CINTA PALING RUMIT ( Update s...

By meigasellaap

10.1K 623 10

Selamat menyelami dunia Alana Maheswari. Entah kalian akan menemukan hal apa yang mungkin tidak pernah kalia... More

prolog
satu (21+)
2. mine?
3. perdebatan kecil
4. Beruang Madu di Halte
5. teman sendiri
8. your mine
6.
16. Edgar dan Gilang
7. terserah kamu
18.
17.
9. diperkosa suami sendiri
19
20 (21+)
10. keputusan
21. cekcok diatas motor
second
22. ngisi
12. si apoteker berjalan
23 (21+)
24 (awal mula)
13.
25. honestly
26
27. ahh oberthinking!
14. gadis kecil
28
29
30
15
32. puncak

31. ya

23 0 0
By meigasellaap

Alana menghembuskan napasnya dengan panjang. Semalam, ia tidak jadi mengerjakan tugasnya karena GILANG  telah menguasai pikirannya. Laki-laki itu sedang asik dengan pekerjaannya. Sehingga, membuat Gilang jarang memberikan kabar untuk Alana. HAH! Jangan ditanya lagi seberapa besar overthinking  Alana sekarang ini. Pikiran negatif-negatif langsung saja menyerbu isi kepalanya. Berulang kali juga Alana menyumpah serapah. Walaupun, tadi malam Alana menghabiskan satu gelas kopi untuk menahan ngantuknya, tetap saja perempuan itu tertidur dengan pulas. Bahkan, posisi tidurnya tidak beraturan dan ditambah lagi perutnya yang semakin membesar. Perempuan itu jadi mudah tidur di sembarang tempat. Padahal, Alana termasuk tipikal seseorang yang tidak bisa tidur dengan sembarangan.

Mata Alana begitu berat hanya sekedar untuk membuka mata lebarnya. Alana berusaha membuka matanya kembali. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamar tidurnya. Alana juga tidak tahu harus melakukan apa untuk menghilangkan rasa rindunya yang masih bercokol dalam hatinya.

Ini bukan tentang bagaimana seiring jalannya waktu bisa menghapus rasa rindu itu, tapi ini tentang bagaimana cara menanganinya dengan cepat. Ah! Mau bagaimanapun juga cara menanganinya jika bukan dari dirinya sendiri yang tergerak, sama saja stuck.  Sama saja jika hidup Alana dipergunakan untuk hal-hal yang berbau sakit, pikirnya. 

Alana seklai lagi mengecek notifikasi di ponsel cerdasnya. Namun, Gilang hanya terakhir kali mengirimkan pesan untuknya tadi malam dan setelah itu, nomor Gilang sudah tidak aktif ketika Alana meneleponnya. Hal seperti inilah yang Alana benci. Teringat dengan jelas, jika Gilang pernah berkata untuk mengirimkan pesan untuknya setiap hari agar Alana tidak merasakan kekhawatiran. Namun, Gilang telah membohonginya.

Tiga harian yang lalu, Gilang sempat memberikan kabar untuk perempuan itu. Namun, tidak lama karena Gilang kembali bekerja. Kalau tidak salah, waktu adalah waktu jam istirahat siang Gilang.

Sekali lagi, perempuan itu menghembuskan napasnya dengan kesal. Sepagin ini saja, pikiran Alana sudah tidak karuan. Hingga ketukan pintu kamarnya, ia tidak mendengarkannya. Ibu Alana masuk kedalam kamar Alana. 

"mikir apa, lagi?" Pertanyaan itu membuat Alana langsung menoleh pada ibunya. 

"Ibu, nggak ketuk pintu dulu," kata Alana lagi. 

Ibu Alana telah membawakan segelas susu hangat untuk Alana yang diletakkan oleh beliau di atas nakas sebelah ranjang Alana. 

"Ibu sudah mengetuk pintu. Tapi. kamunya aja yang tidak mendengar," kata ibunya setelah meletakkan segelas susu tersebut, "kamu itu sudah punya suami, mbok ya harus bisa bangun pagi. Kebiasaan nggak baik itu ditinggalin,"

Alana kembali menghembuskan napasnya dengan panjang setelah kalimat itu keluar dari  mulut ibunya. Yang dilakukan oleh Alana adalah menenggelamkan kepalanya diantara kedua bantal. Saat ini, ia sedang berada difase engah mendengarkan omelan daei ibunya. HAH!

Ponsel Alana berdenting, menandakan sebuah pesan masuk. Tentu saja ia langsung bergegas mengambil ponselnya dengan senyuman yang sumringah. Sehingga  membuat ibunya hanya mampu menggelengkan kepalanya karena melihat tingkah laku anaknya.  

Namun, senyuman Alana memudar ketika melihat siapa yang telah mengiriminya pesan. Ternyata, Axel. YA! Cowok itu telah meminta Alana untuk bertemu dengannya. 

"kenapa, lagi?" tanya ibunya terus terang.

"Nggak papa. cuma temen yang ngabarin besok ada pelatihan diluar kota," 

"Oh yaudah, ibu mau kedapur dulu," 

Alana menghembuskan napasnya dengan lega. Ia bergegas menuju ke kamar mandinya. Walaupun hari ini adalah hari libur, Alana ingi keluar untuk mencari udara segar. Setidaknya ke taman dekat rumahnya hanya sekedar melakukan jogging.

***

Perut Alana terasa mual sepagi ini. Setelah mandi, ia mengenakan celana olahraganya yang cukup ketat. Dengan topi putih bertengger manis diatas kepalanya. Alana mengenakan baju jaket supaya ia tidak kepanasan ketika ia jala diluar. Hal itu malah membuat perut Alana yang buncit malah tidak terlihat karena bersembunyi di balik jaket besar miliknya. Perempuan itu juga mengoleskan sedikit lipt tint untuk memerahkan bibir ranumnya. Dengan sepatu putihnya, Alana bergegas keluar dari kamarnya.

Ruangan pertama kali yang ia lihat adalah ruangan tengah yang cukup sepi. Tiba-tiba saja Alana teringat semasa dulu, semasa ia masih duduk di bangku SMA. Peristiwa saat ini sama persis dengan masa itu. Ruangan yang sepi. Ayahnya saat itu sedang dinas keluar kota. Ayah Alana adalah salah satu kepala sekolah Menengah Atas disalah satu sekolah swasta yang ada di kota Jogja. Sehingga mengharuskan beliau jarang dirumah dan berkumpul seperti biasanya. Ibunya, ah mungkin ibu Alana sudah berada didalam kamar menonton salah satu serial drama korea. Alana adalah anak satu-satunya. Namun, ibu Alana banyak mengangkat anak dari anak didik suami beliau sendiri.

Tanpa berpamitan, Alana keluar dari rumahnya. Bukan tanpa alasan Alana memilih tinggal bersama dengan ibunya. Gilang juga menyuruhnya seperti itu.

Sebenarnya, ada adik angkat Alana yang bisa menemaninya dirumahnya sendiri. Namun, karena ini juga musim liburan anak-anak perkuliahan, jadi adik angkatnya lebih memilih untuk pulang ke kampungnya.

Ah, sudahlah!

Alana berjalan menuju taman dekat rumahnya, ponselnya berdenting lagi. Menandakan sebuah pesan masuk di WhatsApp. Sekali lagi, Alana berharap jika pesan tersebut dari Gilang. Namun, Alana salah. Pesan itu datang dari teman kerjanya di sekolah.

Pesan itu berisi foto Alana yang sedang berjalan menuju taman dekat rumahnya. Spontan saja, Alana langsung mencari sumber pemantau dirinya saat ini.

Dan Alana menemukan seseorang dengan tubuh tinggi atletisnya yang saat ini sedang tersenyum manis dengan Alana. Dibawah pohon mangga besar, pria itu duduk sembari tersenyum pada Alana. Senyumannya semringah. Alana menghampiri pria itu sembari tersenyum.

"Pak Albert disiini, juga?" tanya Alana setelah ikut duduk disebelah pria itu yang bernama Albert.

Albert tersenyum manis sebelum menjawab, "iya, Bu. Kebetulan, perumahan saya juga berada di sini," kata Albert sembari menyodorkan kebab untuk Alana, "ini dimakan. Tadi saya sengaja beli lebih untuk keponakan saya yang bakalan datang hari ini. Tapi, tidak jadi. Jadi, saya kasihkan ke Bu Alana," lanjut Albert.

"Manggilnya biasa aja kali, Pak Albert. Saya berasa tua sekali di panggil dengan sebutan Bu," Alana memprotes.

Albert tertawa karena Alana.

"Ah boleh, kah?" tanya Albert memastikan.

"Boleh, Pak," kata Alana langsung. Alana juga menerima uluran kebab dari Albert dan mengucapkan kata terima kasih pada Albert.

Keduanya saling berbincang asik dibawah pohon mangga itu.

Semenjak mengenal Gilang, Alana menjadi perempuan yang memiliki jiwa bersosialisasi baik dengan orang-orang terdekatnya. Sebelumnya, Alana memang malas hanya untuk sekedar bersosialisasi dengan orang sekitarnya.

Hingga mereka juga berjalan untuk menuju kedai-kedai kulineran yang disediakan di taman itu. Karena jika hari minggu, memang sangat ramai pengunjung yang sedang berolahraga. Maupun, hanya sekedar berjalan santai seperti Alana.

Albert banyak membelikan kulineran untuk Alana. Sepertinya, hampir semua kedai disitu mereka singgahi. Ah! Lumayan lah untuk mengurangi sedikit porsi rindu Alana pada Gilang.

Matahari kian naik keatas seiring berjalannya jarum pendek pada jam tangan yang dipakai oleh Alana. Mereka lebih memilih untuk beristirahat sejenak disalah satu kedai sembari meminum kopi racikan dari salah satu kedai tersebut.

"Lain kali kayak gini lagi ya, Pak. Kan saya jadi seneng," kata Alana lalu menyeruput kopinya.

Albert tertawa. Seperti mendapatkan teman bercerita satu frekuensi, pria itu telah melepaskan tawanya.

"Ah gampang. Doain saya aja rejekinya lancar terus," kata Albert sembari tertawa lebar.

"Tenang soal itu, Pak,"

Ponsel Alana berdenting, menandakan sebuah pesan masuk. Namun, perempuan itu enggan untuk membukanya. Karena sudah bisa ditebak jika pesan itu pasti dari orang yang ia harapkan.

Alana dan Albert banyak tertawa untuk minggu pagi ini. Albert adalah teman mengajar di sekolah tempat Alana mengajar. Albert juga sebenarnya pribadi yang lucu dan mampu mencairkam suasana. Sebut saja jika Albert adalah orang yang humoris dan cukup royal.

Continue Reading

You'll Also Like

4M 124K 87
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
49.3K 1.6K 17
Amel Natasya seorang gadis biasa, sederhana, dan cantik yang terlahir dari keluarga sederhana. Dia bekerja di sebuah play group, dia sangat menyukai...
1.4M 43.9K 13
Ebook ready di google playbook. Cerifa akan saya publish ulang sampai tamat sebagai bentuk promosi. Araka Andriano merupakan seorang Lelaki yang sud...
1.7K 330 33
Swara dan Ranveer saling jatuh cinta. Tapi sebuah kesalahpahaman membuat Swara terpaksa menikah dengan Sanskar. Sedangkan Sanskar memang mencintai Sw...