Aula persidangan pengadilan kekaisaran terasa tegang. Cahaya yang masuk dari jendela-jendela tinggi punmenerangi ruangan yang luas.
Di tengah-tengah ruangan yang megah Eluned berdiri dengan tangan terikat. Serta pandangannya yang terpaku ke lantai. Sebelumnya Eluned dinyatakan bersalah atas tuduhan yang mengejutkan semua orang.
Eluned terbukti merencanakan penculikan dan pembunuhan terhadap Sera. Bukti-bukti yang diajukan pun terbukti sangat kuat. Terutama saat para prajurit bayaran yang terlibat dalam rencana itu mengeluarkan sebuah surat transaksi dan perjanjian di antara mereka.
Surat perjanjian itu menjadi bukti krusial yang menguatkan dakwaan terhadap Eluned. Dokumen itu menyatakan secara jelas tujuan mereka yang terkait dengan rencana jahat tersebut.
Sera yang menghadiri di persidangan tersebut. Hanya bisa menampilkan raut wajah datar. Meskipun begitu dalam dirinya masih ada kebingungan yang mendalam.
Dia masih tidak bisa percaya bahwa monster-monster yang menyerangnya sebelumnya. Ternyata merupakan bagian rencana dari Eluned yang meminta bantuan seorang penyihir hitam.
Rasa lelah yang melanda Sera menjadi lebih terasa saat dia menghela nafas dengan berat. Setelah persidangan itu berakhir. Sera melangkah menuju sebuah taman dengan ditemani oleh Ardan.
Saat berada di taman yang tenang. Sera bisa merasakan hembusan angin yang menyegarkan. Namun, pikirannya masih terhimpit atas apa yang terungkap dalam persidangan tadi.
"Aku masih tak bisa mempercayainya sampai sejauh ini." Ucap Sera dengan suara yang pelan.
Ardan melirikkan mata pada Sera. Lalu kembali meluruskan pandangannya. "Itu karena rasa iri dan cemburu yang membuatnya seperti itu."
Sera menganggukkan kepalanya. Di kehidupan sebelumnya pun dia juga pernah melakukan hal itu. Lantas Sera membalikkan badannya 90 derajat pada Ardan.
"Tapi apa kau tidak merasa aneh dengan monster-monster itu?" Ujar Sera sambil memiringkan kepalanya.
Ardan hanya menghela nafas panjang. "Monster itu Shadowfang Ravager. Mereka diciptakan menggunakan kekuatan sihir manipulasi bayangan. Tapi aku masih harus menyelediki apa orang itu adalah orang suruhan yang sama atau ada maksud lain dia mengincar pedangmu."
Sesaat Sera mengerutkan keningnya. "Sejak kemarin kau selalu bilang orang-orang yang mengacau itu adalah suruhan orang itu. Sebenarnya orang itu siapa?"
"Draven shadowsoul. Dulunya dia melayani Dewi Valaria dengan sangat loyal. Namun, suatu hari dia mengetahui sesuatu yang tak seharusnya dia ketahui. Dari sana dia memiliki ambisi untuk berkuasa." Jelas Ardan secara singkat.
Sontak Sera membulatkan bibirnya. "Apa dia sama sepertimu?"
Ardan kemudian menganggukkan kepalanya pelan. "Sayangnya, Dewi Valaria menyegel kekuatannya. Tapi meski begitu dia masih berambisi untuk berkuasa bagaimana pun caranya."
*****
Di tempat yang berbeda, Eluned sedang digiring oleh sekelompok prajurit dan beberapa kesatria tiba-tiba terhenti. Saat mereka tak sengaja berpapasan dengan Eva.
Lantas para prajurit dan kesatria itu seketika menundukkan kepala mereka dengan rendah secara serentak. Yang kemudian di balas anggukkan kecil oleh Eva. Sedangkan Eluned yang melihat itu refleks berdecih.
Kemudian Eva mengalihkan pandangannya pada Eluned yang menatapnya dengan tajam. "Tatapanmu seolah seperti mengejekku." Tukas Eluned dengan tajam.
Mendengar itu sontak Eva mengerjapkan matanya. "Bagaimana bisa anda mengatakan seperti itu, Lady."
"Saya turut prihatin dengan apa yang menimpa anda." Sambung Eva dengan menampilkan senyum tipis. Membuat Eluned sedikit meradang.
"Kau mengatakan seperti itu dengan ekspresi yang terlihat sangat senang. Apa karena kini sainganmu berkurang." Tukas Eluned kembali.
"Haruskah saya mengatakan iya pada anda." Balas Eva dengan sedikit menampilkan senyum miring.
Seketika Eluned menampilkan raut wajahnya datar. Lalu sedikit menaikkan salah satu sudut bibirnya ke atas. "Lebih kau mengubur mimpimu itu. Sainganmu kali ini lebih dariku."
Eva yang mendengar itu hanya mengerjapkan matanya. Seraya tersenyum tipis. "Benarkah?"
"Sebelumnya saya berterima kasih atas saran yang anda berikan. Tapi Lady boleh saya mengatakan sesuatu pada anda." Sambung Eva. Lantas Eva berjalan mendekati Eluned. Lalu sedikit mendekatkan bibirnya pada telinga perempuan itu.
"Lady Ravenscorft adalah saingan yang sangat sebanding dengan saya. Dibandingkan dengan anda." Bisik Eva. Sebelum akhirnya dia kembali memundurkan langkah.
Eluned yang mendengar hal itu sontak mengepalkan kedua tangannya. Matanya menatap tajam pada Eva yang tengah tersenyum miring padanya.
"Sayang sekali, saya memiliki urusan lain. Senang bisa bertemu denganmu, Lady." Ujar Eva.
Sebelum akhirnya Eva menundukkan kepalanya dengan rendah. Lalu melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Eluned. Namun, begitu Eva membelokkan jalannya.
Tanpa saja dia berpapasan dengan Lucian. Membuat Eva menghentikan langkahnya. Sontak Eva langsung membungkukkan badannya dengan rendah. "Suatu kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan anda, Yang Mulia."
Sedangkan Lucian hanya melirikkan matanya. Memandang perempuan tersebut dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Lalu sedikit mengerutkan keningnya.
"Kau,"
"Ah, saya belum pernah memperkenalkan diri saya di hadapan Anda. Sebelum mohon ijin memperkenalkan diri, Yang Mulia. Saya Evangeline Quickbeam. Suatu kehormatan bisa memperkenalkan diri saya di hadapan anda." Ujar Eva seraya menundukkan kepalanya.
"Mohon maaf atas keterlambatan saya dalam memperkenalkan diri." Lanjut Eva dengan sopan.
Lucian tak menjawab. Dia hanya memandang Eva dengan datar. Sementara Eva yang tidak mendapatkan respon apapun dari Lucian. Hanya menampilkan senyum tipisnya.
"Apa anda akan kembali ke istana, Yang Mulia?" Tanya Eva dengan lembut.
"Tidak." Jawab Lucian dengan singkat.
Eva sontak mengerjapkan matanya. Lalu kembali menampilkan senyumnya. "Saya pikir anda akan kembali ke istana."
Sesaat Lucian mengerutkan keningnya. Lalu sedikit memiringkan kepalanya. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
Entah mengapa dia selalu merasa sedikit tidak asing dengan wajah perempuan di hadapannya ini. Tapi dia tak ingat pernah bertemu dengan perempuan itu dimana.
Sedangkan Eva terus mempertahankan senyumnya. "Sepertinya anda tak mengingatnya ya, Yang Mulia."
Sontak Lucian semakin mengerutkan keningnya. Begitu mendengar pernyataan tersebut. "Kita pernah bertemu sebelumnya. Saat di depan halaman istana beberapa hari lalu, Yang Mulia." Ujar Eva dengan sopan.
Seketika Lucian mengerjapkan matanya. "Maksudku, sebelum saat itu."
Eva kemudian terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Kita tak pernah bertemu sebelumnya Yang Mulia." Ujar Eva dengan sopan.
Lucian tak menjawabnya. Dia hanya bergeming. Sedangkan Eva yang melihat itu hanya tersenyum tipis. "Sepertinya anda pernah bertemu dengan seseorang yang mirip dengan saya." Ujar Eva dengan lembut.
"Sepertinya." Sahut Lucian dengan singkat.
Namun, kemudian Lucian sedikit mengalihkan pandangannya. Siapa sangka kedua matanya tak sengaja melihat dua sosok yang sedang berjalan beriringan dari kejauhan. Membuatnya seketika terpaku saat melihat kedua sosok tersebut.
Lucian bisa melihat interaksi keduanya yang terlihat sangat dekat satu sama lain. Bahkan sesekali terdengar tawa ringan yang memecah keheningan dari salah satunya.
Hal itu sontak membuat Lucian menyorot kedua sosok tersebut dengan pandangannya yang tajam. Apalagi saat dia tak sengaja melihat ekspresi ceria yang terpancar dari wajah Sera pada sosok pria di sampingnya.
Refleks Lucian mengepalkan salah satu tangannya dengan keras. Seolah menyalurkan emosinya yang mulai bergolak. Sedangkan Eva yang bisa memperhatikan raut wajah Lucian tersebut.
Sontak ikut mengalihkan pandangannya. Namun, dia tersenyum tipis. Saat mengetahui apa yang membuat raut wajah pria di sampingnya ini berubah.
"Sepertinya kerabat jauh Lady Ravenscorft telah kembali." Ujar Eva dengan tiba-tiba.
Lantas Lucian menolehkan kepalanya. Dengan kening yang berkerut. "Kerabat jauh?"
"Iya, beliau pernah mengatakannya jika pria di sampingnya itu adalah kerabat jauhnya." Sahut Eva dengan pelan.
"Saya pernah berpikir kalau pria di sampingnya itu kekasih Lady Ravenscorft. Karena mereka terlihat sangat dekat. Tapi ternyata beliau adalah kerabat jauh Lady Ravenscorft." Ujar Sera sambil tersenyum.
"Ah, mengingat itu membuat saya sedikit merasa bersalah padanya. Karena tanpa sadar saya membuat pernyataan yang tidak benar." Timpal Eva.
Lucian yang mendengar perkataan itu kemudian kembali bergeming. Sebelum akhirnya dia kembali mengalihkan pandangannya. Dengan sorot matanya yang tajam.
*****
Namratsr | Na