. Aku memiliki pekerjaan di lantai empat, sementara Sonata ada di lantai lima. Namun, tepat setelah pintu lift terbuka, rupanya ada yang baru saja turun dari lantai atas. Dan wajahku masam begitu aku mengenali wajah mereka.

"Wah, wah, siapa di sini?"

Orang yang berada di hadapanku saat ini adalah teman SMA-ku. Dia adalah pria yang seumuran denganku, tetapi memiliki mental bocah. Dia tidak akan pernah puas atas perihal apa pun jika ada kaitannya denganku. Misalnya, bukan tanpa alasan dia bekerja di perusahaan yang sama denganku, masuk di saat yang sama denganku, tetapi naik jabatan dengan cepat. Dia adalah orang-orang yang mengandalkan orang dalam untuk meraih apa yang diinginkan.

Padahal menurutku, orang ini sudah sangat kaya. Bahkan bekerja di perusahaan game seperti ini tidak diperlukan karena keluarganya memiliki bisnisnya sendiri. Namun, terdapat suatu alasan mengapa orang ini mengikutiku sampai ke lingkungan kerja begini.

"Keith sama Sonata, berangkat bareng?"

Sonata menggelengkan kepalanya. "Kami ketemu di depan."

Pria dewasa dengan mental bocah itu sendirian, tetapi seperti memiliki kepercayaan diri selangit seolah ada ribuan orang di belakang punggungnya, saat masanya dia tengah menggertakku. Bahkan saat dia bersama komplotannya, gertakannya semakin memanas.

"Oh." Kael, sebut saja nama pria itu, dia mengangguk disertai senyuman miring. "Aku pikir, kamu lagi cari sensasi sama Sonata. Terus ngerebut perempuan paling top di perusahaan ini dan dimonopoli. Sama kayak masa SMA, iya, 'kan?"

Aku memutar bola mata. Meski ini ilusi, rupanya mereka sangat mirip sampai aku muak sendiri. Kalau kenyataannya, aku tidak akan mungkin berani memutar bola mata di hadapan Kael, walau statusnya adalah teman masa SMA, tetapi teman di lingkungan kerja begini tidak layak disematkan pada kami berdua. Kami itu musuh.

Anggap saja bahwa aku tidak memiliki keberanian kepada Kael. Dia adalah seorang pria muda yang meski tidak terlalu berbakat, tetapi memiliki banyak relasi di dalam perusahaan ini. Bos kami yang galak saja akan tersenyum dengan lembut dan bicara secara halus pada Kael.

Sorot Kael jadi kurang bagus saat dia menangkap basah aku sedang memutar bola mata.

"Kael, bukannya kamu sudah keterlaluan? Semuanya itu masa lalu, kenapa juga kamu harus ungkit lagi setelah delapan tahun berlalu?"

Jika ini bukan ilusi, aku mana berani bicara pada Kael dengan nada seperti ini. Namun, ini ilusi, ini bukan kenyataannya. Hidupku saat ini bukanlah Keith, tetapi Kelith Archer di dunia novel.

Kael mendengus jengah. "Mungkin untukmu bisa dianggap sebagai masa yang sudah lalu, tapi kamu pikir aku bisa lupain dengan mudah?"

Masalah kami di masa lalu hanya seputar seorang gadis populer di SMA. Aku dan Kael satu kelas pada tahun ketiga aku bersekolah, makanya aku bisa tahu kalau Kael dan gadis itu jadi sepasang kekasih. Kael anggap saja dia sudah memasuki taraf bucin sampai tolol, sehingga dia mulai membuat kisah bualan yang entah nyata atau tidak, dengan kekasihnya terkait masa depan.

Akan tetapi, ada kejanggalan. Kekasihnya Kael, malah mendekatiku, katanya tertarik padaku karena aku tekun dalam belajar. Ini adalah pertanda buruk. Aku dan Kael adalah dua orang yang hidup dalam dunia yang berbeda. Makanya, sebisa mungkin aku tidak mau berhubungan dengan Kael. Namun sebalnya, malah si gadis ini yang mendekatiku dulu dan membuat masalah semakin runyam.

Perlu digarisbawahi, gadis itu duluan yang mendekatiku. Namun karena Kael yang sudah buta karena cinta, kelihatan seolah aku yang menggoda pacarnya, padahal bukan.

Saat itu, dimulailah kehidupan SMA bagaikan neraka. Kael dan para anteknya selalu menggertakku dan menindasku tanpa ampun, hanya karena seorang gadis, ini agak keterlaluan. Kita sudah berada di tahun ketiga sekolah, tetapi sifat Kael masih kekanakan. Awalnya, tindasan Kael tidak terlalu parah, tetapi semakin hari berjalan, dia mulai tak segan untuk melukaiku secara fisik. Dan dendamnya itu tidak pernah surut walau delapan tahun telah berlalu. Benar, delapan tahun. Mental bocah sekali, bukan? Apakah kebanyakan tuan muda kaya raya memang memiliki sifat seperti dia? Atau memang ada baut yang lepas saja dari kepala Kael?

"Kael, perempuan itu bukan cuma dia saja. Mungkin kalau kamu buka mata, dan melihat ke sekeliling, kamu bisa moving on. Kael, semuanya masa lalu, kamu nggak harus mengungkitnya lagi."

Kael menggeretakkan rahangnya kuat. "Keith! Kamu yang lebih dulu menghancurkan hubunganku. Apa kamu pikir mudah buat melupakan segalanya? Melupakan orang yang menjadi pertama kali dalam segalanya?"

Mungkin karena kami masih berdiri di depan lift, jadi banyak orang yang memperhatikan perdebatan kami. Memang kebanyakan tak peduli, melewati kami, dan memasuki lift tanpa harus repot-repot menonton perdebatan kami. Namun, banyak juga yang betah menjadi penonton setia.

"Delapan tahun," kataku.

Kael menatapku dengan tajam.

"Delapan tahun dan kamu menganggap apa penderitaanku selama ini, Kael?"

Kael mengerutkan dahinya marah.

"Selama ini, aku tidak bisa marah padamu, kamu membungkamku secara paksa. Kamu mengancamku, menindasku, melukaiku secara fisik dan mental, menjadikanku sebagai anjing pesuruh, dan banyak hal. Apa benar penderitaan yang aku alami selama bertahun-tahun ini, bahkan setara dengan rasa cinta sesaatmu?!"

"Sesaat—?"

"Ya! Sesaat," tegasku, aku menatapnya dengan tajam, berusaha menahan diri supaya napasku tidak terengah. "Banyak gadis lain di luaran sana, Kael! Lagipula, aku sudah menegaskan bahwa aku tidak pernah menggoda mantanmu itu! dia yang datang padaku, mungkin bosan padamu yang tidak pernah pandai dalam hal apa pun selain meminta uang pada orang tuamu!"

"Kau!" Kael melangkah maju, berupaya untuk meraih kerah pakaianku. Namun, aku lebih dulu menepisnya secara kasar.

Kalau dulu, entah mengapa, aku tidak akan pernah berani membalas Kael. Dia memegang seluruh kelemahanku. Makanya aku diam saja walau diperlakukan seenaknya. Namun sekarang, bukankah ini kesempatan emas? Kesempatan di mana aku bisa melakukan segalanya dan melampiaskan emosiku sepuasnya karena ini hanyalah ilusi.

"Bajingan gila!" makiku, setelahnya ternyata agak menyegarkan. "Aku sudah menahan segalanya selama bertahun-tahun karena kau menggunakan kekuasaanmu dengan cara yang salah! Namun sekarang, aku tidak akan segan lagi, Kael. Setelah delapan tahun kau membungkamku, aku akan memberontak. Rasa sakitku, rasa frustrasiku, rasa kecewaku, dan amarahku, Kael, akan kubuktikan padamu kalau aku bisa melawanmu kali ini."

Setelah mengatakan seluruh kata hatiku, aku melangkahkan kakiku menuju lift dengan langkah kilat, menekan tombolnya, dan buru-buru memasuki ruangan kecil itu. Sonata rupanya mengikutiku dan pintu lift menutup ketika hanya ada kami berdua di dalamnya. Sekilas, aku bisa melihat mata memerah karena amarah milik Kai sebelum pintu lift menutup.

Aku mengembuskan napasku dan bersandar pada dinding besi. Melirik tanganku, itu bergetar hebat, melihatnya membuatku langsung mengeluarkan kekehan pelan. Payah. Sepayah inikah aku dalam menghadapi masalahku?

"Keith, kamu baik-baik saja?" tanya Sonata, khawatir.

Aku menjawab Sonata dengan gelengan pelan. Aku baik-baik saja. Lagipula, ini cuma ujian. Dan kalimat yang kukatakan pada Kael tadi adalah puluhan kata yang telah Kael paksa bungkam selama dia menindasku bertahun-tahun. Mengeluarkan semuanya akhirnya membuatku merasa lega, tetapi aku tahu bahwa Kael yang asli bahkan tidak akan pernah mendengarkan kritikanku ini. Diam-diam aku merasa kecewa.

Aku mengurut dahiku, agak pusing, suhu tubuhku memanas karena emosi yang meledak.

Kael dan aku merupakan dua tipe orang yang berbanding terbalik. Kael adalah tuan muda kaya raya dan populer, kastanya jauh di atasku. Dibandingkan dengan aku yang mengandalkan otakku demi mendapatkan sejumlah beasiswa, hidup dengan sederhana dan damai, kesenjangan kami berdua sudah terlihat secara signifikan.

Kupikir, kehidupan masa SMA akan berakhir dengan damai, tetapi semuanya berubah karena seorang gadis. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana Kael dan komplotannya mulai menindasku, mereka melukaiku, dan menjadikanku samsak tinjuan. Itu bukanlah memori yang menyenangkan.

Bahkan selepas lulus SMA dan masuk universitas lokal, Kael juga berada di sana, seolah mengikutiku ke mana pun seolah menindasku adalah kewajibannya. Setelah lulus dari universitas, aku melamar posisi yang sesuai dengan jurusan kuliahku, dan si bajingan Kael juga tidak pernah bosan. Meski berbeda posisi kerja, kami berakhir tetap berada di dalam satu perusahaan.

Berbeda dengan masa SMA di mana Kael menindasku secara terang-terangan, secara fisik, dan secara mental. Tindasan Kael di lingkungan kerja lebih halus, tetapi mematikan. Dia tidak menyiksaku secara fisik, mungkin pernah menumpahkan kopi panas di pakaianku tetapi itu saat tahun pertama kami bekerja, dan yang paling membuatku kesal padanya, dia benar-benar memasuki perusahaan dengan orang dalam. Setiap karyawan bisa tunduk padanya, itu adalah keajaiban—keajaiban dari uang, maksudku. Dalam dunia material di mana uang bisa menyelesaikan segalanya, Kael memanfaatkan uangnya.

Dia mengontrol setiap otak manusia di dalam gedung ini, meminta mereka untuk menjadi antagonis hanya untukku, bahkan bos galakku juga ikut andil. Lalu, mengapa aku tidak berhenti dari pekerjaanku? Sejujurnya, aku sudah melamar beberapa posisi di beberapa perusahaan yang sesuai dengan jurusan kuliahku, tetapi aku tahu bahwa uang Kael-lah yang menghentikan diprosesnya lamaranku pada sejumlah perusahaan.

Dendam kekanakannya mampu membuat kehidupanku sengsara selama delapan tahun terakhir. Dan aku juga tidak bisa asal berhenti dari pekerjaanku karena aku adalah tulang punggung keluargaku, menghidupi ibu dan adik-adikku. Benar-benar menyedihkan. Roh angin sangat andal dalam memilah masa lalu traumatik sebagai ujianku.

***


Sebelum pembaca sekalian menghakimi saya, ada beberapa penyambutan buat Kim Dokja, makasih ya atas inspirasi yang kamu kasih buat kelanjutan novel ini. Lanjut, makasih pada Mikaela Hyakuya, atas nama yang disumbangkan.

Oke, lupain penyambutan tadi, jadi aku mau cerita sedikit soal kesulitan aku menulis bab ini. Jujurly, perang batin dalam menulis bab ini nggak habis-habis. Asli. Aku bingung, bahkan beberapa menit yang lalu, aku masih bingung juga.

Awalnya, aku emang udah nulis versi ujian Kelith itu ya di perusahaan tempat dia kerja. Tapi pas dipikir-pikir dan dibaca ulang, kok gaje??? Kok kayak terlalu maksain dan emang boleh serandom itu??? Terus, aku mikir lagi, apa Kelith pas masa SMA aja ya. Nah, aku udah separuh nulis ujian pas masa SMA, terus aku teh mikir, ih sayang banget yang versi ujian pas Kelith kerja dihapus, udah dua bab loh, kata aku tuh. Terus, perang batin lagi ga habis-habis.

Singkat cerita, hasil akhirnya ya begini. Kelith pas kerja. Tapi ya emang ya, tolong maklumi aku kalau emang rada gaje, saran dan kritik ini mah boleh banget dicantumin di kolom komentar kalau aku ada hal rancu soal lingkungan kerja. Aku belum pernah kerja kantoran soalnya, tahu soal kerja kantoran itu ya dari film-film, makanya kalau ada kekeliruan, boleh banget ngasih saran dan kritik secara halus, secara halus, yah, kalau secara kasar ntar aku kena mental.

Bab kayak Kelith nggak bisa pindah kerja karena kuasa ada di tangan Kael, mohon pengertiannya, anggap aja bisa gitu, ya, anggap aja bisa. Soalnya aku mentok, mikirin gimana lagi say. Lagian ini cerita fiksi sih (padahal fiksi juga harus rasional), tapi anggap aja bisaa. Kalau nggak bisa, ya kasih saran dong, harus gimana 😥

Udah ya, kepala saya ntar meledak 🤯kalau mikirin ini terus. Sistemnya kayak ujian: tulis, publikasi, lupakan. See you di bab berikutnya, makasih udah baca sampai akhir ya! Ternyata note-nya agak panjang hshs.

27/12/23

Continue Reading

You'll Also Like

27.7K 3.6K 185
Bagaimana jika Anda bangun di suatu pagi dan mengingat semua 999 kehidupan masa lalu Anda? Chae Woojin, seorang aktor yang akan bersinar lebih terang...
216K 26.8K 56
Lahir dengan darah ras iblis. Diasingkan dari keluarganya. Dibenci rakyatnya. Lalu menjadi pengkhianat yang akhirnya mati di tangan ayahnya sendiri. ...
Debut or Die! By mey

General Fiction

5K 521 33
[Terjemahan pribadi] Judul: Debut or Die; 데뷔 못 하면 죽는 병 걸림 (데못죽); Jika Aku Gagal Debut, Aku akan Mati Author: 백덕수; Baek Deoksoo Status Chapter: Comple...
381K 56.5K 81
"Became the Most Popular Hero is Hard" adalah judul novel yang saat ini digemari banyak pembaca karena memiliki visual karakter dan isi cerita yang m...