The Conqueror of Blades and H...

By namratsr

1.6M 131K 1.8K

Satu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang P... More

MAPS KEKAISARAN EMBERLYN
PROLOG
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 50
CHAPTER 51
CHAPTER 52
CHAPTER 53
CHAPTER 54
CHAPTER 55
CHAPTER 56
CHAPTER 57
CHAPTER 58
CHAPTER 59
CHAPTER 60
CHAPTER 61
CHAPTER 62
CHAPTER 63
CHAPTER 64
CHAPTER 65
CHAPTER 66
CHAPTER 67
CHAPTER 68
CHAPTER 69
CHAPTER 70
CHAPTER 71
CHAPTER 72
CHAPTER 73
CHAPTER 74
CHAPTER 75
CHAPTER 76
CHAPTER 77
CHAPTER 78
CHAPTER 79
CHAPTER 80
CHAPTER 81
CHAPTER 82
CHAPTER 83
CHAPTER 84
CHAPTER 85
CHAPTER 86
CHAPTER 87
CHAPTER 88
CHAPTER 89
CHAPTER 90
EPILOG
EXTRA PART
NEW STORY BESTIEE!!

CHAPTER 42

15.1K 1.1K 11
By namratsr

Sera menatap datar ayahnya yang sedang sibuk memeriksa dan menandatangani beberapa dokumen di meja kerjanya. Saat ini dirinya sedang berada di ruang kerja ayahnya yang berada di dalam mansion keluarganya.

Di mana aroma buku tua dan kayu mewah menyelimuti udara. Cahaya gemerlap dari lampu kristal gantung menggambarkan suasana yang hening namun mewah.

Beberapa jam yang lalu, Sera dipanggil kemari oleh ayahnya. Namun, setelah ia menghadap sang ayah. Dirinya hanya disuruh untuk duduk di salah satu sofa yang tersedia di ruangan tersebut.

Sontak Sera menghela nafas pelan. Tangannya dengan lembut meletakkan sebuah cangkir yang selama ini berada di pangkuannya pada sebuah meja di depannya.

"Aku akan kembali lagi setelah ayah selesai dengan pekerjaan ayah." Ujar Sera memecahkan keheningan tersebut.

"Ayah sudah selesai." Sahut Raven sambil meletakkan salah satu dokumen yang baru saja dia tandatangani pada tumbukkan dokumen lainnya.

Sera sontak kembali menatap datar ayahnya. "Ayah ingin membicarakan sesuatu padamu."

"Jika selain kabar kita akan kembali ke Imperium Marinos. Aku tidak akan mendengarkannya." Sela Sera.

Sontak Raven menghembuskan nafasnya lelah. "Sayangnya, kita tak bisa kembali ke Imperium Marinos dalam waktu dekat."

Sera kemudian memutarkan kedua bola matanya dengan malas. "Kau tau sifat Kaisar seperti apa. Saat ini ayah harus mengurus beberapa masalah di kekaisaran ini." Sambung Raven.

"Apa kita tidak bisa memutuskan sumpah setia kita pada kekaisaran. Rasanya kita seperti di perbudak oleh kekaisaran." Ketus Sera.

Raven sontak tersenyum kecil. Dia memaklumi perkataan Sera. Sebab sejak beberapa minggu yang lalu, dirinya menjanjikan untuk kembali ke Imperium Marinos. Namun, tak kunjung terealisasikan akibat beberapa masalah yang baru-baru ini menimpa Kekaisaran.

"Ayah dengar, kau mendapat undangan pesta dari Baginda Ratu?" Tanya Raven sambil membuka dokumen yang harus dia periksa.

Atensi Sera seketika teralih pada sang ayah. Kemudian ia berdeham pelan. "Apa aku harus datang?"

"Jika kau tak ingin. Ayah akan meminta pengertiannya."

Sera sontak menyandarkan punggungnya lelah. Matanya menatap langit-langit ruang kerja ayahnya. Di mana langit-langit itu dihiasi dengan lukisan para leluhurnya.

Lalu matanya kembali menatap sang ayah yang terlihat mengernyitkan keningnya. "Apa ayah sedang menyelidiki masalah yang terjadi dua minggu yang lalu?"

Sontak Raven menatap sekilas pada putrinya yang terlihat menyadarkan punggungnya. "Ya, ayah sedang menyelidikinya ada yang aneh dari para monster itu."

Sera menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan sang ayah. Sebab ia pun merasa ada yang aneh dengan para monster itu. Saat itu Lucian pernah mengatakan jika para monster itu di kendalikan.

Haruskah ia bertanya apa Ardan. Ngomong-ngomong pria itu sudah satu hari tak kembali ke mansion setelah menghilang dari hadapannya tanpa mengatakan apapun. Tak lama Sera berdecak pelan saat mengingat hal itu.

"Aku akan kembali ke kamar." Ujar Sera seraya bangkit dari sofa.

"Kau benar tak ingin datang ke undangan itu?" Tanya Raven memastikan.

"Aku akan datang." Sahut Sera pelan namun masih terdengar oleh Raven.

"Ingin ayah temani?"

"Tidak usah."

Sontak Raven mengerutkan keningnya bingung. "Lalu kau akan pergi dengan siapa?"

Sera seketika terdiam menatap sang ayah. Benar, ia akan pergi dengan siapa ke pesta tersebut. "Entah, aku akan memikirkannya. Aku pamit undur diri, Ayah."

Sera langsung menutup pintu ruang kerja sebelum Raven kembali bertanya padanya. Sontak Raven menggelengkan kepalanya setelah Sera menutup pintu ruang kerjanya.

*****

Saat Sera baru saja membuka pintu kamarnya. Tiba-tiba dirinya dikejutkan oleh kehadiran Ardan yang bersantai di salah satu sofa dekat tempat tidurnya. Ardan merebahkan tubuhnya dengan santai sambil memakan sebuah apel dengan raut wajah yang tenang.

Pandangannya bergerak sebentar ke arah Sera yang terdiam terpaku. Dengan mulut yang terbuka di depan pintu kamarnya.

"Kupikir kau sedang menemani adikmu." ucap Ardan dengan suara yang tenang.

Ardan sekilas melirik Sera sebentar sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada apel yang tengah dipegangnya. Sera sontak mengerjapkan matanya. Dengan langkah yang mantap ia memasuki kamarnya.

"Sejak kapan kau kembali?" Tanyanya sambil mengerutkan keningnya.

"Sejak semalam pun aku sudah kembali." jawab Ardan tanpa menghentikan aktivitasnya.

Mulutnya terus mengunyah apel itu dengan pandangannya teralih menatap pada Sera yang menatapnya tak percaya. Sekilas Ardan tersenyum kecil.

"Aku tak melihatmu tadi pagi." Ujar Sera

"Aku tertidur karena lelah dan baru saja bangun." Balas Ardan sambil kembali menggigit apel tersebut.

"Kau lelah? Memangnya kau habis melakukan apa kemarin?" Tanya Sera penasaran.

"Aku lelah karena terlalu banyak bernafas dan bergerak."

Sera seketika membelakkan kedua matanya dengan mulut ternganga akibat mendengar jawaban Ardan. Sedangkan Ardan hanya menatap Sera dengan tampang tak berdosa sambil mulutnya tak berhenti mengunyah.

Seketika Sera berdecak pelan. Ia lupa jika pria di depannya ini sedikit gila. Sera kemudian berjalan menuju sofa yang berada di sebrang sofa yang Ardan gunakan. Ia kemudian menjatuhkan dirinya disana.

Ardan tetap menatap Sera tanpa henti sambil tangannya kembali mengambil sebuah apel yang tersedia di kamar Sera. "Kau habis darimana?"

"Ruang kerja ayah." Ardan menganggukkan kepalanya mengerti.

Sera kemudian menghembuskan nafasnya dengan kasar. Matanya kemudian menatap Ardan yang masih sibuk mengunyah apel tersebut. Ardan yang sedang memakan apel itu menyadari jika sedari tadi dirinya di tatap oleh gadis yang duduk di sebrangnya tersebut.

"Ada yang ingin kau tanyakan?" Tanya Ardan memecahkan keheningan.

"Kenapa kau selalu memakan apel?" Sontak Ardan langsung mengalihkan pandangannya pada Sera.

"Kau bilang apa?" Tanya Ardan memastikan telinganya tidak salah mendengar.

"Kenapa kau selalu memakan apel?" Ulang Sera.

"Ah, karena di Flammae Eternae hanya ada apel." Jawab Ardan.

"Apa kau semiskin itu?"

Sontak Ardan dibuat tersentak dengan perkataan tak terduga yang dilontarkan gadis itu. Matanya kemudian menatap Sera yang mengerjapkan matanya berkali-kali.

Lantas Ardan meletakkan apel tersebut pada meja yang berada di depannya. Matanya kemudian memandang Sera dengan serius. "Bisa-bisanya kau berkata seperti itu."

"Apa ada yang salah?" Sela Sera dengan kedua tangan yang ia lipatkan di depan dadanya.

Sialan. Batin Ardan.

"Jadi, benar kau semiskin itu?" Ejek Sera. Sontak Ardan menggeram kesal.

"Terserah kau sajalah." Gumam Ardan seraya kembali mengambil apelnya. Lalu kembali mengunyahnya sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Sera yang melihat itu hanya terkekeh pelan.

"Besok kau ingin keluar?" Tanya Ardan begitu apel tersebut habis.

Sera kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, besok aku harus pergi ke pesta undangan Ratu."

Ardan seketika mengerutkan keningnya. "Kau jadi pergi kesana?"

Sera menganggukkan kepalanya. Lantas Ardan kemudian mengangkat kedua alisnya seraya melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Kau ingin ikut denganku?" Tanya Sera.

Lantas Ardan refleks menaikkan salah satu alisnya ke atas. "Ke pesta itu?"

Sera menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Aku tak mungkin pergi dengan ayah. Karena ayah sibuk dengan pekerjaannya. Dan rowan pun sedang bersiap-siap untuk kembali ke akademik."

Seketika sudut bibir Ardan tertarik ke atas. "Tentu saja."

*****

Namratsr | Na

Continue Reading

You'll Also Like

20K 2.1K 16
Yuju merupakan seorang siswi yang biasa-biasa saja di sekolah. Setiap hari baginya terasa sangat membosankan ketika hanya duduk sembari mendengar pen...
574K 32.8K 46
{Warning! Masih tahap revisi dan banyak typo berterbangan!} Hal yang Evelyn inginkan hanya kasih sayang keluarga. Tidak begitu sulit kedengarannya, t...
275K 4.8K 9
[PINDAH KE DREAME SUDAH FULL REVISI] Hukuman mati telah di jatuhkan padaku, padahal semua itu bukanlah perbuatan ku. Orang-orang yang ku harapkan tid...
360K 31.8K 57
Putus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untu...