Game Over

بواسطة manusiabiasaalahhh

711K 70.4K 1.9K

Hal yang paling menyedihkan adalah menyesali sesuatu yang tidak dapat terulang kembali. Hanya kata "Jika" yan... المزيد

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39 - Part 1
Chapter 39 - Part 2
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Extra Chapter
Ayo di cek!

Chapter 27

15.2K 1.8K 53
بواسطة manusiabiasaalahhh

Rule No.27

Let your other side take over for now

***

"Kau punya rokok?" Mulutnya terasa pahit.

**

"Y-ya tuan muda?" Dokter dan dua orang perawat lainnya saling bertatapan. Sepertinya kedua telinga mereka bermasalah.

Jethro meringis pelan. Wajar saja jika mereka bereaksi seperti itu. Sepertinya ia salah berbicara.

"Lupakan." Jethro memalingkan wajahnya dengan perasaan canggung. Ini salahnya.

Dokter itu mengangguk, wajar saja jika tuan mudanya ini mengatakan hal yang aneh. Dia baru saja terbangun dari koma.

"Tolong panggilkan tuan Gillmore, dan beritahu mereka keadaan tuan muda." Suruh Dokter itu pada salah satu perawat di sana.

Jethro berpikir keras begitu mendengar nama itu kembali. Ia merasa tidak asing dengan nama itu.

"Tuan Gillmore mu itu, dia Romanova?" Tanya Jethro pada sang dokter untuk memastikan. Tidak ada Gillmore lain yang pernah ia dengar selain dari keluarga Romanova.

Dokter itu mengangguk, "benar tuan."

Oke, perasaannya menjadi tidak enak sekarang, "Negara mana ini?" Tanya Jethro lagi.

"Negara xxx, anda berada di mansion milik Romanova sekarang."

Jethro tidak tahu harus berkata apa. Kenapa juga ia dibawa kesini?!

"Jethro!" Sahutan itu membuat Jethro menengok ke asal suara. Ia melihat cukup banyak orang yang menghampirinya dari arah pintu.

Wajah-wajah asing yang baru pertama kali Jethro lihat membuatnya terdiam. Apa ia melakukan kesalahan besar sebelumnya?

Alora menatap Jethro dengan tangis haru nya. Waktu yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang juga.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Gillmore, namun tatapannya mengarah tepat pada Jethro.

"Keadaan tuan muda sudah stabil, namun masih harus tetap beristirahat dan dilarang beraktivitas berlebihan. Tuan muda belum boleh melakukan aktivitas seperti biasanya." Jelas Dokter.

Gillmore mengangguk, ia berjalan mendekat pada ranjang tempat Jethro berada.

"Kau baik?" Tanya Gillmore sembari menutupi rasa canggungnya. Baru pertama kalinya ia berbicara pada Jethro secara langsung seperti ini. Tidak seperti kemarin-kemarin disaat Jethro masih tertidur.

"Tuan, tidak seharusnya saya berada disini." Jawab Jethro melenceng. Masih banyak pekerjaan di negara sana yang harus ia selesaikan!

"Kamu tidak senang, nak?" Sendu Alora.

Bukan maksud Jethro untuk menyinggung mereka, ia hanya merasa ini bukan tempatnya.

"Tidak seperti itu." Jawab Jethro. Ia bingung dengan situasi yang ia alami sekarang. Ingatan terakhir yang ia ingat hanya ketika dirinya sedang sibuk berlari bersama seorang anak di gendongannya. Ah, apa anak itu baik-baik saja?

"Mom, Jethro mungkin masih bingung dengan situasi saat ini." Sahut Matteo begitu melihat Jethro yang terdiam dengan pikirannya.

"Anak itu, apa dia selamat?" Tanya Jethro yang benar-benar berharap akan jawaban baik.

Gillmore menepuk pelan kepala Jethro, "Kau sudah menolongnya sebaik mungkin, namun anak itu lebih memilih pergi menyusul kedua orangtuanya."

Mungkin ini yang terbaik, pikir Jethro. Setidaknya tidak ada rasa penyesalan di dalam hatinya.

"Kamu tahu kami, nak?" Tanya Alora lembut. Ia ingin membuat Jethro semakin dekat dengan mereka secara perlahan, mungkin dengan perkenalan akan menjadi langkah pertamanya.

Jethro tidak yakin, "Anda tuan Gillmore?" Tatapnya pada Gillmore ingin memastikan.

"Ya, panggil opa dan jangan tuan." Jawab Gillmore terdengar tak mau dibantah.

Untuk sekarang Jethro akan mengangguk saja.

"Nama oma Alora, salam kenal sayang." Ucapnya memperkenalkan diri dengan senyum ramahnya.

Cukup banyak dari mereka yang memperkenalkan dirinya pada Jethro. Dimulai dari Matteo yang ia tahu adalah anak ke dua dari Gillmore, lalu ada Matthew sebagai anak pertamanya dan Elodie sebagai anak ketiganya. Belum habis juga setelah mereka, ada istri dan anak-anaknya yang ikut memperkenalkan diri. Dimulai dari Diora istri Matthew, lalu Lucie istri dari Matteo dan Noah tunangan Elodie. Dan barisan terakhir adalah cucu-cucu dari keluarga Romanova, ada Damian, Andrew, lalu Hayes dan terkahir Louie si cerewet yang suaranya selalu ia dengar disaat ia masih tertidur.

"Sepertinya kamu mengenal Louie, Jethro?" Tanya Lucie dengan senyumnya setelah mereka selesai memperkenalkan diri.

"Saya mengenal suaranya yang sering bercerita padaku." Jawab Jethro dengan anggukannya.

Louie tersenyum senang dengan rasa haru. Bolehkan ia memeluk kakak barunya itu?

Matteo tahu apa yang diinginkan sang anak begitu melihat gelagatnya, "Son, kau ingin memeluknya?" Tanyanya dengan senyum geli.

Jethro reflek menatap Louie yang berada di samping ranjangnya. Tunggu dulu, maksudnya memeluk siapa, hah?!

"Bolehkah?" Tatapan penuh harap itu Louie layangkan pada Jethro.

"Tentu saja tidak!" Batin Jethro berteriak. Ia tidak terbiasa melakukan skinship seperti itu.

"Sayang, Jethro terlihat enggan." Bisik Elodie dengan kekehannya pada sang tunangan.

Noah menggeleng pelan, "Dia hanya belum terbiasa, honey."

"Peluk saja, Louie." Sahut Hayes sang kakak. Kali ini ia akan membantu adiknya.

Louie menerjang tubuh Jethro dengan penuh semangat. Mendekap erat tubuh kakaknya dengan perasaan senang.

Jethro menepuk punggung Louie yang sedang memeluknya dengan canggung.

"Sudah sayang, kakakmu tidak bisa bernapas nanti." Ucap Lucie pada sang anak.

Louie melepas pelukannya lalu menatap Jethro dengan senyum lebarnya, "Aku adikmu sekarang!"

Jethro menghela napas berat. Sepertinya ia akan semakin sibuk sekarang.

***

Malam harinya, setelah sebelumnya keluarga Gillmore berkenalan dengan Jethro. Akhirnya pria itu diberikan waktu untuk istirahat dan sendirian di dalam ruangannya. Tak lupa juga ia meminjam salah satu handphone dari mereka untuk mengubungi seseorang.

"Halo, siapa ini?" Tanya seseorang dari sebrang sana begitu telepon Jethro diangkat.

"Kaivand, ini saya."

"Tuan?! Anda sudah sadar?!" Kagetnya.

Jethro reflek menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Teriakan Kaivand sangat berdenging telinganya.

"Kau tahu?" Tanya Jethro setelahnya.

"Asisten tuan Gillmore yang memberitahukannya pada saya. Dia juga yang mengatakan tentang kondisi anda, tuan. Saya hanya diperintahkan untuk menggantikan anda untuk sementara waktu." Jawab Kaivand.

Jethro mengangguk, "Baiklah, sepertinya saya tidak bisa kembali dalam waktu dekat. Jadi lakukan tugasmu dengan baik."

"Baik tuan! Semoga anda lekas membaik."

"Jangan beritahu keadaanku pada siapapun untuk saat ini." Tekan Jethro.

"Baik tuan! Akan saya laksanakan!"

"Bagus, saya tutup." Ucapnya lalu menutup panggilan teleponnya dengan Kaivand.

Ada satu orang lagi yang harus Jethro hubungi sekarang. Seseorang yang ia bayar untuk mengawasi tiga orang cucu Gideon, sudah lama sekali ia tidak menghubunginya. Jika tidak salah, terakhir kali ia menghubunginya disaat ia menyuruh orang itu untuk merekam bukti cerita dari korban kelicikan Alice.

"Tidak banyak orang yang mengetahui nomor ini, siapa anda tuan?" Suara itu menyapa telinga Jethro begitu teleponnya diangkat.

"Saya."

"Saya? Ayolah, banyak yang memakai jasa kami, jadi tolong katakan dengan jelas!"

"Haruskah?" Balas Jethro. Ia sangat yakin orang ini sudah menyadari suara miliknya.

"Oke, saya bercanda tuan. Kau selalu tidak asik!" Suaranya terdengar was-was.

"Ngomong-ngomong kemana saja kau, tuan?" Tanyanya mengalihkan topik.

"Bertemu kekasihku." Jawab Jethro terdengar santai.

"Wah, kau habis berlibur bersama kekasihmu?!

"Tidak, aku bertemu kekasihku."

"Ya ya aku tahu itu, jadi kau berlibur kemana tuan? Sepertinya menyenangkan."

"Saya tidak berlibur." Tekan Jethro.

"Oh, jadi kau hanya bertemu kekasihmu seminggu ini?" Oke, ia mulai bingung sekarang.

"Ya."

"Apa dia cantik? Saya ingin bertemu dengannya, jika boleh tentu saja."

"Tentu, datang saja ke pemakaman di xxxx." Jawab Jethro benar-benar santai.

Hening. Tidak ada balasan lain dari sana.

"Jadi, ada apa tuan menghubungi saya?" Tanyanya yang seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Tugas baru tentu saja."

"Oho, bayaranmu pasti tidak akan mengecewakan kami. Jadi apa yang harus saya lakukan?"

"Awasi orang-orang ini dan laporkan padaku setiap pergerakannya yang terlihat mencurigakan." Perintah Jethro sembari mengirim fotonya melalui email pada orang suruhannya.

"Baiklah, hal mudah bagi kami."

"Bagus, saya tunggu laporanmu."

"Ba—"

Pip

"Lagi?! Dia selalu saja seperti ini!" Kesal seseorang yang sebelumnya berbicara melalui telepon dengan Jethro. Kebiasaan menutup telepon disaat ia belum menyelesaikan ucapannya benar-benar khas dari pria itu. 

***

Paginya.

"Papa, apa kak Jethro tidak akan sarapan bersama kita hari ini?" Tanya Louie begitu dirinya sampai di ruang makan.

"Sepertinya tidak son, kakakmu masih terlalu lemas untuk berjalan." Jawab Matteo yang sudah terlebih dahulu ada di sana.

Louie mengangguk lalu duduk di kursinya, "Karena aku hari ini sekolah, jadi berikan kunci motorku, pa." Ucapnya.

"Papa tidak menyimpannya, ada di kakakmu." Matteo menatap si bungsu dengan tawa kecilnya. Louie pasti merasa takut untuk memintanya pada sang kakak, apalagi ketika sang kakak sedang marah padanya.

"Curang." Gumam kecil Louie. Sepertinya hari ini ia tidak akan menggunakan motornya untuk berangkat ke sekolah.

"Damian!" Teriakan Andrew menarik perhatian semua orang di sana.

"Andrew?" Diora menatap sang anak dengan kerutan di dahinya. Ia terkejut begitu mendengar teriakan sang anak disaat ia sedang sibuk-sibuknya menyiapkan sarapan dengan yang lainnya.

Sedangkan Matthew hanya diam dan terus memperhatikan. Pria itu hanya ingin tahu apa yang akan kedua anaknya lakukan di pagi hari seperti ini.

"Can you please stay out of my business?!" Andrew menatap sang kakak dengan tajam.

Damian balas menatap datar sang adik, "Stupid brother."

"What the f**k did you say?!" Kakaknya ini benar-benar sudah merusak pagi indahnya.

"Boys, fighting in the morning?" Sahut Matteo dengan helaan napasnya. Tidak lihat kah mereka raut wajah Matthew yang sudah terlihat tak enak dipandang begitu mendengar si bungsu berbicara kasar pada kakaknya.

"Dad, he said something insignificant to me!" Andrew mengadu pada sang ayah, Matthew.

Damian menggeleng pelan, "I'm just reminding." Bantahnya masih sabar.

"Hei sayang, sudah jangan bertengkar lagi hum? Kita akan sarapan hari ini, tidak enak jika opa dan oma mendengar." Diora mencoba menengahi kedua anaknya yang sedang adu mulut itu.

"Biarkan." Sahut Matthew ingin melihat sejauh apa mereka bertengkar.

Diora melototi suaminya itu. Jika sudah seperti ini, ia pun tidak akan bisa menghentikannya.

"Reminding me? You slandered my friend!" Andrew benar-benar tidak terima begitu sang kakak mengatakan jika salah satu temannya hanya memanfaatkan dirinya saja.

"That's a fact." Balas Damian yang berusaha menahan emosinya. Ia hanya sebatas mengingatkan, ia tidak ingin sang adik terluka nantinya.

"Kakak selalu seperti itu padaku! Selalu saja melarang ku untuk berteman!" Kesal Andrew. Sebenarnya dari siapa sifat protektif keluarganya diturunkan?

Damian menghela napas berat, ia mendekat pada sang adik, "Aku tidak melarang mu, hanya saja kau tidak pintar dalam memilih teman." Jelasnya sedikit panjang. Jarang-jarang ia berkata sepanjang itu kecuali jika hal penting.

"Andrew, kemari." Panggil Matthew pada sang anak.

Andrew mau tidak mau menghampiri sang ayah dengan lesu. Ia hanya ingin berteman, tapi mengapa selalu gagal di tengah jalan.

"Sebutkan kesalahanmu pagi ini." Suruh Matthew begitu sang anak sudah berada di hadapannya.

"Membentak kakak." Jawabnya lesu.

"Lalu?"

"Berkata kasar padanya." Lanjut Andrew sembari menahan penuh rasa kesalnya.

"Apologize to your brother and give him a hug." Suruh Matthew pada si bungsu.

Andrew menghampiri sang kakak kembali, "I'm sorry bro." Ucapnya lalu memeluk tubuh tinggi sang kakak yang melebihi dirinya sekitar tiga senti.

Damian balas memeluk sang adik, "Be an obedient little brother." Bisiknya.

"Sekarang duduk." Matthew menyuruh kedua anaknya untuk duduk di tempatnya masing-masing. Keduanya pun langsung melaksanakan perintah sang ayah untuk segera duduk.

Jethro yang sedari tadi memperhatikan adegan seru dari sela pintu kamarnya merasa tak percaya dengan apa yang baru saja ia saksikan sebelumnya.

"Berapa umur mereka sebenarnya?" Tanyanya tak habis pikir. 

To Be Continued

Jangan lupa vote + comment nya ya! (‐^▽^‐)

🍉🍉🍉

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

1.5K 114 26
Ini adalah kisah tentang upaya individu berumur 16 tahun bernama Reiga yang mempertanyakan struktur hierarki sosial. Di dunia yang terbagi dalam tiga...
Ketagihan Di Perkosa بواسطة abcdfg

الخيال (فانتازيا)

379K 990 8
konten dewasa 🔞🔞🔞
Extraordinary Prince [✔] بواسطة Lux

الخيال (فانتازيا)

57K 6.3K 47
Welcome to LUX imagination... 👑👑👑 Bagaimana rasanya bertransmigrasi ke dunia 'Otome Game?'. Apalagi menjadi seorang Pangeran? Bahagia? Merasa Heba...
315K 44.8K 36
Egi, pria dewasa berumur 21 tahun baru saja bertengkar dengan adik perempuannya kemarin sore. Mereka bertengkar karena sebuah novel berjudul "The Reb...