Sera seketika melirikkan matanya pada Jose yang berdiri di sampingnya. Yang terlihat sibuk mengibaskan jubahnya. Lantas Sera kembali meluruskan pandangannya.
"Lebih baik kau mengeringkan pakaianmu." Ujar Sera dengan melipat kedua tangan di depan dada.
Saat ini ia sedang duduk di salah satu kursi yang di sediakan pada pesta tersebut. Matanya memandang lurus para tamu yang sedang berdansa dengan partner masing-masing. Ada juga yang berkumpul sesuai kumpulannya.
"Tidak apa-apa, Lady. Ini akan kering dengan sendirinya." Sahut Jose dengan sopan.
"Dari tadi kau mengibaskannya. Aku tahu, kau risih. Lebih baik kau mengeringkannya. Aku akan menunggu disini."
"Tapi, La-"
"Aku tak akan kemana-mana, Sir Jose." Ujar Sera sambil sedikit menghela nafasnya.
Sesaat Jose terlihat ragu untuk meninggalkan Sera. Tapi dia juga sedikit tidak nyaman dengan jubahnya yang terlihat basah. Pasalnya jubahnya bukan berwarna gelap. Melainkan berwarna terang yang membuatnya sangat terlihat jelas bekas minuman tersebut.
"Keringkan pakaianmu." Ulang Sera dengan nada memerintah.
Sontak Jose membungkukkan badannya dengan rendah. "Saya akan kembali dengan cepat, Lady."
Sera menganggukkan kepalanya. Lantas Jose langsung membalikkan badannya. Kemudian berlalu keluar dari aula pesta tersebut.
Sepeninggalan Jose. Sera kembali menghela nafas panjang. Seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Entah kenapa ia merasa bosan dengan pesta ini.
Tahu begitu ia akan mengajak ayahnya ke sini. Andai Ardan sudah kembali. Mungkin ia akan mengajak pria itu. Sayangnya, hingga saat ini pria itu tak kunjung kembali.
Lantas Sera mengedarkan pandangannya. Tunggu entah kenapa sedari tadi ia tidak melihat Eva pada pesta ini. Padahal di kehidupan sebelumnya perempuan itu akan selalu ada di setiap pesta apapun itu. Sontak Sera mengangkat kedua alisnya dengan acuh.
Namun, tak sengaja matanya melirik pada seseorang berjubah hitam yang berdiri di area luar aula. Refleks Sera mengernyitkan dahinya.
Seketika orang itu berjalan menjauhi pesta tersebut. Sera mengerjapkan matanya sesaat. Sebelum akhirnya ia bangkit dari kursi. Lalu berjalan mengikuti orang tersebut. Namun, begitu Sera menjauhi pesta tersebut. Tak lama Jose kembali.
"Lady, saya sud-"
Sontak Jose bergeming dengan mata yang mengerjap. Refleks dia mengerutkan keningnya. Saat dia tidak melihat Sera di bangku tersebut.
"Lady." Panggil Jose.
Lantas Jose mengedarkan pandangannya dengan cepat. Guna mencari satu sosok yang dia jaga sebelumnya. Namun, di antara kerumunan tersebut Jose sama sekali tak melihatnya.
*****
Di sisi lain, Sera terus mengikuti langkah orang tersebut. Dengan sesekali ia bersembunyi di balik antara tiang yang menjulang tinggi. Sesaat Sera sedikit menyembulkan kepalanya.
Namun, seketika ia mengerutkan keningnya. Saat sosok berjubah itu terlihat memandang sekitar. Seperti memperhatikan situasi. Sebelum akhirnya dia kembali berjalan.
Dengan cepat Sera mengikuti sosok tersebut. Akan tetapi Sera mengerutkan keningnya. Saat langkah orang itu mengarah ke belakang istana.
Sayangnya, langkah orang itu begitu cepat. Hingga membuat Sera kehilangan jejaknya. Sontak Sera berdecak pelan. Dengan mata yang memandang sekitarnya. Kemana orang itu pergi. Lantas Sera memutuskan untuk mencarinya.
Namun, sialnya begitu Sera menginjakkan kakinya di sebuah taman yang terdapat di belakang istana. Seketika sekelompok orang yang berpakaian serba hitam layaknya seorang prajurit bayaran dengan masing-masing memegang pedang muncul di hadapannya.
Sialan, rupanya ini jebakan. Batinnya.
Sesaat Sera melirikkan matanya memandang satu persatu orang-orang itu. Refleks Sera sedikit menyunggingkan senyum miringnya. Kira-kira siapa yang mengirim orang-orang ini.
Sayangnya, saat Sera sedang tenggelam dalam pikirannya. Tiba-tiba pikirannya buyar saat salah satu dari prajurit bayaran tersebut mendadak menyerangnya tanpa aba-aba.
Refleks Sera menghindarkan tubuhnya dari serangan yang tiba-tiba itu. Sontak yang lainnya pun ikut menyerangnya dari berbagai arah.
Dengan lincah Sera menghindari serangan tersebut. Dengan gesitnya Sera juga melancarkan tendangan yang tajam ke arah pinggang orang-orang tersebut.
Namun, ia sedikit lengah hingga tak menyadari jika di belakangnya. Ada satu orang yang kemudian membekap kuat mulut dan hidungnya dengan sebuah kain.
Tunggu, bukankah ini aroma Lavender. Apa orang-orang ini bodoh menggunakan aroma Lavender untuk membuat seseorang pingsan.
Baiklah, ia ikut saja alur orang-orang ini. Ia juga ingin tahu siapa yang mengirim orang-orang ini. Siapa tahu dengan mengikuti orang-orang ini.
Ia bisa mengetahui orang yang memerintahkan mereka. Lantas Sera pun memejamkan matanya sekaligus melemaskan tubuhnya. Untuk berpura-pura pingsan.
Samar-samar Sera sedikit mendengar suara mereka. Meski tidak begitu jelas karena tertutup oleh topeng wajah. Namun, seketika Sera bisa merasakan tubuhnya yang dibopong.
Lalu Sera juga bisa merasakan tubuhnya diletakkan ke dalam sesuatu seperti gerobak pengangkut. Tak lama Sera merasa gerobak itu bergerak.
******
Lucian yang baru saja kembali ke aula pesta. Seketika mengerutkan keningnya. Saat melihat salah satu kesatrianya berjalan menghampirinya. Dengan beberapa prajurit di belakangnya. Membuat para tamu yang berada di pesta itu memandang heran pada mereka.
Lantas Lucian mengangkat sebelah alisnya dengan heran. "Ada apa ini?"
"Yang Mulia, mohon maaf atas kelalaian saya. Lady Ravenscorft menghilang." Ujar Jose dengan menundukkan kepalanya.
Seketika tubuh Lucian terpaku. Dengan kedua mata yang memandang tajam pada Jose. "Bukankah aku menyuruhmu untuk tetap menjaganya." Ucap Lucian dengan dingin.
Sontak Jose semakin menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah. "Mohon maaf, Yang Mulia. Tadi saya sempat pergi sejenak la-"
"Kau pergi?" Ulang Lucian dengan nada yang sedikit menggeram.
Bagaimana bisa kesatrianya bisa selalai ini hanya menjaga satu orang. Seketika emosinya bergelolak di dalam dirinya begitu mendengar kalimat tersebut. Hingga tanpa sadar salah satu tangannya terkepal dengan erat.
"Sepertinya kau sudah bosan hidup." Ujar Lucian dengan geram.
Seketika tubuh Jose menegang. Dengan nafas yang tercekat di tenggorokannya. Selama dia mengabdikan dirinya kepada Lucian. Ini pertama kalinya Lucian melontarkan kalimat tersebut.
Sementara pesta yang tadi meriah dengan alunan musik okestra yang mengiringi lantai dansa seketika terhenti. Saat segerombolan prajurit memasuki aula pesta. Dengan di pimpin oleh Kaelen. Sontak Kaelen membungkukkan badannya dengan rendah di hadapan Lucian.
"Yang Mulia, ada sesuatu yang ingin saya tunjukkan pada anda." Ucap Kaelen dengan sopan.
Lantas Lucian melirikkan matanya dengan tajam pada Kaelen. Begitu mereka sampai di taman belakang istana. Lucian menatap datar pemandangan tersebut.
"Sepertinya ada yang berniat mencelakai Lady Ravenscorft, Yang Mulia." Ujar Kaelen.
Lucian terdiam dengan pandangan lurus. Matanya mengedar ke sekitar area tersebut secara perlahan. Tak ada ekspresi apapun yang ditunjukkan oleh Lucian. Selain raut wajahnya yang terlihat datar.
Lucian masih merasakan emosinya bergolak di dalam dirinya. Lantas Lucian mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Seolah menyalurkan emosi yang dia rasakan saat ini.
"Cari wanita itu hingga ke seluruh penjuru istana. Larang siapapun yang keluar masuk istana saat ini. Kalian tak boleh berhenti mencarinya sebelum menemukan wanita itu." Perintah Lucian.
Sontak para prajurit yang lain menundukkan kepala mereka mengerti secara serentak. "Baik, Yang Mulia."
Lantas para prajurit itu langsung berpencar untuk mencari Sera. Sedangkan Lucian masih bergeming dengan mata yang menatap tajam para prajurit bayaran yang tergeletak. Dengan di temani Kaelen dan beberapa kesatria lainnya.
Seketika terdengar suara lenguhan dari salah satu prajurit bayaran tersebut. Dengan cepat salah satu tangan Lucian menarik pedang yang menggantung di pinggang Kaelen. Hingga membuat Kaelen tersentak.
Lalu pedang itu terhunus ke depan orang tersebut. Sedangkan orang yang baru membuka mata itu. Seketika nafasnya tercekat saat melihat sebuah pedang mengarah ke depan wajahnya.
"Katakan padaku kemana kalian membawanya." Ucap Lucian dengan penuh penekanan.
*****
Namratsr | Na