The Conqueror of Blades and H...

By namratsr

1.5M 122K 1.6K

Satu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang P... More

MAPS KEKAISARAN EMBERLYN
PROLOG
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 50
CHAPTER 51
CHAPTER 52
CHAPTER 53
CHAPTER 54
CHAPTER 55
CHAPTER 56
CHAPTER 57
CHAPTER 58
CHAPTER 59
CHAPTER 60
CHAPTER 61
CHAPTER 62
CHAPTER 63
CHAPTER 64
CHAPTER 65
CHAPTER 66
CHAPTER 67
CHAPTER 68
CHAPTER 69
CHAPTER 70
CHAPTER 71
CHAPTER 72
CHAPTER 73
CHAPTER 74
CHAPTER 75
CHAPTER 76
CHAPTER 77
CHAPTER 78
CHAPTER 79
CHAPTER 80
CHAPTER 81
CHAPTER 82
CHAPTER 83
CHAPTER 84
CHAPTER 85
CHAPTER 86
CHAPTER 87
CHAPTER 88
CHAPTER 89
CHAPTER 90
EPILOG
EXTRA PART
NEW STORY BESTIEE!!

CHAPTER 45

13.6K 1K 11
By namratsr

Lucian seketika mengerutkan keningnya dengan heran. Saat dia merasa aneh oleh langkah gadis di depannya ini. Seketika pandangannya tertuju pada kaki Sera yang seolah-olah secara sengaja mengarahkan sepatu berhak tingginya itu pada kakinya.

Kemudian matanya menatap Sera yang sedikit menyeringai padanya. "Ah, sepertinya kau mengincar kakiku sedari tadi." sindir Lucian.

Sera hanya tersenyum tipis sebagai tanggapannya. "Bagaimana Anda mengetahuinya, yang mulia." Ujar Sera dengan nada ringan.

"Karena kau selalu berusaha untuk menginjak kakiku." balas Lucian sambil tersenyum tipis.

Lantas Lucian dengan sigap menjauhkan kakinya. Sebelum sepatu berhak tinggi milik Sera mengenai kakinya. Sontak Sera yang selalu gagal. Hanya bisa tersenyum kecut sambil menahan rasa kesalnya yang mulai memuncak.

Sialan. Batinnya.

"Karena Anda sudah mengetahuinya. Bisakah Anda memberikan satu kaki Anda kepada saya." Ucap Sera dengan sedikit bergurau.

"Kau harus berusaha lebih lagi kalau begitu."

Sontak Sera memutarkan kedua bola matanya dengan malas. Tapi, matanya tak sengaja menatap satu sosok yang berdiri di antara para tamu undangan yang tengah menyaksikan dirinya dengan Lucian berdansa.

Sontak raut wajah Sera berubah menjadi datar. Saat Eva seketika melemparkan senyuman pada dirinya. Namun, Sera kembali mengalihkan pandangannya pada Lucian. Begitu pria itu kembali berbicara padanya.

"Seperti kau memiliki dendam padaku." Tebak Lucian dengan kedua matanya yang tak pernah lepas pada wajah gadis di depannya.

"Karena anda mirip dengan seseorang yang membuat saya hampir mati. Beruntung dewa menyayangi saya."

Sontak Lucian kembali mengerutkan keningnya tak mengerti. "Aku mirip dengan seseorang?"

"Ya, Anda mirip dengannya."

Sontak Lucian terdiam. Matanya terpaku pada tatapan Sera yang terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya. Pada saat yang sama, alunan melodi yang sebelumnya mengiringi langkah-langkah dansa mereka seketika berhenti.

Dengan cepat, Sera mengambil langkah mundur dan melepaskan dirinya. Sedangkan Lucian masih terdiam dengan pandangan yang tak mengerti.

"Terima kasih karena telah mengajak saya berdansa, yang mulia. Kalau begitu saya mohon pamit undur diri." ucap Sera dengan suara yang rendah.

Ia menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda penghormatan. Sebelum akhirnya Sera memutuskan untuk pergi. Meninggalkan lantai dansa.

*****

Sera seketika menghembuskan nafasnya dengan gusar. Saat ini dirinya berdiri di lorong koridor istana. Jauh dari gemerlap dan riuh rendah pesta yang masih berlangsung di dalam. Setelah selesai berdansa dengan Lucian ia langsung bergegas keluar menghindar dari kerumunan orang-orang.

Sera seketika berdecak pelan. Lalu ia juga memukul pelan kepalanya sendiri. "Bodoh, kenapa aku mengatakannya." Gumamnya pelan.

Lalu ia kembali menghela nafasnya. Rasanya ia ingin kembali ke mansion saja. Untuk menenangkan dirinya. Tapi, di mana Ardan? Di mana pria itu saat ini?

Sera mengedarkan pandangannya ke sekitar, mencari jejak Ardan. Tadi pria itu mengatakan akan ke kamar kecil sebentar. Namun hingga saat ini, tak ada tanda-tanda kemunculannya. Hal itu sontak membuat Sera menggeram kesal.

"Jangan bilang dia meninggalkanku sendirian." Gumam Sera dengan kesal.

"Jika iya, awas saja akan aku tebas kepalanya saat bertemu nanti." Sambungnya.

Namun, saat Sera hendak melangkah menjauhi pesta tersebut. Tiba-tiba dari belakang sebuah tangan dengan kasar menariknya dengan sekali hentakan. Memaksa tubuhnya untuk berbalik.

Sera seketika melebarkan matanya begitu melihat Lucian menatapnya dengan datar. "Coba kau jelaskan maksud perkataanmu tadi."

"Apa?"

"Kau bilang aku mirip dengan seseorang yang hampir membuatmu mati. Coba kau katakan siapa orang itu." Ujar Lucian dengan nada perintah.

Sera yang sadar hanya bisa mengerjapkan matanya berkali-kali. Meski dalam hati ia mengumpat dirinya habis-habisan karena mengatakannya.

"Ah, itu..."

"Sera!"

Sontak Sera mengalihkan pandangannya. Begitu seseorang memanggil namanya. "Ardan."

Sementara itu Lucian juga dengan cepat menolehkan kepalanya. Memutar pandangannya ke arah sumber suara. Lalu pandangannya seketika bertemu dengan mata pria lain yang juga tak kalah tajam memandangnya.

Ardan memandang Lucian dengan tatapan tajam. Tiba-tiba, matanya tak sengaja melihat pada tangan Lucian yang memegang pergelangan tangan Sera. Sontak Sera yang menyadari itu langsung melepaskannya dengan cepat. 

"Kau darimana saja, hah?" Tanya Sera begitu Ardan berdiri di sampingnya.

"Sudah kubilang aku ke kamar kecil sebentar." Jawab Ardan seraya terkekeh kecil.

"Sebentar? Kau hampir setengah jam menghilang. Kupikir kau meninggalkanku."

"Ya, aku minta maaf. Ayo, kembali sebelum pria tua itu mengusirku."

"Kau bilang ayahku pria tua?" Ucap Sera dengan melototkan kedua matanya.

"Ayahmu memang sudah tua. Memangnya aku harus mengatakan jika dia seorang remaja?"

"Sialan." Umpat Sera seketika.

Sontak Ardan tersenyum tipis. Pandangannya kemudian melirik sekilas pada Lucian yang sedari tadi menyimak percakapan mereka.

"Selesaikan pembicaraanmu, setelah itu susul aku." Ujar Ardan pada Sera.

Kemudian berlalu meninggalkan Sera dan Lucian terlebih dahulu. Sera seketika melebarkan matanya saat Ardan terlebih dahulu.

"Ardan!" Seru Sera.

Sayangnya, Ardan tak mendengar seruan Sera, dia terus berjalan tanpa memperdulikannya. Hal itu sontak membuat Sera kembali mengumpat pelan. Sera sontak menoleh dengan cepat pada Lucian.

"Saya mohon ijin pamit terlebih dahulu, yang mulia." Pamit Sera sambil membungkukkan tubuhnya sedikit rendah.

"Tu--"

"Ardan, tunggu!"

Lucian hanya bisa menatap kepergian Sera dengan tatapan datar. Padahal ada yang masih ingin dia tanyakan terkait perkataan Sera tadi. Namun, gadis itu sudah pergi terlebih dahulu meninggalkannya.

Matanya hanya bisa menangkap setiap gerakan langkah Sera yang mulai menjauh darinya. Entah kenapa ia selalu merasa kesal saat gadis itu berusaha menghindarinya. 

*****

Di dalam kereta kuda, Sera menopang dagunya pada jendela dengan tatapan kosong. Rambutnya berkibar-kibar seiring dengan hembusan angin yang menyapu melalui celah-celah jendela.

Sedangkan Ardan duduk di seberangnya hanya menatapnya dengan ekspresi datar. Sera yang sadar akan pandangan Ardan yang menatapnya. Dalam sekejap, matanya mengalihkan pandangannya dari pemandangan di luar jendela. Yang kemudian bertemu dengan mata tajam milik Ardan.

"Ada apa?" ucap Sera dengan raut heran.

Seketika Ardan mengerjapkan mata. Menghela nafasnya sejenak. Sebelum akhirnya dia mengatakan sesuatu yang membuat Sera terkejut bukan main.

"Kau akan kembali malam ini?" Tanya Sera yang kemudian diangguki pelan oleh Ardan.

Sontak Sera terlihat bingung. Lalu ia mengerutkan keningnya. "Apa terjadi sesuatu disana?"

"Dari salah satu gargoyle yang aku suruh. Sudah beberapa kali ada sekelompok orang yang hampir memasuki kawasan Flammae Eternae saat aku tidak ada disana. Aku pun harus memeriksa sesuatu di sana." Ucap Ardan sambil menyandarkan punggungnya dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"Berapa lama kau akan di sana?"

"Entah, aku tak bisa memperkirakannya."

Sera hanya menganggukkan kepalanya pelan seolah mengerti keadaan Ardan saat ini. Meski ada rasa sedih saat tahu Ardan akan kembali kesana. Ardan yang menatap Sera dengan datar. Sontak menghela nafasnya dengan pelan.

"Kau harus berhati-hati saat aku tidak ada di sampingmu. Terutama pada perempuan yang kau tunjuk di pesta tadi." Saran Ardan.

Sontak Sera menatap Ardan dengan cepat. "Tanpa kau beri tahu pun aku akan berhati-hati terhadapnya."

Seketika Ardan menghela nafas lega mendengar perkataan Sera. "Kau masih menyimpan permata yang aku berikan padamu saat di Flamberge?"

"Masih. Ada apa?"

Seketika Ardan menyodorkan tangannya ke hadap Sera. "Kemarikan."

Sontak Sera mengerutkan keningnya tak mengerti. "Kau kan memberikannya padaku. Kenapa kau memintanya kembali."

"Permata itu tak cukup kuat untuk melindungimu. Aku bisa merasa saat aku pergi nanti akan terjadi sesuatu. Jadi untuk berjaga-jaga aku akan memberikan yang lain."

Sontak Sera menganggukkan kepalanya mengerti. Dengan cepat ia merogoh sakunya. Dan mengeluarkan sebuah batu permata berwarna merah. Dan meletakkan permata tersebut pada telapak tangan Ardan.

Dengan cepat Ardan merapalkan sesuatu hingga permata itu hilang dan berganti dengan sesuatu yang membuat Sera melebarkan kedua bola matanya.

Sebuah kalung dengan permata yang sama. Hanya saja ukuran permatanya lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Kemudian Ardan kembali memberikan kalung itu ke hadapan Sera.

"Kenapa permatanya lebih kecil dari yang sebelumnya."

Sontak Ardan memutarkan kedua bola matanya dengan malas. "Agar kau lebih mudah untuk membawanya. Terima saja."

Lantas Sera dengan cepat mengambilnya. Matanya tak pernah lepas dari kalung dengan batu permata itu. Untuk saat ini Ardan hanya bisa melindungi gadis itu lewat kalung itu saja. Karena setelah ini dia harus kembali ke Flammae Eternae untuk waktu yang lama.

*****

Namratsr | Na

Continue Reading

You'll Also Like

244K 15.6K 38
Eleanor Margareth Blankenney adalah putri dari Duke of Blankenney. Eleanor di jodohkan dengan putra mahkota kerajaan Emmerson, Alaric Dominic Emmers...
112K 7.8K 39
[Janji tetap apresiasi walaupun sudah tamat?] Allan Edelbert Teratia adalah raja dari kerajaan Teratia. Dia dikenal sebagai tiran kejam yang mampu m...
202K 16.1K 53
Estelle Sol Artie Merupakan Seorang Ratu dari kerajaan Amber. Wajah yang sangat cantik,Tegas dan bijaksana membuat ia dicintai oleh rakyatnya. Rambut...
2M 295K 77
The Another World Series (1) - Anstia Cerita berdiri sendiri. Dia terbangun dengan tangan mungil dan badan yang tidak dapat di gerakkan seperti bia...