The Conqueror of Blades and H...

Galing kay namratsr

1.5M 122K 1.6K

Satu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang P... Higit pa

MAPS KEKAISARAN EMBERLYN
PROLOG
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 50
CHAPTER 51
CHAPTER 52
CHAPTER 53
CHAPTER 54
CHAPTER 55
CHAPTER 56
CHAPTER 57
CHAPTER 58
CHAPTER 59
CHAPTER 60
CHAPTER 61
CHAPTER 62
CHAPTER 63
CHAPTER 64
CHAPTER 65
CHAPTER 66
CHAPTER 67
CHAPTER 68
CHAPTER 69
CHAPTER 70
CHAPTER 71
CHAPTER 72
CHAPTER 73
CHAPTER 74
CHAPTER 75
CHAPTER 76
CHAPTER 77
CHAPTER 78
CHAPTER 79
CHAPTER 80
CHAPTER 81
CHAPTER 82
CHAPTER 83
CHAPTER 84
CHAPTER 85
CHAPTER 86
CHAPTER 87
CHAPTER 88
CHAPTER 89
CHAPTER 90
EPILOG
EXTRA PART
NEW STORY BESTIEE!!

CHAPTER 29

18.9K 1.4K 4
Galing kay namratsr

Di tengah teriknya sinar matahari, Rowan menghabiskan waktunya untuk berlatih memanah. Matanya terfokus pada target yang terletak di kejauhan. Pada saat ia melepaskan anak panah. Suara desingan panah yang melesat terdengar seperti melodi di dalam harmoni alam. Setiap dentuman panah memecah keheningan.

Tak jauh dari tempat di mana Rowan berlatih, sekelompok kesatria berkumpul dalam keheningan di bawah teriknya matahari. Mata mereka tertuju pada Rowan, yang terus mengasah keterampilannya dengan tekun.

"Aku tak mengerti, kenapa tuan muda selalu berlatih memanah. Bukankah tuan muda seharusnya berlatih berpedang juga." Heran seorang pria berambut coklat yang merupakan salah satu diantara para kesatria itu.

"Aku bahkan belum pernah melihatnya berlatih berpedang. Selama dirinya kembali ke istana Imperium." Sahut pria berambut hitam yang sedang berdecak pinggang.

"Bukan akan sulit jika tuan muda mengikuti kompetensi berburu nanti dengan menggunakan senjata seperti itu." Ucap ragu pria berambut coklat tersebut

"Cih, selama setahun aku mengabdikan diri menjadi kesatria Golden Wave. Aku belum pernah melihatnya latihan berpedang." Ejek pria berambut hitam.

Di tengah kerumunan sekelompok kesatria yang tengah berbincang-bincang meragukan kemampuan Rowan. Tanpa mereka sadari, sedari tadi Sera berdiri dengan tampang datar. Dengan kedua tangannya ia lipat di depan dadanya. Tubuhnya tersembunyi di balik tiang besar yang berada tak jauh dari sekelompok kesatria itu. Matanya menatap datar dinginnya lantai marmer yang ia pijak.

"Tapi bisa saja tuan muda juga berlatih pedang tanpa kita ketahui." Sahut pria yang tengah terduduk dibawah pohon sembari mengelap keringatnya.

"Aku tak yakin dia berlatih pedang. Kau tak lihat selama ini dia selalu berlatih alat itu saja."

"Walau begitu, tak mudah juga berlatih memanah. Tak semua orang bisa melakukannya sebaik tuan muda."

"Haruskah aku mencobanya?" Potong pria berambut hitam.

"Hah?" Ucap kedua pria yang sedang berdebat tadi. "Kau ingin mencoba memanah seperti itu, Jett?" Heran pria berambut coklat.

"Tidak, aku ingin mencoba mengajaknya sparing. Jika dia memang berlatih pedang tanpa kita ketahui. Seperti perkataan Giles tadi." Ucap pria berambut hitam bernama Jett.

"Apa? Jangan konyol, Jett. Beliau itu tuan kita, bisa gawat jika beliau terluka." Ucap Giles tak setuju.

"Jika dia terluka, berarti dia memang tak mempunyai bakat itu." Dengan wajahnya penuh keyakinan saat langkahnya mantap mendekati Rowan.

Meskipun teriakan keras Giles memenuhi udara, memerintahkannya untuk menghentikan aksinya, Jett memilih untuk mengabaikannya. Matanya tidak goyah, fokusnya sepenuhnya pada sosok anak remaja di depannya.

"Tuan muda."

Rowan tengah memusatkan pikirannya pada memanah, terpaksa menghentikan aktivitasnya begitu terdengar suara memanggilnya. Ia menoleh pada salah satu yang berdiri tak jauh darinya.

"Ya?"

"Tuan muda, mohon maaf atas ketidaksopanan saya. Tapi bolehkah saya mengajukan sesuatu kepada tuan muda. Jika anda tak keberatan, saya ingin mengajak anda untuk melakukan sparing dengan saya." Ucap Jett dengan percaya diri.

Rowan seketika terkejut dengan ajakkan kesatria itu. Sesaat dia terlihat ragu. Meskipun dia menguasai seni memanah, dia merasa tidak seyakin itu dengan kemampuannya dalam berpedang. Ya, meski dirinya pernah beberapa kali belajar berpedang dari sang kakak. Tapi tetap saja, ia tak seyakin itu bisa mengalahkan kesatria di depannya ini.

"Bagaimana, tuan muda?"

Tak ada salahnya kan jika ia mencobanya.

"Baiklah." Jett tersenyum miring. Dia tak sabar untuk melihat langsung kemampuan majikan itu. "Suatu kehormatan bagi saya untuk sparing dengan anda, tuan muda."

*****

Sera berdiri dengan tubuh tegap, kedua tangannya terlipat di depan dadanya. Pandangannya lurus tak berkedip, terfokus pada pemandangan yang terhampar di hadapannya. di mana pertarungan antara Rowan dan Sir Jett akan berlangsung.

Suara pedang yang membelah udara terdengar nyaring, menciptakan dentingan yang memenuhi tempat latihan tersebut. Mata terfokus dan tubuh berada dalam posisi bertahan yang kuat. Rowan terus berusaha menangkis serangan demi serangan yang dilemparkan oleh Jett.

Serangan Jett datang bertubi-tubi. Setiap kali Rowan mencoba untuk membalas, ia mendapati dirinya kalah dalam kecepatan dan akurasi. Meski begitu Rowan begitu berusaha untuk membalas serangan Jett. Walau serangan itu bisa di tangkis dengan mudah oleh Jett.

Sementara itu, Jett, dengan senyuman sinis yang terus melekat di wajahnya. Dugaannya terbukti benar, meski anak kecil di depannya memiliki semangat dan tekad yang besar. Tampaknya kemampuan anak itu dalam seni berpedang tidak sebagus itu.

Sera menatap pertandingan itu dengan tatapan dingin yang menusuk. Bagi orang awam yang tidak paham seni berpedang, pertarungan itu mungkin terlihat seperti seorang guru yang mendemonstrasikan teknik kepada muridnya.

Namun, baginya ia bisa melihat dengan jelas niat terselubung bajingan itu dalam pertandingan ini. Bajingan itu, seolah berusaha keras untuk mempermalukan adiknya di depan mata para kesatria yang menyaksikan.

Ada satu momen ketika Rowan hampir saja terkena pedang tajam Jett. Namun, berkat refleks yang cepat, Rowan berhasil menghindar tepat pada waktunya. Sera hampir tidak bisa menahan reaksi emosionalnya.

Bajingan keparat itu. Batinnya.

"Anda punya refleks yang bagus tuan muda." Sinis Jett.

Nafas Rowan terengah-engah. Pergelangan tangannya menegang, mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menahan pedang Jett. Namun, Rowan sedikit terkejut saat melihat ekspresi remeh dari raut wajah kesatria itu. Siapa sangka terjadi peristiwa yang tak terduga.

Rowan tiba-tiba membulatkan matanya sempurna. Ketika Jett dengan gerakan memutar pergelangan tangannya dan mengarahkan ujung pedangnya menuju pinggangnya dengan kecepatan kilat.

Tanpa berpikir panjang, naluri bertahan Rowan memaksa tubuhnya untuk bereaksi. Ia mengeserkan tubuhnya ke samping, menghindari pedang yang nyaris menyentuh pinggangnya. Tubuhnya langsung terjatuh terjengkang ke belakang dengan hentakan keras.

Seketika Rowan bisa merasakan detak jantungnya berdetak dengan cepat. Tubuh seketika mematung dan bola matanya membulat sempurna. Begitu pedang kesatria yang menjadi lawan sparing-nya berhenti mengarahkan pedang itu ke arah mukanya.

Seketika itu juga, suasana yang tadinya penuh dengan dentingan pedang menjadi hening total. Ujung pedang itu hanya berjarak sentimeter dari wajah Rowan. Para kesatria yang sejak tadi menjadi penonton, terpaku dalam kebingungannya.

Tak berselang lama, terdengar suara tawa yang meledak, memecah keheningan. Jett tertawa dengan bebas. Ia harus memegang perutnya yang mulai terasa sakit akibat ledakan tawanya.

"Haha, tuan muda. Wajah anda sangat lucu." Sambil masih tertawa, Jett perlahan menurunkan pedangnya yang sebelumnya ia arahkan dengan tegas ke depan wajah serius Rowan.

Para kesatria yang menyaksikan insiden ini terlihat bingung, termasuk Rowan sendiri. Wajah Rowan dipenuhi kebingungan, matanya memancarkan tanda tanya besar.

"Saya senang bisa sparing dengan anda, itu hal yang menyenangkan. Tapi, tuan muda," Jett seketika menghentikan pembicaraan berjalan maju ke arah Rowan yang masih terduduk di bawah.

Dengan sedikit menundukkan kepalanya. Jett mulai berbisik. "Lebih baik berlatih pedang, agar anda tidak dipermalukan di kemudian hari."

Rowan terpaku saat mendengar kalimat tersebut. Ia tak mengerti kenapa kesatria itu mengatakan hal itu padanya. Kemudian Jett kembali menegakkan tubuhnya. Menatap Rowan yang terkejut saat melihatnya. Dia kemudian tersenyum sinis dengan pandangan remeh.

"Semoga kita bisa melakukan hal ini kembali di kemudian hari, tuan muda." Menundukkan kepala sebagai tanda hormat.

Jett bergerak menjauhi Rowan yang masih terduduk dalam kebingungannya. Namun, baru beberapa langkah diambilnya, terdengar suara yang menusuk udara dengan dingin, memaksa langkahnya berhenti mendadak.

"Bagaimana jika anda yang menjadi lawan sparing saya kali ini, Sir Jett."

Jett memutar tubuhnya, matanya mencari sumber suara itu dengan perasaan tidak pasti. Rowan yang masih terduduk, mendadak membalikkan wajahnya, raut keterkejutannya tak tersembunyi saat ia mengenali suara itu yang begitu akrab di telinganya.

Tak hanya mereka berdua, bahkan para kesatria lainnya mulai menundukkan kepala mereka dengan hormat saat melihat Sera berdiri di samping Rowan.

"Nona Sera." Ucap Jett terkejut. Seketika dia langsung menundukkan kepalanya.

"Saya melihat anda melakukan sparing dengan adikku," Sera mengalihkan pandangannya kepada Rowan yang mengadahkan pandangannya kepadanya.

"Jadi bagaimana jika anda juga menjadi lawan sparing saya."

"A-ah, Nona. Kemampuan saya tidak sebagus itu untuk menjadi lawan sparing anda."

"Benarkah? Kulihat kemampuan anda sangat bagus, Sir Jett. Kalau tak bagus, tak mungkin adik saya bisa terjatuh seperti ini." Sera menatap tajam Jett yang terperangah.

Sera tersenyum sinis. Saat melihat ekspresi itu. Rowan menggelengkan kepalanya tak setuju. Dengan cepat Rowan bangkit dan mendekati Sera.

"Kakak bagaimana jika kita meminum teh saja, aku sangat haus." Rowan berusaha mengalihkan perhatian Sera agar tidak melakukan sparing dengan kesatria itu.

"Kakak, ayo. Aku sangat haus." Rowan menarik tangan Sera untuk segara meninggalkan tempat itu. Tapi hasilnya nihil, Sera sama sekali tidak bergerak meski ia tarik sekencang mungkin.

"Baiklah, Nona. Tapi jangan salahkan saya, jika anda terluka."

Sera tersenyum penuh minat. "Heh, seharusnya kau berbicara seperti itu pada dirimu sendiri."

*****

Namratsr | Na

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

11.3K 1.4K 42
Ada seorang gadis dari Nusantara bernama Arum. Dia pergi ke negeri China demi menggapai cita-citanya yang sangat nyeleneh. Apa cita-cita tersebut? Da...
244K 15.6K 38
Eleanor Margareth Blankenney adalah putri dari Duke of Blankenney. Eleanor di jodohkan dengan putra mahkota kerajaan Emmerson, Alaric Dominic Emmers...
24.1K 3.9K 22
2nd book of "I Want You" Status : Ongoing (Daily Update, Free Saturday or Sunday) ***** Bagaimana jika karakter novel bisa melintasi perbedaan dimens...
2M 295K 77
The Another World Series (1) - Anstia Cerita berdiri sendiri. Dia terbangun dengan tangan mungil dan badan yang tidak dapat di gerakkan seperti bia...