Seketika kereta kuda berhenti tepat di halaman depan mansion yang berdiri dengan megah. Lantas Sera pun bergerak turun dari kereta kuda dengan di bantu oleh Ardan. Namun, sebelum Sera dapat mengucapkan sepatah kata pun.
Tiba-tiba Ardan menyelanya dengan cepat. "Aku akan pergi sejenak. Kau masuk saja lebih dulu." Ujar Ardan datar. Sebelum Sera dapat menanggapinya. Dengan cepat Ardan menjentikkan jarinya dan dalam sekejap menghilang di hadapan Sera.
Sementara Sera yang melihat Ardan tiba-tiba menghilang di hadapan hanya bisa bergeming sebelum akhirnya ia menghela nafas pelan.
"Selalu saja pergi tanpa mengatakan akan pergi kemana." Keluh Sera. Lantas tanpa banyak bicara pun Sera kemudian melangkah masuk ke dalam mansionnya.
*****
Cahaya keemasan yang terpancar dari sinar matahari menambah kesan indah di sekeliling Kuil Sacra Arcanum. Othello yang sedang berjalan dengan memegang sebuah buku doa di salah satu tangannya. Suara langkah kakinya bergema di lorong yang sunyi.
Namun, saat Othello hendak berbelok di ujung lorong tersebut. Tiba-tiba dia tersentak saat tak sengaja berpapasan dengan seseorang. Sementara Eva yang sama terkejutnya dengan seorang Pendeta di hadapannya ini pun kemudian menundukkan kepalanya dengan cepat.
"Mohon maaf jika saya mengejutkan anda, Pendeta." Ucap Eva dengan suara lembut.
"Tidak apa-apa, Lady." Jawab Othello dengan nada sopan.
Begitu Eva menegakkan tubuhnya. Pandangannya tak sengaja bertemu dengan Pendeta tersebut. "Apa Anda datang ke sini untuk bersembahyang?" Lanjut Othello dengan ramah.
Eva yang mendapatkan pertanyaan tersebut seketika tersenyum tipis. "Betul, kebetulan saya ingin bersembhayang di Sala Sacralis."
"Oh, mohon maaf Lady. Tapi untuk saat ini ruangan tersebut tidak bisa digunakan hingga beberapa hari ke depan." Sahut Othello.
Eva yang mendengar itu lantas mengedipkan mata sejenak. "Ah, begitu rupanya. Sayang sekali tadinya saya sangat ini bersembahyang disana."
"Ruang Sala Sacralis sedang di sucikan saat ini. Jadi untuk sementara waktu ruangan tersebut tidak bisa digunakan. Tapi ada ruangan lain sebagai pengganti para umat untuk bersembhayang." Jelas Othello dengan senyum tipis yang terbit di wajahnya.
"Benarkah?" Ujar Eva dengan sedikit antusias.
"Tentu Lady. Kebetulan saya hendak kesana untuk memimpin doa hari ini. Mari saya tunjukkan jalannya, Lady." Ujar Othello yang kemudian diangguki oleh Eva.
Lantas Othello berjalan terlebih dahulu. Sedangkan Eva justru menolehkan kepalanya sejenak ke lorong lain sebelum kemudian dia mulai melangkahkan kakinya menyusul Pendeta tersebut.
*****
Sementara di dalam Hutan Eldermyst, Ardan melangkah dengan hati-hati melalui hamparan pepohonan yang menjulang tinggi. Sementara dia terus berjalan dengan matanya yang terus-menerus memperhatikan sekeliling.
Entah mengapa dia dapat merasakan aura yang sama seperti yang pernah dia rasakan sebelumnya memenuhi udara di sekitar hutan tersebut. Lantas tanpa ragu Ardan memutuskan untuk dia mengikuti aliran aura itu.
Langkah kakinya terus membawanya lebih dekat menuju sumber kehadiran aura yang kuat tersebut. Hingga kemudian langkahnya menghentak di tepi sebuah tebing yang menjulang tinggi. Namun, seketika raut wajahnya berubah. Rahangnya mengeras serta sorot matanya yang tajam saat menangkap sisa-sisa kabut hitam yang melayang di udara.
"Sial, ternyata dia ada disini." Desis Ardan.
*****
Keesokan harinya, Sera menghirup udara dengan dalam sambil menatap beberapa pelayan yang sibuk mengatur beberapa barang ke dalam kereta kuda. Meskipun sebelumnya Tuan Archiepiscoups mengatakan jika segala keperluannya akan dipenuhi oleh pihak kuil.
Namun, ia merasa pasti ada beberapa yang mungkin tidak terpenuhi di kuil harus ia siapkan sendiri. Sera terus mengamati dengan cermat setiap item yang dimasukkan ke dalam kereta.
Sedangkan Raven yang berdiri dengan tegak menatap datar pada sang putri yang berdiri di sampingnya. Dengan kedua tangannya yang terlipat di depan dada.
"Kau yakin akan menuruti permintaan Archiepiscoups?" tanya Raven dengan suara yang datar.
"Tentu saja, lagi pula hanya beberapa hari ayah tak perlu khawatir." Jawab Sera dengan tenang.
"Bisa-bisanya kau berbicara begitu tenang. Padahal baru saja dua hari yang lalu kau tiba-tiba menghilang. Bagaimana jika kembali terjadi hal seperti itu saat kau disana." Ujar Raven dengan nada yang tajam. Namun terdapat kekhawatiran yang tersirat di dalam kata-katanya.
Sera yang mendengar itu kemudian menghela nafas panjang. "Ayah, aku akan baik-baik saja."
Sontak Raven menghembuskan nafas gusar. "Jika terjadi sesuatu disana. Ayah akan benar-benar meratakan kuil itu."
Refleks Sera terkekeh pelan. "Bukankah ayah akan mendapatkan hukuman dari kekaisaran jika meratakan kuil itu."
"Nyawa anak-anak ayah lebih berharga daripada nyawa ayah sendiri." Sahut Raven dengan cepat. Sera yang mendengar itu seketika terdiam.
"Maka dari itu ayah tak akan memperdulikannya asalkan anak-anak ayah tidak terluka sama sekali." Lanjut Raven.
Tak lama Sera memeluk ayahnya dengan erat yang kemudian dibalas oleh Raven sambil mengusap lembut puncak kepala putrinya. "Bukankah aku beruntung karena memiliki seorang ayah yang menyayangi anak-anaknya seperti ayah." Ucap Sera yang kemudian dibalas kekehan oleh Raven.
Lantas Sera melepaskan pelukan terlebih dahulu. "Aku harus pergi Tuan Archiepiscoups pasti sudah menunggu."
"Lady." Panggil Aria dengan lembut yang membuat Sera menoleh. "Anda tidak ingin menunggu Tuan Ardan kembali terlebih dahulu?" Tanya Aria.
Sera yang mendengar itu seketika teringat jika sejak kemarin Ardan pergi dan belum kembali hingga saat ini. Pria itu pergi begitu saja tanpa mengatakan akan pergi kemana.
Sesaat Sera tersenyum tipis. "Tolong beritahu saja padanya jika dia sudah kembali."
"Orang itu selalu saja berpergian seenaknya." Cibir Raven.
"Itu karena dia memiliki urusan lain, ayah." Ujar Sera mencoba memberi pengertian pada sang ayah.
Sedangkan Raven yang mendengar itu hanya mendengus. Lantas Sera tersenyum tipis. "Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai bertemu saat upacara Resonansi Sacrosanct nanti."
"Nona Sera, tolong jaga kesehatan anda selama disana." Ujar Aria dengan sedikit cemas.
Sera menganggukkan kepalanya mengerti sebelum kemudian menaiki kereta kuda. Tak lama kemudian kereta kuda tersebut bergerak meninggalkan kawasan mansion tersebut.
*****
Begitu kereta kuda yang membawa Sera berhenti tepat di depan gerbang kuil Sacra Arcanum. Lantas Sera bergerak turun dari atas kereta kuda dengan gerakan yang penuh keanggunan. Cahaya matahari yang menerobos celah pepohonan di sekitar kuil menciptakan kilauan yang memantul dari gaunnya yang berwarna pastel, menambahkan kesan anggun pada sosoknya yang menonjol.
Para pendeta dan biarawati yang hadir, segera menundukkan kepala mereka secara serentak sebagai tanda penghormatan pada kedatangan Sera. Namun, saat Sera hendak menundukkan kepalanya sebagai balasan penghormatan.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang datang dari langkah kaki kuda dan derap roda dari kereta kuda yang memasuki area sekitar kuil. Sontak Sera menolehkan kepalanya ke arah suara itu.
Cahaya matahari yang memantul di sekitar, menciptakan siluet yang megah saat sosoknya muncul dari dalam kereta. Begitu Lucian turun dari kereta kuda. Pandangannya seketika bertemu dengan pandangan Sera.
Namun, dengan cepat Sera memutuskan pandangan mereka terlebih dahulu begitu mendengar suara Archiepiscoups. "Selamat datang Yang Mulia Putra Mahkota dan Lady Ravenscorft." Sambut Archiepiscoups dengan lembut.
"Kami sangat berterima kasih sekali karena anda berdua bersedia melakukan persiapan penuh di dalam kuil." Sambungnya.
Sera yang mendengar itu seketika tersenyum sebagai tanggapan. Sedangkan Lucian hanya menganggukkan kepalanya singkat. Archiepiscoups yang melihat itu lantas kembali melanjutkan perkataannya.
"Kami sudah menyiapkan ruangan khusus untuk anda berdua. Untuk Lady Ravenscorft para biarawati akan menunjukkan ruangan tersebut dan untuk Yang Mulia Putra Mahkota para pendeta akan menunjukkannya." Ujar Archiepiscoups dengan sopan.
"Dan di mulai hari ini kedua Pedang suci yang masing-masing di pegang oleh anda berdua akan kami simpan di ruangan suci hingga menjelang upacara Resonansi Sacrosanct."
*****
Namratsr | Na