Jangan lupa sedekah votenya untuk hari ini kawan!
__________________________________
Happy Reading 😙
.
.
.
Episode sebelumnya_____________
Nazea meletakkan pesanan wanita itu, wanita itu datang bersama anaknya.
"Selamat menikmati." Nazea ingin pergi namun.
"Tunggu!?"
Nazea berhenti, ia menoleh ke asal suara. Yang ternyata wanita bernama Kirana itu.
"Bukankah kau Nazea yang itu!?"
_________________________________
Nazea melihat wanita itu, siapa dia? Nazea mencoba mengingatnya. Kirana? Sepertinya aku tidak asing dengan nama itu.
"Wah... Sekarang kau bekerja menjadi pegawai toko Mie rupanya." Ujar wanita itu yang bernama Kirana.
Entah kenapa Nazea yang mendengar kata-kata itu seperti sebuah ejekan. Nazea ingat siapa wanita ini. Kirana.... Ya dia adalah Kirana, Kirana gadis si peringkat dua saat sekolah menengah sampai sekolah menengah keatas.
Gadis yang selalu di bawah Nazea, dan gadis yang sangat tidak menyukainya di gada terdepan.
"Bagaimana? Apa kau sudah mengingatku?" Wanita itu tersenyum remeh. "Ku kira kau seperti apa yang di katakan orang-orang... Memiliki masa depan yang cerah... Tapi apa ini? Kau hanya seorang pelayan? Masih untung wanita yang tidak lulus SMA sepertimu masih mendapat pekerjaan."
Nazea mencoba menahan emosinya. Tak lama ia tersenyum manis. "Sepertinya saya harus melanjutkan kerja Nyonya.... Saya undur diri... Permisi."
Nazea bergegas pergi. Tapi dapat Nazea dengar tawa dari Kirana. Untungnya ia sedang bekerja kalo tidak sudah ia tendang wanita itu!
Kirana sudah menjauh akhirnya menghentikan tawanya.
"Mama... Dia siapa?" Tanya seorang gadis berusia sekitar 6 tahun.
Kirana mengusap putri tercintanya, sekaligus anak satu-satunya. "Kau tidak perlu tahu sayang.... Nanti kalo kau tau, kau akan gagal sepertinya."
Anak itu mengangguk saja, ia masih tidak mengerti. Kirana melihat putrinya makan mie dengan pelan. Ia tersenyum, lalu tak lama ia mendatarkan ekspresinya.
Flashback on
Saat itu, Kirana masih duduk di bangku kelas tujuh. Kirana yang belum memiliki teman mencoba mendekati salah satu siswi yang menurutnya menarik.
"Hai.... Kenalin... Nama aku Kirana." Kirana mengulurkan tangannya pada Nazea yang duduk di bangkunya sambil membaca buku.
Nazea menoleh, lalu kembali fokus pada bukunya dan tanpa menjabat tangan Kirana Nazea menjawab. "Nazea..."
Kirana dengan senyum kecut menarik tangannya. "Em... Boleh nggak kal-"
"Zea!" Teriakan seseorang mengalihkan pandangan mereka berdua, bisa ia lihat gadis yang fashionable berjalan ke arah mereka dan duduk di samping Zea.
Dan bisa Kirana lihat mereka mengibrol dengan santai tanpa memperdulikan kehadiran Kirana. Kirana mengepalkan tangannya dan beranjak pergi. Dan kejadian itu membuat Kirana kesal dan memblacklist Nazea dari daftar temannya.
Nazea gadis yang di kenal jenius ini merupakan most wanted girl di SMA nya, ia terkenal karena ke jeniusan, pintar dan tentunya kecantikannya. Dia tumbuh menjadi gadis yang friendly seiring berjalannya waktu, dan dia tidak banyak drama. Karena itu banyak sekalih yang ingin berteman dengannya.
Hal itu membuat gadis bernama Kirana iri dengki, Kirana merasa Nazea adalah saingannya. Pertama karena Nazea lebih pintar dan lebih cantik darinya.
Kedua, orang yang Kirana cintai ternyata menyukai Nazea dan ditolak oleh Nazea. Dan itu membuat jiwa Kirana yang cinta pada lelaki itu terguncang. Jadi, si karina merasa jika selera lelaki Nazea lebih tinggi dari Kirana, otomatis kirana terguncang.
Dan yang ketiga, Kirana ingin berteman dengan Luci dan Hani yang merupakan sahabat Nazea. Kirana merasa hanya mereka gadis yang se level dengan Kirana. Kenapa begitu? Karena Kirana termasuk orang kaya, dan kedua sahabat Nazea se level dengannya, tapi karena mereka lebih menyukai Nazea membuat Kirana membenci Nazea.
Kirana merasa posisinya selalu di rebut oleh Nazea. Hingga, saat mereka masuk kelas 11 SMA.
Kirana yang duduk di depan menoleh ke belakang, ia melihat bangku samping Hani kosong. "Tumben tu orang nggak masuk." Guma Kirana.
Kirana melihat Hani yang sedari tadi mengecek ponselnya, mumpung ini masih jam istirahat Kirana mendekati Hani.
"Han.... Tumben lo sendirian? Kemana si Naze?"
Hani yang mengecek ponselnya menoleh. "Eh... Kirana, Si Zea kayaknya lagi sakit mangkanya nggak masuk."
Kirana mengangguk, jika Kirana di depan orang lain selain Zea, ia akan terlihat seperti gadis biasanya. "Lo nggak ke kantin?"
Hani tersenyum. "Nggak deh.... Lo aja..."
Kirana yang tertolak hanya mengangguk dan pergi dari area bangku Hani dan kembali ke bangkunya.
Tak lama, Luci yang beda kelas datang. "Eh... Si Zea mana? Kog nggak ada?"
Kirana kesal, kenapa Nazea beruntung sekali memiliki teman seperti mereka. Kirana lebih memilih membuka buku pelajaran dan mengerjakan soal-soal.
Malamnya, Kirana yang merasa bosan pergi ke Club bersama beberapa temannya yang beda sekolah dengannya.
"Ya elah, Kir! Biarin napa!? Jan terlalu dendam lu... Kagak baik!" Ucap Raya teman Kirana.
Kirana memutar bola mata malas. "Males ah... Gue mau ke Toilet."
Kirana pamit pergi ke toilet sendirian, ia melangkah ke toilet masih dengan keadaan 90% sadar. Namun.
"Ah.... Yah.... Uhhh...."
Suara yang berasa dari lorong area kamar inap membuat Kirana kepo. Pasalnya ia seperti mengenal suara itu.
Kirana berjalan mengendap-endap, setelah samapi di belokan antara menuju toilet dan kamar Kirana mengintip dari balik dinding.
Mata Kirana terbelak, ia menutup mulutnya. Bisa Kirana lihat, kedua insan yang berbeda jenis tengah berciuman mesra. Dan Kirana tau siapa gadis itu. "Nazea..."
"Uhmm...." Desah Nazea sampai telinga Kirana.
Munculah sebuah ide, Kirana mengambil ponselnya. Ia memotret dan mem-vidio diam-diam kelakuan Nazea. Kirana bergidik ngeri melihat ciuman yang brutal, untungnya lelaki itu tidak terlihat wajahnya, jadi Kirana tidak perlu mengeditnya. Kirana me-vidio sampai mereka masuk sebuah kamar.
Kirana tersenyum senang. Ia yang awalnya ingin pergi ke toilet ia urungkan. "Dasar jalang!"
Keesokan Nazea masih tidak hadir, hingga hari ke lima Nazea baru hadir. Kirana awalnya ingin melancarkan aksinya, tapi ia urungkan.
"Biarkan dia terlihat senang dulu..." Ucap Kirana saat melihat Nazea yang diam, sedangkan kedua temannya sibuk bertanya sesekali melempar lelucon yang hanya di tanggapi senyum garing oleh Zea.
Dan tepat hari ke tujuh, saat itu Kirana melihat Nazea dengan gampangnya menolak pria yang Kirana incar. Dia Andre, pria paling popular di sekolahnya.
Dengan kesalahan yang berapi-api. Kirana menggunakan Fake akun nya menyebarkan Vidio dan foto Nazea yang sedang berciuman.
Dan sampailah seluruh penduduk SMA tau. Nazea yang melihat itu tidak bisa berkata-kata. Nazea hanya diam dan melamun, senyum yang coba ia buat kini menghilang kembali.
Kirana yang melihat Nazea menjadi bahan gunjingan dan cemohan, sedikit kawatir. Bukan mengkhawatirkan Nazea, ia hanya takut jika semua orang tau jika dia yang menyebarkan rumor itu.
Beberapa hari kemudian Nazea tidak datang ke sekolah hingga ber Minggu-minggu, Kirana bisa lihat, Hani dan Luci mulai terlihat murung. Kirana yang mencoba ingin dekat dengan mereka pun urung, karena mereka terlihat cuek dan tidak peduli. Apakah sebesar itu pengaruh Nazea? Kirana menjadi semakin kesal. Dan tak lama, beredar rumor jika Nazea ternyata di keluarkan dari sekolah.
Dan itu membuat Kirana merasa lega, karena benalu, atau bisa di sebut saingannya di keluarkan dari sekolah dengan membawa nama yang buruk.
"Rasain... Dia emang cocok keluar!"
Flashback off
'Ku kira dia sudah mengakhiri hidupnya... Ternyata dia masih bertahan.' Batin Kirana saat mengingat kejadian masa lalu.
Kirana tersenyum dan memakan Mie nya, bersama putrinya. Ia kemari karena putrinya yang merengek minta Mie viral ini.
Dan di sini... Ia di kejutkan dengan 'Teman' lamanya. Entah kenapa ia belum puas mengejek Nazea. Ah... Ia lanjutkan saja makanannya.
Sedangkan Nazea, ia sedikit sebal melihat Kirana tadi. "Dasar wanita tua tidak ingat umur!"
Dea yang melihat wajah kesal Nazea mendekat. "Kenapa Kak?"
Nazea menggeleng. "Bukan apa-apa.... Hanya saja, aku beru saja melihat cerminan gadis medusa yang ingin ku guyur dengan air pel-pelan!" Nazea memberengut kesal lalu masuk ke dapur dengan menghentak-hentakkan kakinya. Dea bukannya khawatir, hal itu malah membuat Dea tertawa. Dasar bocil tua yang menggemaskan.
.
.
.
.
.
To Be Continue