Janji Sakral Ziya

By maulida_2113

549K 21.2K 2.5K

Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena ken... More

Prolog
1. Hukuman
2. Perjodohan
3. Permintaan Maaf
4. Perlombaan
5. Pertemuan
6. Sakit
8. Pemakaman
9. Lamaran
10. Pernikahan
11. Resepsi
12. Cemburu
13. Pulang
14. mertua dan menantu
15. Perhiasan Dunia
16. Hari Pertama
17. Vampir
18. Ibu Kandung vs Ibu Sambung
19. Di Bentak
20. Bidadarinya Gus Zidan
21. Bucin
22. Mimpi Buruk
23. Perginya Cinta Pertama
24. Mengulang Masa-Masa Dulu
25. Anak Geng Motor
26. Kecoa
27. Poligami
28. Pernikahan
29. Berubah
30. Masalah
31. Berbaikan
32. Di Hukum
33. Bahan Omongan
34. Zalim
35. Konflik
36. Hasil?
37. Berpisah
38. Hilang
39. Menutup Mata
40. Sebuah Mimpi Belaka
41. Tausiyah
42. Hadiah
43. USG
44. Sunset
45. Berzina
46. Cambuk
47. Pergi?
48. Aqiqah

7. Keraguan

9.9K 399 8
By maulida_2113

••• Bismillahirrahmanirrahim •••

Selamat membaca.

••|||••

*****

"Assalamualaikum" ucap salam Adzkiya memasuki kelas.

"Waalaikumussalam" jawab mereka semua.

"Ning Kiya" teriak Lisa.

"Kiya kamu udah sembuh" tanya Afifah.

Seluruh warga pesantren tau mengenai Ning mereka yang masuk rumah sakit.

"Kangen banget tau Kiya" ucap Laras.

Afifah dan Laras memeluk Adzkiya disusul yang lain, karena mereka sangat rindu sama Ning mereka ini. Kata mereka sepi gak ada Adzkiya yang rusuh.

"Teman-teman lepasin dong Kiya gak bisa napas"

"Hehehe maaf-maaf kekencengan ya meluknya" tanya Afifah.

"Sekali lagi maafin kita ya" ucap Laras.

"Iya Ning kita minta maaf" sambung Lisa.

"Ngga papa kok, santai aja"

Adzkiya duduk di bangkunya seperti biasa Afifah ada disampingnya.

"Kiya" ucap Laras sambil menyenggol tangan Adzkiya.

"Kenapa" tanyanya bingung.

"Tuh Gus Azriel nungguin kamu" dengan satu tangan menunjuk kearah Gus Azriel.

Adzkiya pun mengikuti arah tunjuk Laras
"Ah iya bentar ya" pamit Adzkiya dan kembali lagi keluar menghampiri Gus Azriel.

"Bang ngapain lagi" tanya Adzkiya.

"Nungguin guru kamu dateng, baru Abang pergi Kalo gak kaya gitu kamu pasti mau kabur entah kemana itu"

"Ngga percayaan banget sih sama adeknya"

"Iya emang gak " jawab Gus Azriel spontan.

"Yaudah terserah Abang deh"

"Assalamualaikum Gus, Ning Kiya" salam seorang ustadzah menghampiri keduanya.

"Waalaikumussalam" jawab Adzkiya dan Gus Azriel.

"Ustadzah yang mengajar?" tanya Gus Azriel.

"Iya Gus saya yang mengajar, ada apa Gus"

"Tidak apa-apa, saya kesini hanya mengantar Kiya dan kamu sudah datang saya pergi dulu, Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam" jawab Kiya dan ustadzah yang bernama Sanah.

"Ada apa Ning Kiya dengan Gus Azriel"

"Kiya juga gak tau ustadzah"

"Oh kalo gitu kita masuk sekarang"

"Baik ustadzah"

Jam pelajaran ustadzah Sanah telah selesai yang dimana sekarang waktunya jam istirahat para santri ada yang ke kantin, neduh di bawah pohon sambil membaca buku, dan ada yang ke asrama entah apa yang mereka lakukan padahal waktu istirahat cuman sebentar.

"Kiya kantin yuk" ajak Afifah.

"Ya udah yuk"

"Kiya kita tuh kangen banget tau sama kamu rasanya gak ada kamu tuh sepi banget" cerita Laras sambil mereka berjalan.

"Masa sih"

"Iya Kiya" jawab langsung Laras.

Setelah mereka sampai di kantin, mereka tidak kebagian meja untuk istirahat.

"Yah mejanya habis gimana dong" ucap Afifah.

"Iya gimana dong, aku laper banget ini" ucap Laras.

"Kita tunggu aja pasti nanti ada yang pergi"

"Tapi sampai kapan kita nunggu" tanya Afifah.

"Ngga tau" jawab santai Adzkiya.

"Cari meja" tanya seseorang.

Dimana Adzkiya, Afifah dan Laras tersentak kaget dengan suara tiba-tiba itu.

For you information kantin di pesantren ini sebenarnya terbagi dua untuk santriwan ada disebelah kiri sedangkan santriwati ada di sebelah kanan.

Adzkiya dan kawan-kawan berdiri di perbatasan antara santriwan dan santriwati.

"Iya kita lagi cari meja emangnya kenapa" jawab ketus Afifah.

"Ketus amat sih mbak jawabnya"

"Ih itu mulut mbak mbak lagi bilangnya emang gue setua itu" kesal Afifah.

"Kamu sih fah, diri perempuan tapi kalo ngomong kaya laki, senggol dikit bacok" ucap Laras.

Dimana Adzkiya tersenyum mendengar perkataan Laras dan senyuman itu di lihat seseorang yang bertanya soal meja tadi. Dia adalah Bagaskara Aditya.

Masih ingat kan ingat dong pasti.

"Gila nih cewek cakep amat" batin Bagas.

"Heh malah bengong, liatin sahabat gue lagi kenapa?" sentak Afifah.

Bagas terkesiap karena sentakan itu.

"Sahabat lo cakep" ucap Bagas tanpa ragu.

Ketiganya tercengang dengan kejujuran laki-laki tersebut.

"Beraninya lo ngomong gitu" ucap Afifah lagi.

"Lah salah gue dimana, gue udah jawab jujur"

"Tapi lo gak sopan dengan sahabat gue" teriak Afifah.

"Fifah omongannya di jaga kalo petugas pesantren denger kamu bakalan dihukum lho apalagi bicara sama santriwan, kita kesana aja" ajak Adzkiya menarik kedua sahabatnya menjauh dari sana.

Kini Adzkiya dan kawan-kawan sudah mendapat tempat duduk untuk menghabiskan waktu istirahat.

"Kesel banget aku sama tuh cowok bilang aku mbak lagi emang aku setua itu ya" tanya Afifah pada kedua sahabatnya keduanya menggeleng.

"Udah udah mending kita pesan"

Setelah menunggu akhirnya makanan pesanan Meraka sudah ada dihadapan mereka.

"Kiya kamu kenal dia siapa" tanya Laras.

"Hah siapa" tanya balik Adzkiya.

"Cowok itu tadi"

"Oh itu kurang tau sih siapa tapi waktu itu dia ketahuan mau kabur dari asrama terus dibawa kehadapan bang Bizar deh nah disitu aku ada"

Keduanya menganggukkan kepala "Oh gitu ya" dibalas anggukan oleh Adzkiya.

"Eekkmmm... enak ya minum es"

"Enak banget malahan" jawab Adzkiya tanpa tahu siapa yang berdehem dan berbicara tersebut.

Kedua sahabatnya di buat takut dengan tatapan Gus Abizar "Kiya sutthh" Kode Afifah.

"Kenapa sih kalian kok gitu mukanya"

"Kiya liat di belakang kamu siapa" jawab Laras dengan sedikit pelan.

Adzkiya langsung membalikkan badannya, betapa terkejut ternyata itu adalah Gus Abizar abangnya sendiri.

"Hehehe, mau" tawar Adzkiya dan menyodorkan pop ice dihadapan Gus Abizar.

Laras dan Afifah saling pandang dan keduanya sama-sama menepuk jidat.

'Astagfirullah gak ngerti otak Kiya isinya apa' batin Afifah.

'Ya Allah gini amat punya sahabat, gak ngerti apa orang lagi marah itu' batin Laras.

Gus Abizar mengambil pop ice yang ada ditangan Adzkiya "Makasih" ucap Gus Abhizar.

Dan memberikannya pada Afifah "Buat kamu" Afifah membulatkan matanya terkejut.

"Hah kok dikasih ke Fifah itu kan punya Kiya" Adzkiya menggaruk kepalanya yang berbalut hijab.

"Kamu tadi kasih ke saya, saya kasih balik ke Fifah itu kan sudah hak saya terserah saya mau apakan es itu"

"Ih kok gitu sih ngga adil ah" Adzkiya memanyunkan bibirnya.

Dimana sepasang mata terus menatap kearah Adzkiya.

"Lucu sekali dirinya" batin Bagas.

"Heh liatin apa lo" tanya temannya.

"Cewek itu siapa" tunjuk Bagas pada Adzkiya.

"Lo suka sama dia" tanya kembali temannya.

"Jawab aja kenapa sih"

"Wajar sih orang cakep banyak yang suka" ucapnya ikut memandang Adzkiya.

"Woy jawab pertanyaan gue"

"Dia Ning Adzkiya anak pak kyai Hasan pemilik pondok ini"

"Oh anak pak Kyai terus hubungannya sama Gus Abizar apa" tanya Bagas lagi.

"Itu kakaknya"

Bagas ber oh kembali.

"Gini ya Bagas kalo lo suka sama dia langsung datangi pak kyai lamar Ning Adzkiya, tapi kalo gak di tolak sih"

"Maksud Lo apa"

"Gini gini gue kasih tau Ning Adzkiya tuh kan anak pak Kyai otomatis saingan Lo banyak, lo gak tau aja udah berapa banyak yang melamar Ning kita itu, dan biasanya sih di jodohkan dengan seorang Gus anak pak kyai juga gitu"

Bagas terdiam dengan penuturan temannya.

Balik lagi ke Adzkiya dan Gus Abizar.

"Ikut keruangan saya" ucap Gus Abizar.

Adzkiya tidak menjawab tapi dia langsung membuntuti Gus Abizar dari belakang.

"Duduk" perintah Gus Abizar tegas.

Adzkiya duduk di sofa dimana Gus Abizar menunjuk, Gus Abizar mendudukkan dirinya di samping sang adek.

Gus Abhizar menatap sang adek seperti ingin memangsa.

"K-kenapa Abang tatap Kiya kaya itu, Kiya kan jadi takut" tanyanya takut.

"Dek, ngerti gak sih kamu itu baru aja sembuh, baru kemarin keluar dari rumah sakit udah minum es aja"

"Lho apa salahnya sih bang cuman es kok ngga bikin sakit"

"Cuman es kamu bilang, iya karena es itu yang jadi masalahnya kamu mau sakit lagi terus masuk rumah sakit bikin semua orang khawatir gitu, dijaga dong dek makan minumnya jangan es dulu"

"Iya iya maaf" lirih Adzkiya.

"Balik sekarang aja ya ke ndalem, gak usah masuk kelas dulu langsung pulang nanti Abang yang izinin"

"Kiya mau ke asrama"

"Gak ada ke asrama asrama pulang sekarang"

"Yaudah terus tas Kiya gimana"

"Itu urusan Abang kamu pulang sekarang"

"Iya deh Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

"Sabar Bizar sabar" ucap Gus Abizar membatin.

*****

Di Ndalem....

"Assalamualaikum" tanpa mendengar jawaban dari semua orang yang berada di ruang tamu.

"Nak hei kok udah balik"

Adzkiya terus berjalan tanpa memperdulikan pertanyaan sang Abi.

"Kenapa lagi sama adek bi" tanya Gus Azriel.

"Abi juga gak tau sana tanya ke adek kamu"

"Yaudah kalo gitu Azriel keatas"

Setelah sampai di atas Gus Azriel mengetok pintu kamar Adzkiya.

Tok...

Tok...

Tok...

"Dek Abang boleh masuk"

"Masuk aja bang pintunya ngga dikunci kok"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

"Kenapa hm" tanya Gus Azriel yang sudah duduk berhadapan dengan Adzkiya.

"Ngga papa kok bang"

"Jujur aja sama Abang kenapa"

"Kiya cape bang mau istirahat"

"Ya udah sana bersih-bersih abang mau keluar dulu ya"

"Iya bang"

Setelah kepergian Gus Azriel, Adzkiya masuk kedalam kamar mandi.

"Gimana mas" tanya Ning Anisa.

"Mas juga gak tau kenapa, gak mau cerita"

"Lagi Cape mungkin biarin aja" ucap Abi Hasan.

"Iya Bi"

"Bi Azriel izin pamit pulang udah lama ninggalin si kembar dan kerjaan gak enak sama Ayah Rahman"

Abi Hasan menganggukkan kepala "Abi titip salam ya sama mertua kamu"

"Iya Bi nanti Azriel sampaikan"

Kalian masih ingat gak dengan si kembar, anak Gus Azriel dan juga Ning Anisa. Si kembar itu lagi sama kakek neneknya. Orang tua Ning Anisa. Ning Anisa Putri seorang kyai jadi sebagai menantu satu-satunya Gus Azriel diberi amanah untuk mengelola pesantren milik mertuanya.

Lanjut...

"Assalamualaikum Bi"

"Waalaikumussalam hati-hati kalian"

*****

Berbeda tempat di pesantren Nurul An-Nur.

"Bi udah ada kabar dari keluarga kyai Hasan belum"

"Belum ada mi"

"Padahal ini udah lebih 1 minggu kenapa masih belum ada kabar ya"

"Mungkin Hasan belum bicara sama putrinya, kemarin juga kan lagi sibuk-sibuknya di pesantren"

"Iya Bi tapi apa gak kelamaan nunggunya, apa mungkin putrinya tidak setuju dengan perjodohan ini Bi, Ummi kasian liat Zidan akhir-akhir ini banyak ngelamun entah apa yang dipikirkan anak itu"

"Ummi sabar Abi yakin putrinya bakalan menerima perjodohan ini dan bisa bersama Zidan putra kita, kita hanya menunggu mi"

"Tapi ummi ragu Bi soal itu apa akan terjadi"

"Mi kita memang gak tau kedepannya bagaimana, tapi kita doakan saja yang terbaik ya"

"Iya Bi"

Di bawah pohon jambu, dimana Gus Zidan sedang melamun, entah apa yang dipikirkan Gus muda itu.

Sepertinya pohon jambu tempat favorit Gus muda kita nih.

"Nak"

"Abi bikin kaget Zidan aja kenapa"

"Mikirin apa masih siang juga udah ngelamun aja kamu gak ngajar"

"Gak mikirin apa-apa kok Bi ngajar tapi nanti jam 11:00"

"Oh gitu, terus tadi kenapa ngelamun cerita sama Abi, Abi tau kamu sedang memikirkan sesuatu yang mengganjal di pikiran kamu ada apa"

Zidan ragu untuk mengatakannya. Dia takut sang Abi akan kecewa ataupun marah padanya.

"Cerita nak"

"Abi janji dulu sama Zidan gak akan marah ya"

"Memangnya kenapa Abi harus marah" tanya Abi Zaid.

"Janji dulu Bi"

"Iya iya sok cerita"

"Bi, Zidan merasa ragu dengan perasaan ini, Zidan gak tau apa Zidan bisa menerima gadis pilihan abi, rasanya zidan ingin membatalkan perjodohan ini"

"Ada apa dengan mu nak kenapa kamu tiba-tiba ingin membatalkannya"

"Zidan juga tidak tau Bi tapi Zidan terus memikirkan seorang gadis yang tidak sengaja menabrak Zidan waktu di pesantren Raudatul Al-Husaini"

"Maksud kamu kamu menyukai gadis itu."

"Entah lah Bi, Zidan juga tidak mengerti dengan perasaan ini tapi Zidan selalu saja memikirkan gadis itu."

"Nak ngga baik mikirin seseorang yang bukan mahram itu dosa, lebih baik kamu kubur perasaan itu dan tetap melanjutkan perjodohan ini, bukannya Abi egois tapi Abi gak enak sama kyai Hasan, kamu yang awalnya setuju tiba-tiba mau membatalkannya"

"Tapi Bi, Zidan takut tidak bisa menghilangkan gadis itu dari pikiran Zidan dan Zidan juga takut tidak bisa menerima gadis pilihan Abi dalam hidup Zidan, karena hubungan ini di mulai tanpa cinta apa itu bisa Bi"

"Percayalah nak kamu pasti bisa, masalah menerimanya mungkin awal-awal sulit tapi seiring berjalannya waktu kalian pasti akan saling menerima satu sama lain. Dan untuk cinta itu akan datang karena terbiasa, apalagi kalian akan terus bersama nantinya. Abi yakin itu, percaya sama Abi" ucap Abi Zaid dan meninggalkan Gus Zidan.

'Baiklah Bi, Zidan akan mencoba menerima nya walau tidak dilandasi dengan cinta, tapi semoga ucapan Abi itu benar adanya' batin Gus Zidan.

Pesantren Raudatul Al-Husaini, Abi Hasan sedang duduk bersama putra dan menantu pertamanya juga cucunya Gabriella.

"Kek, aunty dikamar?" tanya gadis kecil.

"Iya sayang di kamar."

"Ella boleh kesana gak"

"Iya boleh"

"Ella mau ke aunty dulu ya semuanya"

"Iya nak"

Setelah kepergian Ella tidak lama dari itu telpon Abi Hasan berdering.

Drtt... Drtt... Drtt...

"Abi angkat telpon dulu ya" Izin Abi Hasan pada putra dan menantunya dan melenggang pergi meninggalkan keduanya.

"Assalamualaikum" salam dari sebrang sana setelah telpon tersambung.

"Waalaikumussalam Zaid"

"Gimana kabarnya Hasan?"

"Alhamdulillah baik baik gimana juga dengan dirimu sendiri dan keluarga"

"Alhamdulillah kami juga semua baik"

"Ada apa gerangan ini kamu menelpon, ada hal yang penting" tanya kyai Hasan.

"Sebelumnya aku minta maaf mungkin mengganggu waktunya, tapi aku ingin memastikan saja bagaimana dengan perjodohan anak kita, sudah ada jawaban dari putrimu"

"Tidak, tidak perlu minta maaf, dan untuk perjodohan itu aku benar-benar minta maaf...." Belum selesai kyai Hasan berkata kyai Zaid menyela.

"Tidak perlu minta maaf mungkin mereka tidak berjodoh"

"Bukan itu yang aku maksud"

"Maksudnya gimana?"

"Aku mau minta maaf karena belum sempat bicara sama putriku. Aku ingin membicarakan ini sampai dia benar-benar pulih dulu jadi saya minta waktu lagi ya Zaid"

"Maksud kamu pulih apa, putrimu sakit, sakit apa kenapa tidak mengabari"

"Begini lusa kemaren putriku jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit baru kemaren pulang. Jadi aku tidak berani dulu bilang tentang perjodohan ini aku minta maaf ya tidak sempat mengabari soal ini"

"Sekarang keadaannya gimana, baik-baik aja kan"

"Alhamdulillah kamu tidak perlu khawatir, putriku sekarang baik-baik aja cuman kecapean"

"Alhamdulillah syukurlah kalo begitu"

"Kami sekeluarga akan menunggu kembali keputusan dari putrimu Kalo begitu saya tutup telponnya, Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam" telpon pun terputus.

*****

Keluarga Ndalem sedang makan bersama, tetapi tidak dengan Adzkiya entah apa yang dilakukan gadis itu di kamar. Dari tadi di panggil dan hanya menyahuti sebentar. Sampai sekarang pun belum turun.

Langkah kaki seseorang menuruni tangga terdengar oleh semua orang yang sedang asik makan.

"Maaf semuanya Kiya baru dateng"

"Duduk terus langsung makan aja nak"

"Iya Bi"

Adzkiya menyantap makanan yang ada di piringnya dengan lahap "Emmmm enak banget ini buatan siapa Bi" tanya Adzkiya.

"Buatan istri Abang lah" menyahut Gus Abizar.

"Ih orang nanyanya Abi kok Abang yang jawab sih"

"Lah serah Abang dong, mulut mulut Abang"

Adzkiya menatap sinis Gus Abizar dimana keduanya memberikan tatapan permusuhan.

"Mulai lagi berantemnya, ini dihadapan kita itu rezeki" keduanya terdiam dengan penuturan Abi Hasan.

"Lanjutin makannya, dan diam jangan ada yang bicara dulu dihadapan makanan gak baik" sambung Abi Hasan.

"Maaf bi"

"Iya Bi Kiya juga minta maaf"

Mereka memakan kembali makanan yang sempat terhenti karena perdebatan kakak adek itu.

"Bi malam ini Kiya boleh ngga ke asrama, udah lama soalnya Kiya ngga kesana"

"Di sini aja ya nak, nanti kalo kamu kesana bakalan begadang ya kan karena kalian besok libur pasti ngabisin waktu malam untuk ngobrol gak jelas, begadang gak baik buat kesehatan kamu"

"Kenapa sih semuanya apa-apa ngga boleh, mau itu ngga boleh mau ini ngga boleh juga"

"Nak kita bukannya gak bolehin kamu kita hanya takut kamu kenapa napa lagi jadi kita lebih baik menghindari dari pada mengobati"

"Yaudah Kiya tau semuanya untuk kebaikan Kiya, kalau gitu Kiya ke kamar dulu assalamualaikum."

"Dek, Abi belum selesai ngomongnya" teriak Gus Abizar.

"Sudahlah Bizar, biarin aja"

Dikamar...

"Gini banget sih nasib aku cape rasanya ya Allah" gumam Adzkiya tengkurap di atas kasur. Tak terasa air matanya mulai mengeluarkan butiran-butiran cairan bening.

"Ah cengeng banget sih aku" gadis itu menghapus air matanya.

"Jadi rindu sama ummi, apa besok izin aja ya sama Abi ke makam ummi udah lama gak kesana lagi pula besok kan libur"

Pagi hari tiba Adzkiya sudah rapi dengan gamis berwarna coklat muda dan hijab berwarna sedikit coklat tua. Kiya menuruni anak tangga satu persatu.

"Mbak" panggilnya.

"Kenapa" tanya Ning Zahna.

"Mbak liat Abi ngga"

"Dari subuh belum balik dek, sama mas Bizar juga"

"Oh gitu ya mbak yaudah deh Kiya ke kamar lagi ya mbak"

"Iya dek nanti kalo Abi sama mas Bizar pulang mbak panggil kamu"

"Makasih ya mbak"

"Sama-sama"

Bersambung.....

••|||••

Jangan lupa vote dan komennya.

Sekian terima kasih.

Continue Reading

You'll Also Like

578K 21.6K 43
[SUDAH TERBIT] TERSEDIA DI SHOPEE Wanita dijaga dengan sebaik-baiknya jangan kamu kotori dengan mengajaknya pacaran udah zina dosa juga -Aisfa Humai...
679 66 10
Azzura clarissa birson [MAAF!! kalau banyak typo di cerita ini,ini cerita pertama aku. dan aku juga baru dalam dunia tulis menulis. mohon kritik dan...
200K 1.6K 6
Menceritakan seorang wanita Malang,Dia adalah Zila kianara Azzahra seorang wanita yang Ingin di Khitbah oleh lelaki Yang ia cintai,namun lelaki yang...
408K 19.5K 62
FOLLOW DULU SEBELUM BACA !!! ⚠️IDE ITU SANGAT MAHAL!⚠️ ⚠️DILARANG PLAGIAT!!!⚠️ "Nak, apakah engkau bersedia jika Abi menikahkanmu dengan putra kam...