The Conqueror of Blades and H...

By namratsr

1.6M 131K 1.8K

Satu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang P... More

MAPS KEKAISARAN EMBERLYN
PROLOG
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 51
CHAPTER 52
CHAPTER 53
CHAPTER 54
CHAPTER 55
CHAPTER 56
CHAPTER 57
CHAPTER 58
CHAPTER 59
CHAPTER 60
CHAPTER 61
CHAPTER 62
CHAPTER 63
CHAPTER 64
CHAPTER 65
CHAPTER 66
CHAPTER 67
CHAPTER 68
CHAPTER 69
CHAPTER 70
CHAPTER 71
CHAPTER 72
CHAPTER 73
CHAPTER 74
CHAPTER 75
CHAPTER 76
CHAPTER 77
CHAPTER 78
CHAPTER 79
CHAPTER 80
CHAPTER 81
CHAPTER 82
CHAPTER 83
CHAPTER 84
CHAPTER 85
CHAPTER 86
CHAPTER 87
CHAPTER 88
CHAPTER 89
CHAPTER 90
EPILOG
EXTRA PART
NEW STORY BESTIEE!!

CHAPTER 50

13.2K 1.1K 40
By namratsr

Selama Sera dan Aria berjalan di sekitar Jalan Rosalyn. Mereka menikmati keramaian di sekitar jalan yang penuh dengan aktivitas.

Pasar kecil berjajar di sepanjang trotoar. Aroma rempah-rempah dan bunga-bunga segar pun menghiasi udara di sekitar Jalan Rosalyn. 

Di sebelah kiri mereka sekelompok anak kecil dengan ceria bermain bekel. Teriakan gembira mereka menyatu dengan riuh rendah pasar.

Mereka berlarian kesana-kemari mengelilingi tiang-tiang lampu yang berdiri tegak sepanjang jalan.

Beberapa dari mereka mengejar burung-burung kecil yang bermain-main di udara. Dengan mata penuh kagum akan keindahan sayap-sayap yang berwarna-warni.

Beberapa lagi menyeruak masuk ke antara penjaga-penjaga dengan seragam khas mereka. Sambil meminta cerita-cerita tentang Pedang ajaib.

"Sepertinya di sekitar sini banyak anak kecil ya, Nona." Ujar Aria sambil menampilkan senyumnya.

"Kau, betul. Daerah ini sangat berbeda jika di bandingan dengan Armor."

Sontak Aria yang mendengar perkataan Nonanya itu. Langsung menoleh dengan cepat. "Apa anda pernah ke sana sebelumnya?"

Sera menarik kedua sudut bibirnya ke atas tanpa sadar. "Ya, aku pernah sekali ke sana."

Seketika Sera kembali teringat pada momen saat Ardan membawanya keluar dari mansion setelah beberapa hari keadaannya pulih. Pasca tragedi yang terjadi di Hutan Eldermyst. Sudah hampir seminggu juga Ardan kembali ke Flammae Eternae. Namun, ia tak mendapatkan kabar apapun dari pria itu hingga saat ini.

Sontak Sera menghela nafasnya sejenak. Namun, di tengah keramaian pasar yang riuh. Tiba-tiba Sera kembali merasa ada sesuatu yang tak beres. Seolah ada seseorang yang selalu mengikuti mereka berdua sejak keluar dari mansion.

Tak jarang salah satu sudut matanya. Menangkap satu sosok yang seolah bersembunyi di sebuah gang kecil di antara bangunan. Sera yang akhirnya merasa jengkel. Sontak memanggil Aria.

Dengan cepat Aria mengalihkan pandangannya pada Sera. "Ya, Nona?"

"Aku sangat ingin memakan Kue Revani. Tapi aku sedang malas mengantrinya. Apa kau bisa mengantrinya untukku?" Ucap Sera dengan lembut.

Sontak Aria tersenyum penuh antusias. "Tentu, Nona. Kenapa anda tidak mengatakannya sedari tadi."

"Saya akan kembali dengan cepat setelah mendapatkannya. Nona, tolong tunggu sebentar." Sambung Aria.

Seketika Sera menganggukkan kepalanya mengerti. Dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya. Begitu Aria sudah berjalan cukup jauh.

Lantas Sera langsung merubah raut wajahnya menjadi datar. Matanya kemudian melirik sekilas seseorang yang sedang bersembunyi itu. Lantas ia kemudian berjalan menjauhi kerumunan tersebut.

Di lain sisi seorang pria yang sedang bersembunyi di sebuah gang yang berada di antara bangunan tersebut. Sontak menyembulkan kepalanya. Lalu mengedarkan pandangan kesana kemari dengan heran.

"Kemana kedua Lady tersebut pergi?" Ucapnya dengan bingung.

"Bisa gawat jika aku kehilangan jejak mereka. Lebih baik aku mencarinya." Sambungnya.

Namun, saat hendak melangkahkan kakinya. Seketika tubuhnya menegang. Saat dia merasakan sesuatu yang dingin mengenai lehernya. Dengan perlahan matanya melirik ke arah benda tersebut.

"Sebaiknya kau katakan siapa yang menyuruhmu. Sebelum benda ini menancap di lehermu."

*****

Seketika Sera melipat kedua tangannya di depan dada. Dengan pandangan datar pada seorang kesatria yang sedang berlutut di depannya. Sera bisa melihat jika sesekali pria itu mencuri pandang padanya. Namun, kembali menundukkan kepalanya. Saat mata pria itu tak sengaja bertemu dengan mata miliknya.

"Katakan padaku siapa yang menyuruhmu." Ujar Sera dingin. Dengan kedua mata yang tak lepas pada pria tersebut.

"Saya hanya seorang kesa—"

"Aku tak bertanya kau siapa." Sela Sera dengan cepat. "Aku bertanya siapa yang telah menyuruhmu." Sambungnya dengan tajam.

Sontak orang itu menelan ludahnya dengan susah. Entah kenapa aura Lady di depannya ini sangat berbeda. Dengan aura seorang Lady pada umumnya. Dia belum pernah menemukan aura dari seorang Lady yang seperti ini.

"Katakan!" Hardik Sera.

"Yang Mulia Putra Mahkota, Lady." Cetus pria tersebut tak sengaja.

Sontak dengan cepat dia menutup mulutnya. Seraya membelakkan kedua matanya. Gawat, dia tak sengaja mengatakan siapa yang menyuruhnya. Seketika matanya secara perlahan menatap Lady yang bergeming di depannya. Dengan pandangan yang tak terkejut sama sekali.

"Sejak kapan?"

Sontak dia mengerjapkan matanya berkali-kali. "Ya?"

"Sejak kapan dia menyuruhmu untuk mengikutiku?" Ulang Sera.

"S-sejak ya-yang mulia Grand Duke melarang yang mulia Putra Mahkota menjenguk anda." Ucap pria tersebut dengan terbata-bata.

Sera yang mendengar itu sontak menghembuskan nafasnya kasar. Ternyata sudah sejak lama Lucian menyuruh salah satu kesatrianya untuk menguntitnya. Sontak Sera berdecak pelan. Padahal saat itu dia selalu mengungkit jika dirinya yang menguntit. Tapi lihat kali ini siapa yang menguntit.

Sera yang hendak memasukkan kembali belatinya. Seketika terhenti saat kesatria itu memohon padanya dengan ketakutan."La-lady, sa-saya mohon, ja-jangan bunuh saya."

Sera seketika mengerutkan keningnya dengan heran. "Siapa yang mau membunuhmu."

Sontak dia menatap Sera dengan terkejut. "Lady tidak akan membunuh saya?"

"Kau mau aku membunuhmu?" Tanya Sera seraya mengangkat sebelah alisnya. "Dengan senang hati aku aka—"

"Ti-tidak Lady."

Sera seketika menatap datar kesatria yang terlihat ketakutan padanya. Lantas Sera kembali memasukkan belatinya. Lalu menyimpannya di dalam lengan bajunya.

"Siapa namamu?"

"Na-nama saya Jose, Lady."

"Katakan pada pria bedebah itu. Berhenti untuk menguntitku."

Setelah mengatakan itu Sera kemudian berniat meninggalkan kesatria itu. Namun tiba-tiba ia menghentikan langkahnya. Saat tak sengaja ia melihat seorang wanita yang sedang di tarik paksa oleh sekelompok pria ke sebuah kereta kuda berwarna coklat.

"Ada apa itu?" Tanya Sera dengan kening yang berkerut.

Jose yang masih berlutut itu sontak menggeserkan tubuhnya. Lalu sedikit menyembulkan kepalanya. Guna melihat apa yang terjadi. Sontak Jose membelakkan matanya saat melihat sekelompok pria itu.

"Itu Eclipse Syndicate."

Sontak Sera melirik pada Jose. "Es apa?"

"Eclipse Syndicate, Lady. Mereka itu sekelompok sindikat perdagangan anak-anak di bawah umur. Mereka menculik anak-anak jalanan. Lalu menjualnya ke para bangsawan dari benua lain." Ucap Jose dengan terang.

"Selain menculik anak-anak di bawah umur untuk diperdagangkan. Mereka juga menculik para perempuan untuk dijadikan budak seks mereka." Lanjut Jose.

Seketika Sera memicingkan matanya. "Kau yakin?"

"Ya, Lady. Selama ini para rakyat terus membuat laporan kepada Yang Mulia Putra Mahkota terkait masalah tersebut. Sepertinya mereka sedang menculik seorang wanita untuk dijadikan budak seks mereka."

Sera sontak menghembuskan nafasnya. Ia baru mengetahui jika selama ini ada masalah seperti itu di ibukota. Namun, seketika Sera teringat oleh Aria. Di mana tadi ia menyuruh Aria untuk membeli sebuah kue Revani tak jauh dari tempat itu.

Seketika pikiran buruk menyerangnya. Dengan cepat Sera menatap sekelompok pria itu yang berusaha mengangkut seorang wanita yang memberontak.

"Jangan bilang jika itu Aria." Gumam Sera dengan pelan.

Sontak Sera langsung berlari dengan cepat. Menghampiri sekelompok tersebut. Jose yang melihat Sera berlari secara tiba-tiba. Seketika berteriak dengan kencang.

"Lady!"

"Tidak, kumohon jangan Aria." Racau Sera selama berlari menuju kereta tersebut.

Sialnya, saat Sera sampai di sana. Kereta yang membawa seorang wanita itu sudah berpergi terlebih dahulu. Dengan nafas yang terengah-engah Sera menatap kereta kuda tersebut.

Namun, kegelisahan Sera semakin menjadi-jadi. Saat kedua matanya tak sengaja menatap sekotak Kue Revani yang tergeletak mengenaskan di trotoar. Sontak Sera membelakan kedua matanya. Lalu kembali menatap kereta kuda yang mulai menjauh tersebut.

"Aria!" Teriak Sera dengan keras.

Sera kemudian menatap tajam kereta kuda tersebut. "Ah, sialan."

"Wrath of the Ancients." Ucap Sera dengan salah satu telapak tangannya mengangkat ke atas.

Seketika itu juga sebuah lingkaran sihir berwarna merah menyala muncul di atas Sera. Membuat orang-orang yang berada di sekitar sana sontak berdecak penuh kagum.

Lalu sebuah siluet pedang yang cukup bersinar keluar dari lingkaran sihir tersebut. Dengan gesit Sera langsung menangkap pedang tersebut.

*****

Di dalam kereta kuda Aria sudah menangis sejadi-jadinya. Dengan kedua tangan yang terikat ke belakang dengan sangat kencang. Mulutnya pun di sumbat dengan sebuah kain berwarna hitam.

Membuatnya tak bisa berteriak. Selain mengeluarkan sebuah geraman. Dia terus berusaha memberontak meski hasilnya nihil.

Setelah membeli kue Revani yang diinginkan oleh Nonanya. Dia bergegas untuk menghampiri Sera yang sudah menunggunya.

Namun, entah datang dari mana. Tiba-tiba sekelompok pria ini menculiknya. Saat ini dia hanya bisa pasrah. Saat sekelompok orang-orang ini akan membawanya entah kemana.

Hanya satu keinginan semoga ada yang membantu menolongnya. Namun, seketika tubuhnya terhuyung ke depan. Begitu kereta kuda tersebut tiba-tiba berhenti.

"Ah, sialan. Kenapa berhenti!" Teriak salah satu pria yang berada di dalam kereta tersebut.

"Ada seseorang yang menghalangi jalannya!" Sahut yang lain dari luar kereta kuda.

Sontak sekelompok pria yang berada di dalam kereta tersebut. Mengerutkan keningnya dengan bingung. "Aku akan memeriksanya."

Namun, begitu pintu kereta kuda tersebut terbuka. Tiba-tiba sebuah pedang dengan cepat menusuk tubuhnya. Membuatnya membelakkan matanya.

Dengan cepat ditariknya pedang tersebut. Hingga membuat pria yang berada di depan pintu kereta kuda tersebut. Terhuyung hingga mengeluarkan darah tanpa henti.

"Sebaiknya kalian ucapkan kalimat terakhir. Sebelum aku membunuh kalian semua."

*****

Halo, selamat malam semua.

Terima kasih sudah menunggu cerita ini. Chapter selanjutnya aku up besok di jam seperti biasa 19.30. Jadi, mohon di tunggu ya, teman-teman.

Btw, aku mau kasih penampilan depan Istana Kekaisaran Emberlyn. 

Penampilannya sesuai deskripsi pada Chapter 2, ya. Sampai bertemu di Chapter selanjutnya.

Namratsr | Na

Continue Reading

You'll Also Like

748K 68.4K 30
Ini hanya sebuah kisah rumit penuh misteri tahun 1700-an yang dialami oleh Estrella, seorang Queen yang dibenci dan di cap sebagai Queen terburuk sep...
712K 81.1K 52
[Warn: 17+ | Harsh Word | Blood Scene] [Judul awal "Freedom for The Evil Lady"] Freedom series #1 Snorett McDeux of Dexter, seorang nona muda dari ke...
538K 72.6K 91
[Bukan Novel Terjemahan - END] Kaisar gila itu menyukaiku karena ramuan cinta. Dan, sekarang efek ramuannya sudah hilang. Aku bisa melihat tiang gant...
1.3M 183K 38
Ketika aku tertabrak, Aku pikir, Aku akan terlahir kembali sebagai babi. Ternyata aku Menjadi Marchioness.